Mohon tunggu...
Estrina Maya
Estrina Maya Mohon Tunggu... Psikolog - Grateful Hunter!

Adalah manusia yang mencintai kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengupas Perselingkuhan di Tempat Kerja dari Kacamata Neuropsikologi

1 September 2023   01:11 Diperbarui: 4 Oktober 2023   13:58 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak korban perselingkuhan cenderung merasakan tumpukan emosi negatif seperti dendam, marah, kecewa, malu, minder, sulit percaya, sedih, cemas, merasa tidak berharga dan berbagai perasaan negatif lainnya yang apabila tidak tertangani dapat berpotensi menjadi stress berat hingga depresi.
Selain itu, anak dapat memiliki perubahan persepsi akan cinta dan komitmen berkeluarga. 

Secara akademik, anak juga dapat mengalami penurunan konsentrasi yang berakibat pada menurunnya nilai akademis. Rasa malu akibat perselingkuhan orangtua juga dapat membuat anak menarik diri dan menyebabkannya merasa kesepian. Dampak lain yang mungkin terjadi adalah munculnya perilaku kenakalan anak/remaja.

Pada anak-anak yang belum mampu mengekspresikan emosi, biasanya termanisfestasi dengan perilaku yang bersifat regresif atau mundur dari tahap perkembangan yang dialaminya seperti tantrum, mengisap jempol, ngompol hingga mimpi buruk.
Rasanya menyesakkan saat membayangkan berbagai dampak ini.

Penyebab Perselingkuhan dalam Lingkungan Kerja

Faktor penyebab ini merupakan pemaparan dari dr. Santi dalam webinar KASN, yaitu:
1. Minimnya konsekuensi, selingkuh terjadi salah satunya karena minimnya konsekuensi dari instansi/lingkungan kerja.

2. Kurangnya referensi penyelesaian masalah. Peselingkuh menjadikan selingkuh sebagai solusi tunggal yang semu.

3. Menikmati menjadi pribadi "Pemenang". Merasa berhasil dan menang saat dapat merebut pasangan orang lain. Merasa hebat saat mampu menaklukkan dan mengayomi seseorang yang bukan miliknya, dll. Perasaan menang ini sifatnya juga adiksi sehingga memicu pencapaian kemenangan-kemenangan lain yang tidak berujung.

4. Genetik. Setiap orang memiliki gen ini. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki reseptor dopamin D4 (DRD4) yang lebih panjang, cenderung melaporkan bahwa mereka pernah berselingkuh dari pasangan mereka di masa lalu, baik pada pria maupun wanita. Variasi genetik khusus yang terjadi pada reseptor D4 ini berpotensi lebih mungkin terjadi pada mereka yang sering berperilaku curang dan fokus mencari kesenangan. Perilaku berselingkuh dipersepsi sangat menyenangkan sebab dapat melibatkan peningkatan level pencarian sensasi. Menarik ya?

5. Rendahnya kontrol diri individu juga membuat perilaku selingkuh menjadi lebih mudah untuk dilakukan.

Kita Bisa apa?

Menuliskan ini rasanya butuh satu kolom khusus. namun menurut hemat penulis, dalam menghadapi hal ini butuh kerjasama dari berbagai sisi, dari diri sendiri pastinya, pasangan, rekan kerja serta instansi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun