Selain memperhatikan apek kesiapan anak baik dari segi fisik maupun emosional, bagaimana orangtua memberikan pendampingan selama proses tersebut juga menjadi kunci penting keberhasilan tahap ini. Apabila pelatihan ini tidak sesuai dan terjadi fiksasi, dapat menyebabkan permasalahan pada tumbuh kembang anak. Terdapat dua bentuk fiksasi yang terjadi pada toilet training, pertama ketika orang tua terlalu ketat dalam mengarahkan anak dan melakukanya sangat dini, pada model ini kecenderungan kepribadian anak tersebut nantinya menjadi kaku, terlalu mengontrol segala hal, hingga obsesif. Kedua adalah ketika orang tua memberikan pengarahan terlalu longgar maka anak akan menjadi pribadi yang tidak beraturan, pemalas, dan berperilaku merusak.
Menurut Freud cara yang baik untuk mendampingi anak melakukan tahap toilet training adalah dengan pujian dan hadiah. Ia percaya dengan menggunakan reinforcementpositif setelah anak menggunakan toilet pada waktu yang sesuai dapat memunculkan hasil yang lebih positif.
Q: Bagaimana Cara Melatih Anak untuk Menggunakan Toilet?
A: Untuk mempermudah proses ini, pakaikan baju yang mudah dilepas dan dipakai oleh anak seorang diri. Selanjutnya ajari dia tata cara saat memakai toilet.
- Mengajari cara duduk yang benar saat memakai pispot atau tempat duduk kloset. Anda bisa menggendongnya ketika Anda memilih memakai tempat duduk kloset.
- Setelah selesai BAK atau BAB, ajari dia untuk membersihkan alat kelaminnya. Jika anak Anda perempuan, ajari untuk membasuh alat kelaminnya memakai tangan kiri dimulai dari arah depan vagina, kemudian ke bagian anus. Hal ini bertujuan untuk mencegah berpindahnya bakteri dari anus ke vagina. Namun anak-anak yang belum berusia 4 hingga 5 tahun biasanya tidak bisa membersihkan alat kelaminnya dengan benar, terutama setelah BAB. Pada saat inilah Anda bisa membantu membersihkannya.
- Jika Anda memiliki anak laki-laki, ajari untuk mengarahkan penisnya ke bawah pispot atau toilet demi menghindari air seni terciprat pada bagian depan tempat duduk pispot atau kloset. Ajari anak Anda untuk membersihkan penisnya dengan air usai melakukan BAK.
- Bantu anak untuk menekan tombol flushpada toilet usai BAK atau BAB. Jika anak Anda tidak berani menekannya, Anda tidak perlu memaksakan. Jika Anda menggunakan pispot, ajak anak untuk melihat proses pembuangan air seni atau tinja dari pispot ke kloset. Hal itu berguna agar si Kecil tahu tempat pembuangan terakhir air seni atau tinja adalah di kloset.
- Setelahnya, ajari anak Anda untuk mencuci tangan usai memakai toilet.
Ingat selama proses ini, jangan pernah meninggalkan anak tanpa pengawasan di kamar mandi demi menghindari kecelakaan, seperti terpeleset atau memasukkan sesuatu yang berbahaya ke dalam mulut.
Daftar Pustaka
Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmun Freud. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Carol, Joinson. (2009). A Prospective Study of Age at Initiation of Toilet Training and Subsequent Daytime Bladder Control in School-Age Children. Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 30(5): 385-393
Chung, Kyong-Mee. (2007). Modified Version of Azrin and Foxx’s Rapid Toilet Training. Journal of Developmental and Physical Disabilities, 19(5): 449-455
Freud, Sigmun. An Outline of Psycho-Analysis. New York: Norton 1969
Horn, Ivor B. (2006). Beliefs about the appropriate age for initiating toilet training: Are there racial and socioeconomic differences?. The Journal of Pediatrics, 149(2): 165–168