Mohon tunggu...
Etri Nur Widyati Ningsih
Etri Nur Widyati Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia Rata-rata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dialek Banyumasan, Medok?

11 September 2022   15:00 Diperbarui: 12 September 2022   11:15 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1755 kerajaan Mataram menguasai mayoritas Pulau Jawa termasuk wilayah Banyumas dan sekitarnya dengan pusat pemerintahan berada di Yogyakarta dan Surakarta.

Kerajaan Mataram menyadari bahwa politik saja tidak cukup untuk memperoleh kekuasaan sehingga mereka mengembangkan bahasa dan dialeknya sendiri, yaitu dialek Mataram yang menjadi cikal bakal bahasa Jawa baku.

Yang bertujuan untuk membedakan bahasa dan lingkungan keraton yang lebih elit, dengan bahasa dan lingkungan sekitar keraton. Sehingga pada perkembangannya penduduk disekitar pusat Mataram mengadopsi dialek tersebut.

Hal ini menjadi latar belakang bagi penduduk Banyumas mengapa mereka tidak mengadopsi dialek Mataram. Selain karena jauh dari pusat pemerintahan, mereka berinisiatif mengembangkan dialek mereka sendiri dan mengadopsinya sampai sekarang.

Bahasa ngapak atau bahasa banyumasan, menjadi program kerja dari badan pendidikan atau dinas setempat sebagai bahasa penginyongan yang diterapkan di lingkungan mereka kerja atau sekolah.

Meskipun bahasa ini memiliki stigma yang kontroversial, seperti : lucu, kuno, ndeso,katrok atau bahkan medok. Pemerintah berupaya untuk melestarikan budaya penginyongan ini. Sebagai warisan yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Namun sayangnya perkembangan bahasa ini mengalami kendala, sebab penutur yang terlahir dari bahasa ngapa justu malu dan minder sehingga berupaya menutupi identitas bahasanya.

Tetapi masih banyak para agent of change yang tahu bahwa bahasa ngapak ini sebagai tradisi yang unik. Sehingga tanpa canggung, mereka memperkenalkan bahasa ini dengan membuat keratifitas dan karya-karya yang khas Banyumasan.

Bahasa Ngapak ini sering kali di nilai sebagai bahasa yang ngelawak, dan medok. Sebab aksen penuturnya memiliki ciri khas dalam mengucapkannya.

Apalagi kata "Nyong, Inyong" yang berarti Saya, selalu tersemat dalam setiap pengucapannya. 

Lalu apa saja sih perbedaan bahasa Jawa ngapak jika dibandingkan dengan bahasa Jawa solo atau Jogja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun