Mohon tunggu...
Etika Fatana
Etika Fatana Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate

Senang membaca buku dan menonton sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia dan Dosanya Terkurung dalam Bui

5 Juni 2024   13:03 Diperbarui: 5 Juni 2024   13:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Pertama, kau tidak boleh menyebut Tuhan untuk dibawa-bawa ke dalam dosa-dosa zinamu. Kedua, lelaki itu juga dikurung di sel yang lain, dia dan kau seharusnya berbenah diri segera.”

“Kenapa aku harus berbenah diri? Aku dan dia saling mencintai, jadi apa salahnya?” Wanita itu terduduk di lantai, ada sisa-sisa air mata diujung matanya, bukannya si penjaga menatapnya iba, tapi ia malah menggelengkan kepala. Bukan cinta namanya kalau membuatmu berada di jalan yang salah.

“Sialan. Mengapa dulu dia yang selalu datang kepadaku, bukan malah kekasihku?!”

Sekarang wanita itu meracau hal yang lain. Penjaga tahu apa maksud wanita tersebut. Yang dimaksud adalah seorang pemuda baik hati yang beberapa kali terlihat melintas di depan gedung ini. Terkadang bertanya kabar tentang si penghuni sel nomor tiga, terkadang terlihat membagikan sesuatu kepada orang-orang di jalan secara sukarela. Kalau disimpulkan, pemuda itu sepertinya tertarik pada wanita yang tidak memiliki harga diri ini. 

Entah apa yang membuatnya tertarik pada wanita seperti ini, mungkin ia prihatin dan ingin mengubahnya? Mungkin saja. Namun, Tuhan tahu bahwa pemuda itu layak mendapatkan wanita yang lebih baik karena wanita yang berada di sel nomor tiga ini jauh dari kata baik dan yang menyedihkannya lagi ia tidak memiliki niat sedikit pun untuk berubah.

“Harusnya aku mendapatkan potongan tahanan karena aku sedang mengandung.”

“Tidak ada potongan tahanan untuk pezina sepertimu.”

Tidak ada getaran sedikit pun pada hati si tersangka. Sudah beberapa kali penjaga melemparkan kata-kata pedas seperti itu, tapi wanita itu benar-benar tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Nasihat yang diberikan oleh penjaga tidak pernah digubris oleh tersangka. 

Sebenarnya penjaga tahu bahwa menyuruh tersangka untuk mendengar adalah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi ia tidak akan pernah berhenti melakukannya karena ia tidak akan menjadi seperti tersangka yang lain. Ia tidak akan memakan gaji buta seperti yang dilakukan oleh tersangka di sel nomor—ah, terlalu banyak orang-orang yang dikurung dalam sel. Tidak mudah mengingatnya satu per satu beserta dosa-dosanya.

Ketiga, manusia salah mengartikan bahwa kekasih adalah segalanya.

Secara logis, si penjaga harusnya istirahat sejenak, tapi ia tidak pernah merasa lelah. Dia terus berkelana menuju ke sel selanjutnya. Kali ini ketika penjaga telah sampai di depan sel tersangka nomor empat, ia terlihat sedang meringkuk di pojok ruang. Menekuk lulut dan memeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun