“Ya seharusnya memang seperti itu.”
“Aku menyesal telah membohongi kedua orang tuaku, terlebih pada ibu. Seharusnya aku menuruti apa katanya dan tidak pernah membantahnya. Sekarang, semua yang telah aku perbuat tidak pernah ada yang berjaya. Semuanya.” Tangis terdegar sampai ke telinga si penjaga. Penjaga hanya menatapnya tanpa ekspresi.
Mencuri. Banyak yang telah ia curi, diantaranya adalah uang dan kebahagiaan anak-anak panti asuhan. Miris. Ia juga membohongi kedua orang tuanya, mengatakan bahwa yang ia dapatkan adalah hasil membuka usaha bersama teman, nyatanya ia menggelapkan dana temannya yang seharusnya disalurkan kepada yayasan panti tersebut.
Suatu waktu, kebohongannya tercium oleh Ibu, tapi apa wanita itu berhenti? Tidak, suara Ibu hanya dianggap angin lalu hingga suatu saat dia berhenti melakukan dosa itu karena terpaksa. Temannya tak lagi menitipkan dana itu kepadanya.
Setelahnya, wanita itu memilih membuka usaha. Modal yang ia gunakan bukan miliknya, usaha yang dia bangun tidak pernah ada yang berkembang. Selalu gulung tikar di minggu-minggu awal.
Keempat, pada akhirnya manusia hanya bisa menyesal.
Beberapa tersangka tidak pernah sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan besar, beberapa lagi telah mengetahui kesalahannya. Namun, peraturan utama di sel ini: selama kesalahan yang telah kau perbuat belum setimpal dengan masa tahanan, jangan berharap kau dapat keluar. Dan jika diluar sana kau melakukan hal yang terlalu kejam, ucapkan selamat tinggal pada kehidupan yang damai, kau penghuni sel ini selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H