Mohon tunggu...
Etri Nur Widyati Ningsih
Etri Nur Widyati Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia Rata-rata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dialek Banyumasan, Medok?

11 September 2022   15:00 Diperbarui: 12 September 2022   11:15 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara dengan bahasa yang sangat beragam. Lebih dari 500 bahasa, terdapat di Indonesia. Hal ini tercantum dalam semboyan negara yaitu "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Maksudnya meskipun memiliki perbedaan kita tetap dalam satu kesatuan yang utuh yaitu NKRI.

Saking banyaknya jumlah perbedaan itu, Indonesia menjadi negara dengan keunikan dan keistimewaan. Contohnya bahasa, suku, keindahan alamnya, hingga hasil bumi yang sangat bermanfaat bagi perekonomian.

Bahasa merupakan cara kita untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, namun pernahkah Anda mendengar bahwa ada salah satu bahasa daerah di Indonesia yang sangat nyentrik dan terkenal?

png-20220912-111413-0000-631eb233799ae103123d8e13.png
png-20220912-111413-0000-631eb233799ae103123d8e13.png
www.canva.com

Letaknya berada di Pulau Jawa, dengan aksen dan dialek yang cukup mengundang gelak tawa.

Bahasa apa itu?, Nah disini saya akan mencoba untuk sharing tentang Bahasa dengan slogannya khasanya "Ora Ngapak Ora Kepenak" 

Bahasa ini sering di sebut dengan bahasa Ngapak atau Bahasa Banyumasan. Sebab bahasa jawa ini merupakan ciri khas penduduk Banyumas. Bahasa ini digunakan oleh seluruh wilayah eks karesidenan Banyumas yang terdiri dari kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen. 

Seorang ahli bahasa H. Budiono Herusatoto menyatakan bahwa bahasa Banyumasan merupakan turunan asli dari bahasa Jawa kuno. Didalam bukunya yang berjudul " Banyumas; Sejarah, Budaya, Bahasa dan Watak". Beliau mencatat bahwa Bahasa Banyumasan adalah bahasa Jawa tahap awal yang konon merupakan bahasa Jawa murni.

Ciri khas dari bahasa Banyumasan adalah banyak menggunakan huruf vokal "a" pada akhir kata. Contohnya kata nasi dalam bahasa jawa banyumasan menjadi Sega, sedangkan kata nasi dalam bahasa jawa Solo dan Jogja lebih kepada huruf vokal "o" sehingga menjadi Sego.

Lalu bagaimana dengan sejarah singkat bahasa ngapak ini?

Beberapa peneliti mengatakan bahwa bahasa ngapak banyumasan ini berakar dari politik kerajaan Mataram. Dalam buku yang berjudul "Konsep Kekuasaan Jawa; Penerapannya oleh Raja-raja Mataram" yang ditulis oleh G. Moedjanto dijelaskan bagaimana kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa memunculkan sistem sosial yang memberikan kekuasaan besar kepada golongan bangsawan.

Pada tahun 1755 kerajaan Mataram menguasai mayoritas Pulau Jawa termasuk wilayah Banyumas dan sekitarnya dengan pusat pemerintahan berada di Yogyakarta dan Surakarta.

Kerajaan Mataram menyadari bahwa politik saja tidak cukup untuk memperoleh kekuasaan sehingga mereka mengembangkan bahasa dan dialeknya sendiri, yaitu dialek Mataram yang menjadi cikal bakal bahasa Jawa baku.

Yang bertujuan untuk membedakan bahasa dan lingkungan keraton yang lebih elit, dengan bahasa dan lingkungan sekitar keraton. Sehingga pada perkembangannya penduduk disekitar pusat Mataram mengadopsi dialek tersebut.

Hal ini menjadi latar belakang bagi penduduk Banyumas mengapa mereka tidak mengadopsi dialek Mataram. Selain karena jauh dari pusat pemerintahan, mereka berinisiatif mengembangkan dialek mereka sendiri dan mengadopsinya sampai sekarang.

Bahasa ngapak atau bahasa banyumasan, menjadi program kerja dari badan pendidikan atau dinas setempat sebagai bahasa penginyongan yang diterapkan di lingkungan mereka kerja atau sekolah.

Meskipun bahasa ini memiliki stigma yang kontroversial, seperti : lucu, kuno, ndeso,katrok atau bahkan medok. Pemerintah berupaya untuk melestarikan budaya penginyongan ini. Sebagai warisan yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Namun sayangnya perkembangan bahasa ini mengalami kendala, sebab penutur yang terlahir dari bahasa ngapa justu malu dan minder sehingga berupaya menutupi identitas bahasanya.

Tetapi masih banyak para agent of change yang tahu bahwa bahasa ngapak ini sebagai tradisi yang unik. Sehingga tanpa canggung, mereka memperkenalkan bahasa ini dengan membuat keratifitas dan karya-karya yang khas Banyumasan.

Bahasa Ngapak ini sering kali di nilai sebagai bahasa yang ngelawak, dan medok. Sebab aksen penuturnya memiliki ciri khas dalam mengucapkannya.

Apalagi kata "Nyong, Inyong" yang berarti Saya, selalu tersemat dalam setiap pengucapannya. 

Lalu apa saja sih perbedaan bahasa Jawa ngapak jika dibandingkan dengan bahasa Jawa solo atau Jogja?

Berikut ini beberapa perbedaan yang dapat dilihat :

1. Banyak dialek banyumasan yang berakhiran "a" sementara di Solo atau Jogja berakhiran "o"

contohnya:

- Kata Berapa, dalam bahasa banyumasan disebut dengan Pira, sedangkan dalam dialek solo atau Jogja disebut dengan Piro.

- Kata Apa, dalam dialek banyumasan disebut dengan Ngapa, sedangkan dalam dialek solo atau Jogja disebut dengan Ngopo.

2. Intonasi konsonan huruf "g,k,d,b" dalam dialek banyumasan diucapkan keras-semangat (lantang) sedangkan dalam dialek Solo atau Jogja diucapakan lemah-tak bersemangat (lembut)

contohnya :

- Kata "Bapak" dalam dialek banyumasan dibaca jelas Bapak sedangkan kata "Bapak" dalam dialek Solo atau Jogja dibaca seolah olah huruf "K" tidak ada atau "Bapa"

Dari perbedaan itu bahasa Jawa Solo atau Jogja bahasa Jawa baku, memiliki tingkatan atau istilah seperti, bahasa Jawa Krama Alus, Krama Inggil dan Krama Ngoko.

Sedangkan bahasa ngapak tidak ada tingkatannya. Maka dari itu sesuai dengan slogannya "Ora Ngapak Ora Kepenak" sebab disini tidak ada tingkatan khusus dalam penuturannya. Namun meskipun bahasa Ngapak ini cara bertuturnya juga cenderung terkesan blak-blakan tidak mempersoalkan status sosial. Bukan berarti mengabaikan tata krama, tapi mengedepankan prinsip kesetaraan.

Makanya tak heran jika banyak yang menggunakan bahasa ngapak ini sebagai bahan untuk membuat lawakan, atau kritikan bagi pemerintah. Sebab memberikan kesan melucu.

Banyak sekali postingan-postingan meme komik dengan bahasa Banyumasan. yang berguna mengenalkan masyarakat Indonesia khususnya bahwa di pulau Jawa terdapat keanekaragaman budaya dan bahasa. 

Selain itu pemakaian bahasa Jawa ngapak ini merupakan bentuk tips juga dalam hal pariwisata ketika kita mengunjungi tempat wisata yang berada di Eks karesidenan Banyumas sehingga dapat menambah wawasan bahasa dan dapat berkomunikasi dengan masyarakat setempat.

Mengingat bahwa Banyumas merupakan daerah yang masih asri dan masih dikategorikan dengan daerah yang belum memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga masyarakat setempat masih banyak yang belum mengerti dengan bahasa luar atau bahasa asing.

Sebagai daerah yang memiliki potensi budaya dan alamnya diharapkan bahasa Ngapak dapat eksis di era modern. Tanpa ketinggalan zaman. Dan dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Terutama dalam kehidupan sehari-hari.  

Bahasa Ngapak ini sering disebut juga dengan budaya penginyongan yang menjadi karakteristik utama dari daerah Banyumas selain dengan kekayaan alamnya.

Bahasa Ngapak juga memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi masyarakat setempat untuk terus menyambung tali silaturahmi dan guyub rukun.

Bagi saya bahasa ngapak merupakan sesuatu yang harus dibanggakan, sebab itu menjadi ciri khas bagi diri kita dan citra kita dalam bernegara.

Menjadi bagian dari penutur asli bahasa ngapak ini, sebab disitulah letak pengabdian sederhana kita, mengenalkan bahasa daerah kita kepada masyarakat luas, apabila kita hidup berdampingan dengan keaneka ragaman budaya yang lain. Ketika kita sedang berada di tempat yang jauh dari asal tempat tinggal kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun