Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Gaya hidup dan humaniora dalam satu ruang: bahas buku, literasi, neurosains, pelatihan kognitif, parenting, plus serunya worklife sebagai pekerja media di TVRI Maluku!

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Mendeteksi Emosi dan Menemukan Solusinya dengan AI

10 Agustus 2019   16:07 Diperbarui: 11 Agustus 2019   13:35 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : neurosciencenews.com dan UTD

Emosi adalah bagian tak terpisahkan dari manusia. Terkadang kita bahagia,  terkadang tidak. Tetapi apa yang memengaruhi keadaan emosi kita? Biologi menjawab bahwa hormon-lah penyebabnya. 

Tetapi seandainya hormon sendiri bisa menjelaskan dirinya sendiri, ia mungkin akan mengatakan justru manusia sendirilah yang salah, apa yang kita konsumsi dari makanan dan bagaimana kita bereaksi terhadap lingkungan, itulah yang mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh. 

Perdebatan intrapersonal seperti itu sepertinya tak akan pernah selesai, karena para peneliti, terapis, dan psikolog pun masih terus mengadakan penelitian untuk menjawabnya.

Tapi bagaimana bila kita melibatkan kecanggihan teknologi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Apakah itu mungkin? Seperti yang dilakukan dalam sebuah studi baru-baru ini dengan responden para mahasiswa. 

Center for BrainHealth di Universitas Texas Dallas (UTD) bekerja sama dengan Mindcurrent, sebuah startup kesehatan yang berbasis di Portland, Oregon, pada studi 45 hari yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan baru untuk memetakan emosi manusia secara real-time.

Studi ini memang diharapkan untuk diikuti 30 hingga 50 peserta - kebanyakan adalah mahasiswa dari UTD - untuk melacak emosi mereka menggunakan aplikasi Mindcurrent. Peserta akan mengkorelasikan input mereka dengan data perilaku, biometrik, lingkungan, dan aktivitas yang diambil dari produk Apple Watch.

Mengkombinasikan AI Dengan Data Biometrik

Centre for BrainHealth adalah lembaga penelitian yang bertujuan meningkatkan, melindungi, dan memulihkan kesehatan otak sepanjang umur seseorang. 

Aplikasi Mindcurrent melacak emosi yang dilaporkan sendiri oleh pengguna melalui smartphone atau jam tangan pintar untuk membuat aliran data yang dienkripsi.

Kecerdasan buatan Mindcurrent menggunakan informasi ini untuk analisis data dan memberikan rekomendasi yang dapat meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan pengguna.

Kecerdasan buatan Mindcurrent menggunakan pendekatan pengumpulan dan analisis data biometrik moment-to-moment. Ini tentunya memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan lebih jauh dalam penelitian ilmu saraf kognitif dan menawarkan aplikasi yang inovatif untuk AI sehingga dapat meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan pengguna.

UTD mengatakan penelitian ini melacak bagaimana peserta menyesuaikan emosi mereka dengan menggunakan video pendek yang dipersonalisasi atas saran dari algoritma aplikasi. Kemudian akan ada silang input pengguna dengan lokasi dan data aktivitas mereka untuk mencari tahu faktor-faktor apa yang mungkin telah berkontribusi pada keadaan emosi positif dan negatif yang mereka alami.

Selama lebih dari satu dekade, para psikolog, terapis, dan peneliti telah berusaha mengumpulkan cukup data untuk menentukan apa yang memicu perubahan emosional.

Saya yakin teknologi dan ilmu data yang menjadi senjata industri 4.0 akan membantu memajukan penelitian untuk lebih memahami faktor-faktor yang mendasari keadaan emosi dan pola perilaku manusia.

Iseng Mencoba Aplikasi Mindcurrent

Setelah membaca artikel tentang penelitian UTD, saya langsung mencari aplikasi Mindcurrent di Play Store. Awalnya agak ragu, tapi naluri kepo saya memang tidak bisa dibendung kalau berurusan dengan ilmu pengetahuan.

Hasil pelacakan, saya terdeteksi sedang rileks saat pertama kali mencoba. Kemudian kedua kalinya saya terdeteksi excited, dan ketiga kalinya terdekteksi sedang fokus. 

Saya rasa ketiga hasil deteksi itu lumayan relevan. Di kali pertama, saya memang dengan santai asal mencoba, lalu kedua kalinya saya menjadi bersemangat karena aplikasi ini benar-benar berfungsi, kali ketiga saya jadi fokus meneliti semua fitur yang ada di aplikasi tersebut.

Hasil percobaan penggunaan aplikasi Mindcurent. (dokpri)
Hasil percobaan penggunaan aplikasi Mindcurent. (dokpri)

Meskipun hanya mengamati sesaat, dan itupun tidak maksimal (saya tentu tidak menggunakan Apple Watch hehe) karena memang saya bukan ahli penilai aplikasi android, tapi setidaknya saya membuktikan bahwa penelitian itu memang membawa hasil yang seperti mereka klaim berpotensi membawa manfaat besar. 

Saya juga takjub karena ada informasi mengenai ajakan untuk peduli dan rujukan apabila mendengar ada yang akan bunuh diri. Emosi yang berujung stress tentunya berakibat fatal  pada kesehatan jiwa dan pemerintah di sana benar-benar bekerja keras untuk menekan tingkat bunuh diri di Amerika.

Dari percobaan terhadap aplikasi tersebut saya bisa memahami mengapa mahasiswa menjadi subjek penelitian mereka, karena memang di Amerika stres adalah masalah yang terkenal di kalangan mahasiswa. 

Ada banyak pemicu stress yang mereka alami seperti ujian tengah semester dan ujian akhir. Di Indonesia pun baru-baru ini beberapa kasus bunuh diri karena stres terjadi pada kalangan mahasiswa.  

Dengan mempelajari emosi dan perilaku siswa selama masa-masa puncak stres mereka akan mengarah pada solusi untuk lingkungan belajar yang lebih produktif dan sukses. Saya berharap penelitian serupa juga bisa segera dilakukan di Indonesia.

Ngomong-ngomong, ternyata aplikasi Mindcurrent masih dikhususkan untuk wilayah Amerika. Saya akhirnya pun harus meng-input nomer telepon fiktif untuk registrasi sebelum menggunakannya. 

Well, yang terpenting, saya antusias pemanfaatan AI untuk memecahkan masalah-masalah manusia sedang menggeliat. Industri 4.0 benar-benar sudah di depan mata.

---

Referensi: Happy? Sad? Study Uses AI to Examine What Affects Our Emotions

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun