Mohon tunggu...
Esti Estiarati
Esti Estiarati Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk Menikmati Hidup

Hai, menurut saya kehidupan kita di dunia ini ibarat sebuah roda yang sedang berputar. Saat berada di atas ,atau di bawah, gembira atau sedih, sehat atau sakit, semua itu adalah bagian yang akan kita hadapi, tak peduli siapa dia. Tetaplah tenang, dan jangan berlebihan. Mari kita berbagi lewat tulisan.. karena saya seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Depok, senang membaca dan menyanyi buat suami dan anak, dan sangat membutuhkan ilmu dan wawasan yang bermanfaat. Semoga

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pada Suatu Hari di Bulan Juli

8 Desember 2021   07:31 Diperbarui: 8 Desember 2021   07:51 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbayang selalu wajah ceriamu...wajah ceria ketika kau bersama keluarga dan anak-anakmu yang masih kecil-kecil..hiks.

Kau penghibur bagi kami semua, terlebih terhadap Ibu kita. Baginya, kau adalah hiburannya. Kau, anak laki-laki bungsu kesayangan Ibu. Adikku, tahu tidak, hingga kini, Ibu juga masih sering menangisimu. Kami kehilangan sosokmu..hiks.

Kau kan yang selalu mengompori kami untuk guyub. Katamu, keluarga kita harus kompak, saling tolong dan menolong dan jangan lupa membahagiakan orangtua. Maka tak heran, kau sering mengajak keluarga untuk jalan bareng. Rekreasi bersama atau minimal makan bareng di warung bakso di pinggir jalan.

Adikku, aku bersaksi pada Allah, kau orang yang sederhana. Selain menyenangkan, kau tidak suka berhutang. Bagimu, berhutang membuat seseorang sengsara. Kamu sangat bangga dan bahagia tidak memiliki hutang. Tidak mengapa pakai motor tua, yang penting tidak ada beban, katamu sambil tersenyum ceria.

Aku ingat, kalau kamu berkunjung, pasti membawa makanan atau minuman untuk disantap bersama. Asyik sekali masa-masa itu.. 

Masa hidupmu..penuh dengan perjuangan sekaligus keceriaan. Akankah kembali lagi? Tidak mungkin, tentu saja.

Ah, aku seperti anak kecil saja. Jujur, aku masih saja menangisi kepergianmu, Adikku..

Padahal kau, hanya seorang adik saja kok. Tapi mengapa kesedihanku atas kepergianmu masih sulit kuhilangkan hingga kini?

Ssst.. Diam-diam aku sering menangisimu. Terlebih jika ingat wajah lucu anak-anakmu yang masih balita. Sulit bagiku untuk bisa tersenyum. Sedih rasanya membayangkan anak-anakmu yang belum menyadari kepergianmu, wahai Adikku..

Kata istrimu, anakmu yang balita cerita kepada gurunya, ..katanya dia benci ayahnya yang belum pulang juga ke rumah.

Hiks.Hiks.Hiks.. Aku tak kuasa menahan air mata yang meluap ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun