Komisi Aparatur Sipil Negara atau biasa disebut KASN, pada 30 Agustus 2023 telah menyelenggarakan webinar dengan tema yang menarik sekaligus menggelitik. "Perselingkuhan ASN : Cinta Terlarang, Masalah Menghadang".Â
Animo pegawai terhadap topik ini sangat tinggi, terbukti kuota 1000 seat di zoom ludes dalam hitungan menit (kurang dari 10 menit), live youtube diikuti lebih dari 10.000 peserta yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Ada apa dengan ASN dan isu perselingkuhan di lingkungan kerja? Apakah tempat kerja menjadi faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya perselingkuhan?
Berdasarkan data KASN tahun 2020-2023, diketahui terdapat 172 kasus atau 25% dari keseluruhan pengaduan pelanggaran kode etik dan kode perilaku ASN yang dilaporkan ke KASN merupakan kasus perselingkuhan dan rumah tangga ASN. Jumlah ini akan meningkat secara signifikan jika diakumulasikan dengan pengaduan sejenis yang diterima  Kepegawaian Daerah atau Biro SDM.Â
Instansi yang bertugas mengelola kepegawaian seperti BKD Jawa Barat, Biro SDM Kemendikbudristek, BKPP Banyuwangi, BKPSDM Jember, BKPSDM Kab. Kepulauan Anambas, BKPSDM Kota Surabaya, BKPSDM Kota Payakumbuh, BKPSDM Kab. Malang dan BKPSDM Kab. Jember melaporkan, selain kasus disiplin pegawai, perselingkuhan dan perceraian merupakan kasus yang banyak ditangani bagian kepegawaian (Video dalam webinar KASN, 2003).
Menjadi menggelitik saat menuliskan kata kunci 'ASN berselingkuh' pada mesin pencari, ternyata banyak sekali berita terkait yang tersaji. Ironis mengingat ASN diharapkan menjadi 'wajah' pemerintah yang dapat memberikan teladan dan citra diri positif bagi masyarat.
Sehingga cukup bijak bila KASN sebagai Lembaga Independen Negara yang memiliki fungsi pengawasan dalam pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN mengingatkan dan mengedukasi pegawai melalui webinar bertemakan cinta terlarang. Menghadirkan dr. Santi Yuliani, M.Sc., Sp.KJ dan Drs. Pangihutan Marpaung, MM selaku narasumber serta Key Note Speech oleh Ketua KASN, Prof. Agus Pramusinto.
Batasan Selingkuh
Perselingkuhan sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai aktivitas menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, perbuatan tidak jujur, curang dan serong. Lalu apakah dapat dikatakan sebagai perselingkuhan jika tidak terdapat kontak fisik di dalamnya? dr. Santi menegaskan bahwa perselingkuhan atau infidelity merupakan pelanggaran sebuah kepercayaan, pengkhianatan sebuah hubungan dan pemutusan sebuah kesepakatan.Â
Jadi ketika sudah terdapat kepercayaan dan kesepakatan yang dirusak meskipun tidak melibatkan kontak fisik, maka sudah dapat disebut sebagai perilaku selingkuh. Adapun kecurangan saat menikah atau pelanggaran terhadap kontrak pasangan yang berhubungan dengan eksklusivitas seksual maupun emosional disebut dengan perzinaan. Pada referensi lain dikatakan bahwa selingkuh dibedakan menjadi dua macam yaitu perselingkuhan seksual dan perselingkuhan emosional.
Selingkuh dari Kacamata Neurokimiawi Otak
dr. Santi Yuliani, M.Sc., Sp.KJ menjelaskan bahwa perilaku berselingkuh bisa dipahami melalui interaksi senyawa yang ada di otak. Reaksi-reaksi fisiologis manusia digerakkan oleh beberapa area sistem syaraf otonom dan sistem limbik yang ada di otak (Pudjono, 1995). Sistem limbik sendiri merupakan bagian otak yang sangat berperan dalam pembentukan tingkah laku, pemrosesan emosi, hasrat seksual dan memori, termasuk di dalamnya perilaku berselingkuh.Â
Di dalamnya ada amigdala untuk mengatur respon emosi, hipotalamus yang bertugas melepaskan hormon emosi (termasuk rasa sakit, lapar, haus, kesenangan, perasaan seksual, marah, dan agresi), dan hipokampus sebagai pusat memori (Masters, dalam Pudjono).Â
Hipotalamus juga bertugas untuk memproduksi zat-zat di otak yang bernama dopamine, oksitosin dan vasopressin. Ketiganya merupakan hormon-hormon yang membuat semangat, euphoria, nyaman , enak yang dibutuhkan saat orang jatuh cinta.
Selain itu, ada juga otak bagian depan yaitu area otak yang berfungsi untuk motivasi, perencanaan dan keputusan-keputusan yang sifatnya logis dan eksekutif. Ketika terjadi perselingkuhan, sistem limbik akan mendominasi dan otak depan mengalami penurunan fungsi. Sistem limbik juga berperan dalam munculnya 'lust'. Dalam konteks perselingkuhan, lust adalah hasrat seksual atau desire yang menjadi entry point perilaku berselingkuh.
Terdapat beberapa tahapan dalam perselingkuhan dari sudut pandang Neurokimiawi Otak, yaitu:
1. Lust
Lust disebut sebagai pintu masuk perselingkuhan. Lust merupakan tekanan psikologis yang memunculkan keinginan yang sangat intens terhadap sesuatu, seseorang atau objek tertentu (kekuasaan, jabatan, seksual, harta, makanan). Lust juga diartikan suatu keinginan menguasai yang sulit dibendung, terlebih bagi seseorang tidak mau belajar mengontrol diri.Â
Pada tahapan lust, hormon testosterone dan estrogen mendominasi. Bagian otak yang bernama hipotalamus merangsang  produksi hormon seks terstosteron dan estrogen.Â
Lust ini lahir salah satunya dari fokus visual. Sehingga ketika mulai terasa ada yang aneh dalam diri, mulai merasa deg-degan, ingin melihat secara berulang, ingin kontak yang lebih intens pada seseorang selain pasangan, kita dapat mengerahkan will power (tekad) untuk meminimalir dampak.Â
Salah satunya dengan menundukkan pandangan, stop stalking, kembali mengingat komitmen awal pasangan, dll. Tanyakan pada diri terdalam, apakah dia milikku? Apakah apa yang aku lakukan benar? Apakah ada orang lain yang akan tersakiti karena perilakuku?
Pencegahan sangat penting dilakukan di tahapan ini agar tidak masuk pada tahap berikutnya. Kemampuan mengendalikan lust dapat menghindarkan seseorang pada pengambilan keputusan yang salah yang beresiko pada munculnya beragam kesalahan yang seharusnya tidak terjadi.
2. Attraction
Tahap ini melibatkan jalur otak yang berfungsi mengontrol perilaku "rewarding". Rewarding diartikan sebagai perilaku menyenangkan yang mempunyai konsekuensi untuk terus diulang. Perilaku ini muncul karena terproduksinya hormon dopamine, serotonin, noreepinefrin atau adrenalin. Dopamine dan serotonin dapat memunculkan perasaan senang, seru, bahagia sementara norepinefrin atau adrenaline membuat deg-degan, penasaran dan tertantang.
Pada tahap ini, terjadi Amygdala Hijack. Otak bagian logika dan penentuan keputusan tidak dapat berfungsi. Menjadi penting untuk memahami dan berhenti tatkala  melakukan hal yang salah atau saat menginginkan apa yang bukan menjadi miliki kita. Namun rumput tetangga memang nampak lebih hijau, ya?
Dalam tahap attraction ini, Â lahirlah yang namanya emotional affair.
Emotional affair merupakan tahapan yang lebih dalam. Emosi kita sudah terlibat di sini, tidak hanya sekedar desire. Manisfestasi rasa suka hadir dalam perilaku, pikiran dan perasaan. Seseorang secara tidak sadar mengalami perubahan perilaku, dari yang misalnya abai terhadap penampilan diri menjadi lebih pesolek, dari yang cuek menjadi perhatian.
Ciri-ciri mengalami emotional affair yaitu:
a) Berusaha lebih memperbaiki penampilan diri agar dapat memikat dan mengambil perhatian lawan jenis
b) Memanipulasi perbuatan
c) Lebih banyak menghabiskan waktu bersama lawan jenis dibandingkan dengan pasangan legal.
d) Berbuat curang, diam-diam menelpon atau chat dengan lawan jenis, menyembunyikan & tidak membagikan pasword handphone
e) Lebih merasa nyaman dan seru serta lebih sering tertawa dengan lawan jenis dibandingkan dengan pasangan sendiri.
f) Banyak terlahir kebohongan-kebohongan terhadap pasangan, menghabiskan waktu yang lebih lama di kantor tanpa ada urgensi pekerjaan kantor. Terdapat perubahan
Tahapan ini bersifat candu. Dari yang awalnya merasa cukup senang hanya dengan dibalas chatnya, sekarang standar senangnya meningkat. Mulanya cukup senang dengan chat 1 hari sekali kemudian naik menjadi 5 kali. Chat dirasa kurang, meningkat lagi jadi ingin telpon. Merasa kurang ingin video call. Setelah video call, kenapa terasa biasa maka ingin meningkat lagi menjadi langsung bertemu dan seterusnya sehingga menimbulkan adiksi atau kecanduan.
Adiksi selingkuh ditandai dengan 1) pikiran berulang terhadap lawan jenis, rasanya mudah kangen, sering kepikiran ; 2) frekuensi hubungan yang meningkat; 3) terobsesi, merasa uring-uringan saat tidak bertemu gebetan dan keinginan untuk terus melanjutkan hingga; 4) dan menganggu perilaku (tidak fokus, mudah marah, hubungan dengan pasangan tambah tidak harmonis, menganggu kinerja). Kepada pegawai, hal ini dapat berakibat buruk terhadap kinerja, hubungan dengan rekan dan produktivitas kerja; 5) kehidupan menjadi lebih berantakan.
3. Attachment
Tahap ini merupakan tahap yang berbahaya. Tahap ini disebut juga tahap bonding atau keterikatan.  Hormon yang terlibat adalah hormone oksitosin dan vasopresin. Konsentrasi hormon oksitosin dan vasopressin dapat meningkatkan intensitas rasa cinta  yang dirasakan individu sehingga memperkuat keterikatan.Â
Keberadaan kedua hormon ini akan memengaruhi perilaku sosial yakni keagresifan yang dapat membuat seseorang melakukan hal-hal di luar nalar. Jika seseorang sudah berada pada tahapan ini, maka hubungan menjadi lebih sulit untuk dipisahkan. Jadi berabe kalau terikatnya pada orang yang tidak seharusnya kan ya?
Dampak Perselingkuhan Secara Psikologis
Ketika dampak ini dapat dirasakan sebelum perselingkuhan terjadi, rasanya banyak orang yang akan berpikir ulang untuk melakukan hal ini. Sayangnya, yang namanya dampak selalu mengikuti peristiwa. Sayangnya lagi, efek merusak dari perselingkuhan ini menjadi salah satu bagian yang paling sulit untuk ditanganani dalam proses terapi dan memengaruhi beragam aspek hidup.Â
Berikut implikasi perselingkuhan bagi pihak-pihak terkait :
Korban
Ketika terjadi perselingkuhan, unsur kepercayaan, harga diri dan rasa aman yang merupakan kebutuhan dasar manusia rusak. Secara lebih spesifik, pasangan yang dicurangi dalam hubungan tersebut sering mengalami berbagai tekanan emosional dan psikologis setelah perselingkuhan, seperti depresi, kecemasan, penurunan kepercayaan diri dan seksual, serta penurunan harga diri .
Pasangan yang terluka karena merasa terkhianati juga sering mengalami emosi marah, kecewa, ragu, merasa terhina, rasa malu dan seringkali membutuhkan intervensi klinis. Perlu diketahui bahwa pemulihan pasca pengkhianatan butuh waktu yang cukup lama.
Tidak hanya itu, secara fisiologis, pasangan yang dicurangi juga dapat merasakan berbagai keluhan fisik seperti kepala pusing, asam lambung naik, badan menjadi lemas, hipertensi serta sulit tidur. Perselingkuhan yang terjadi berulang rentan membuat pasangan mengalami kelelahan fisik dan emosional yang dapat berakibat lebih serius.
Pelaku
Beberapa penelitian mengungkapkan dampak perselingkuhan tidak hanya terdapat pada korban melainkan juga berefek terhadap pelaku. Seseorang yang tidak setia terhadap pasangannya didapati lebih banyak mengalami tekanan psikologis.Â
Pelaku perselingkuhan melaporkan gejala depresi dan kesejahteraan yang lebih rendah daripada orang lain yang tidak melakukan perselingkuhan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rasa malu, rasa bersalah terhadap pasangan serta rasa takut akan ketiadaan pengampunan dari pasangan yang telah ia khianati (Wilkinson dalam Saleha & Kurniasih, 2021). Belum lagi ancaman karir yang juga mungkin akan diperolehnya.
Anak-anak
Perselingkuhan yang terjadi dalam sebuah keluarga yang sudah memiliki anak dapat melemahkan kesehatan mental anak serta dapat membuat anak mengalami beban psikologis jangka panjang.Â
Anak korban perselingkuhan cenderung merasakan tumpukan emosi negatif seperti dendam, marah, kecewa, malu, minder, sulit percaya, sedih, cemas, merasa tidak berharga dan berbagai perasaan negatif lainnya yang apabila tidak tertangani dapat berpotensi menjadi stress berat hingga depresi.
Selain itu, anak dapat memiliki perubahan persepsi akan cinta dan komitmen berkeluarga.Â
Secara akademik, anak juga dapat mengalami penurunan konsentrasi yang berakibat pada menurunnya nilai akademis. Rasa malu akibat perselingkuhan orangtua juga dapat membuat anak menarik diri dan menyebabkannya merasa kesepian. Dampak lain yang mungkin terjadi adalah munculnya perilaku kenakalan anak/remaja.
Pada anak-anak yang belum mampu mengekspresikan emosi, biasanya termanisfestasi dengan perilaku yang bersifat regresif atau mundur dari tahap perkembangan yang dialaminya seperti tantrum, mengisap jempol, ngompol hingga mimpi buruk.
Rasanya menyesakkan saat membayangkan berbagai dampak ini.
Penyebab Perselingkuhan dalam Lingkungan Kerja
Faktor penyebab ini merupakan pemaparan dari dr. Santi dalam webinar KASN, yaitu:
1. Minimnya konsekuensi, selingkuh terjadi salah satunya karena minimnya konsekuensi dari instansi/lingkungan kerja.
2. Kurangnya referensi penyelesaian masalah. Peselingkuh menjadikan selingkuh sebagai solusi tunggal yang semu.
3. Menikmati menjadi pribadi "Pemenang". Merasa berhasil dan menang saat dapat merebut pasangan orang lain. Merasa hebat saat mampu menaklukkan dan mengayomi seseorang yang bukan miliknya, dll. Perasaan menang ini sifatnya juga adiksi sehingga memicu pencapaian kemenangan-kemenangan lain yang tidak berujung.
4. Genetik. Setiap orang memiliki gen ini. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki reseptor dopamin D4 (DRD4) yang lebih panjang, cenderung melaporkan bahwa mereka pernah berselingkuh dari pasangan mereka di masa lalu, baik pada pria maupun wanita. Variasi genetik khusus yang terjadi pada reseptor D4 ini berpotensi lebih mungkin terjadi pada mereka yang sering berperilaku curang dan fokus mencari kesenangan. Perilaku berselingkuh dipersepsi sangat menyenangkan sebab dapat melibatkan peningkatan level pencarian sensasi. Menarik ya?
5. Rendahnya kontrol diri individu juga membuat perilaku selingkuh menjadi lebih mudah untuk dilakukan.
Kita Bisa apa?
Menuliskan ini rasanya butuh satu kolom khusus. namun menurut hemat penulis, dalam menghadapi hal ini butuh kerjasama dari berbagai sisi, dari diri sendiri pastinya, pasangan, rekan kerja serta instansi :
1. Menanamkan rasa cukup terhadap apa yang dimiliki. Sungguh perasaan cukup ini butuh intensi dan upaya yang tak tidak ringan. Perasaan cukup ini dapat mendongkrak kontrol diri.Â
2. Perkuat tekad. Willingness atau kemauan/ niat / tekad yang kuat menjadi bekal utama untuk kita yang ingin berubah. Dalam dan berubah dan bergerak meninggalkan perilaku perselingkuhan, faktor internal berupa tekad menjadi bahan bakar  utama.
3. Panggil ingatan "kali pertama" yang membuat kita memutuskan untuk melabuhkan hati dan kontrak seumur hidup dengan pasangan kita. Temukan lagi, apa yang membuatnya berbeda dan eksklusif? di sana dapat kita temukan segunung hal positif yang dimiliki pasangan.
4. Pahami batasan diri, jika merasa diri kita adalah orang yang mudah iba, batasi menerima dan mendengarkan curhatan dari lawan jenis. Rasa iba membuat kita tergerak melakukan sesuatu yang lebih dan memberi pengayoman.Â
Menceritakan secara mendalam juga dapat membangun kenyamanan yang tidak sehat. Berelasi secukupnya menjadi kunci. Ketika teman lawan jenis kita mengalami hal berat kita tetap dapat membantunya dengan mengarahkan kepada profesional (psikolog atau psikiater).
5. Selaku pasangan, kita dapat melakukan refleksi terkait hubungan yang kita jalani dengan saling memperbaiki, meningkatkan bonding dengan kembali menjadwalkan quality time berdua, melakukan aktivitas yang disukai bersama-sama, mengobrol hal-hal receh yang dapat membuat tertawa lepas. Ada hal lain? Tambahkan di komen yuk...pengen belajar dan saling berbagi dari pengalaman teman-teman juga.
6. Ketika terjadi masalah, yuk berlatih untuk menyelesaikan bersama, mengumpulkan resource berdua dan saling menguatkan, bukan dengan lari pada orang yang berbeda. Kita juga sangat boleh meminta bantuan pada profesional, terkadang kita butuh pihak netral untuk dapat melihat permasalahan kita dengan sudut pandang yang lebih jernih.
7. Sebagai rekan kerja, 1) stop melakukan kegiatan yang berpotensi melancarkan hubungan terlarang seperti memilih menyendiri dengan lawan jenis, menambah frekuensi komunikasi di luar jam kerja dll; 2) stop bercanda untuk memasang-masangkan rekan yang sudah saling berkeluarga dengan selain pasangannya dan 3) stop mendukung hubungan terlarang teman kita.
8. Sebagai Pimpinan, diharapkan agar lebih peka. Ketika pegawai terindikasi memiliki hubungan terlarang, Instansi dalam hal ini diwakili oleh Pimpinan dapat berkontribusi meminimalisir keberhasilan hubungan tersebut salah satunya dengan cara tidak menugaskan mereka dalam dinas ke luar kota. Mencoba melakukan pendekatan secara personal kepada pegawai terkait sebagai alternatif cara untuk mengingatkan atau menjadi bagian dari pembinaan.
9. Pemerintah. Regulasi sudah tertuang dengan manis. Pastikan aksi dan eksekusi dapat mengikuti.
10. Terakhir dan tidak kalah penting adalah Doa. Berdoa agar dimampukan melewati kerikil dan bebatuan hidup yang menantang langkah kita, dimampukan untuk menjaga hati dan merasa cukup atas apa yang kita miliki, dimampukan untuk menjadi pasangan yang saling menjaga dan setia. Amin...
Sebagai pamungkas tulisan ini, penulis tekankan bahwa untuk menciptakan sebuah lingkungan kerja yang sehat dari asmara terlarang itu butuh sinergi dari berbagai lini. Apakah kita mau ikut berkontribusi? Selamat menemukan jawaban melalui hati
1 September 2023,
Al Faqirah ila Rahmati Robbiha
Estrina Maya
Referensi :
https://www.kasn.go.id/id/profil
Materi webinar dari KASN tentang "Perselingkuhan ASN : Cinta Terlarang, Masalah Menghadang"
Pudjono Marnio. 1995. Dasar-dasar Fisiologis Emosi. Buletin Psikologi Tahun III Nomor 2 1995
Shaleha & Kuntari. 2021. Ketidaksetiaan : Eksplorasi Ilmiah tentang Perselingkuhan. Buletin  Psikologi Volume 29 Nomor 2, 2021: 218-230
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230830104501-4-467420/perselingkuhan-pns-makin-marak-172-kasus-dalam-3-tahun
Kuntari. 2021. Ketika Jatuh Cinta. https://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/963/ketika-jatuh-cinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H