Berkali-kali saya juga ditanya oleh yang menelpon, "Mau kemana sih, koq rapi amat, pake baju couple segala" mereka berkelakar renyah sambil tertawa. Saya dan suami ikut tertawa. Â
Dan hal berkesan berikutnya adalah, bagaimana semua orang tampak sangat berupaya untuk saling menyemangati satu sama lainnya. Adik bungsu saya mengelilingi seluruh rumah untuk memperlihatkan look dari setiap pojok di rumah. Mulai dari apa yang terhidang di dapur, kamar-kamar yang baru saja ia bersihkan, bagaimana ia menata ulang baju-baju saya di lemari dan hal-hal sepele seperti menunjukkan seprai baru yang baru ia pasang di kasur nya.
Ah, ternyata lebaran ini tidak seaneh yang saya kira. Kecuali bahwa tidak bertatap muka, Â tapi momen ini, masih sangat syahdu seperti biasanya.
Bila Idul Fitri adalah kemenangan, maka kemenangan tahun ini terletak pada kemantapan kita untuk menyambut dan merangkul kebaruan yang ada tanpa perlu menggerutu dan mempertentangkan dengan tradisi atau kebiasaan lama. Semuanya ada pada pilihan persepsi. Dan saya memilih untuk mempersepsikannya sebagai suatu pengalaman yang tak ternilai harganya.
Selamat Idul Fitri 1441H, Maaf lahir batin.
---
1 Syawal 1441H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H