Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

OpenSID, Kontribusi Diaspora dalam Membangun Desa Digital di Indonesia

30 November 2021   11:22 Diperbarui: 30 November 2021   11:35 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan OpenSID pertama di Mataram, Lombok, tahun 2016. Foto Eddie Ridwan.

Pada tanggal 19 November 2021 Indonesian Diaspora Network Global (IDN Global) telah menyelenggarakan sebuah webinar, membahas aplikasi OpenSID, program yang dapat dimanfaatkan untuk membangun desa digital di Indonesia. Dalam webinar tersebut disampaikan bahwa, sebagai salah satu misinya, IDN Global ingin meningkatkan peran diaspora Indonesia untuk lebih berpartisipasi dalam pembangunan desa.

Mengutip penjelasan Iwan Wibisono, Deputy President IDN Global, diaspora Indonesia yang menetap di Victoria (Australia), hal ini dilakukan untuk mempertemukan harapan para diaspora Indonesia dan masyarakat di Indonesia. 

Bagi diaspora Indonesia program seperti itu merupakan sarana untuk berpartisipasi dalam pembangunan di tanah air, mengenal Indonesia lebih dalam, kontak langsung dengan masyarakat di Indonesia, serta berjejaring dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah. 

Bagi masyarakat di Indonesia, diaspora merupakan sumber informasi, pengetahuan, dan ketrampilan, mitra kerja strategis dalam membangun desa, sarana memperluas jejaring di luar Indonesia, serta sarana dan jembatan yang baik dalam mengatasi masalah bahasa, budaya, dan sebagainya.

Untuk memulai proyek pembangunan desa, aplikasi OpenSID dapat dimanfaatkan. Dr. Eddie Ridwan, pengembang aplikasi OpenSID, yang menetap di Victoria (Australia), menjelaskan bahwa aplikasi itu sudah dijalankan sejak tahun 2016 dan terbukti dapat dimanfaatkan untuk membangun desa digital di Indonesia. Dengan menjadi desa digital, layanan menjadi jauh lebih baik, cepat, dan efisien.

Memperkenalkan OpenSID kepada KOMPAK (program kerjasama Australia-Indonesia tahun 2018. Foto Eddie Ridwan.
Memperkenalkan OpenSID kepada KOMPAK (program kerjasama Australia-Indonesia tahun 2018. Foto Eddie Ridwan.

Seperti apa aplikasi OpenSID? Bagaimana implementasinya? Seperti apa desa digital itu? Desa-desa seperti apa yang dapat memanfaatkan aplikasi OpenSID?

Eddie Ridwan menceritakan bahwa, setelah pensiun, muncul keinginannya untuk membantu desa-desa di Indonesia. Untuk merealisasikan niat tersebut, tahun 2015-2016 ia menjadi relawan Australian Volunteer for Intenational Development dan pergi ke Lombok. Ia membantu Jaringan Masyarakat Sipil (JSM), sebuah lembaga swadaya masyarakat di Mataram.

Misi JSM adalah ingin membantu desa-desa di Lombok Barat, dalam meningkatkan tata kelola desa, dengan menggunakan sistem informasi desa. Pasa saat itu JSM sudah mengenal satu aplikasi (Combine Resource Institute), tetapi dalam penggunaannya ada banyak masalah. Untungnya aplikasi tersebut bersifat bebas untuk diperbaiki dan dipakai siapa saja.

Eddie Ridwan mengatakan bahwa pada waktu itu ia mempunyai kesempatan untuk membantu JSM dan memperbaiki aplikasi tersebut. Aplikasi yang telah diperbaiki itu diberi nama OpenSID, yang tujuannya memang sesuai dengan misi awal, yaitu digitalisasi sistem informasi desa. Sedikit demi sedikit, nama OpenSID dikenal. Pelatihan-pelatihan pun diadakan (pertama di Mataram). 

Aplikasi OpenSID gratis, siapa saja dapat menggunakannya, tetapi Eddie Ridwan dan tim memilih cara tidak dengan model donasi, melainkan dengan mengajak masyarakat desa berpartisipasi secara aktif, ikut mengembangkan aplikasi-aplikasinya, dan dihimbau memberikan donasi. Tujuannya adalah agar masyarakat desa itu mempunyai rasa memiliki. Dengan demikian, digitalisasi sistem informasi desa akan terus hidup dan berkembang.

Eddie Ridwan menjelaskan bahwa OpenSID bukanlah satu-satunya aplikasi yang ada di Indonesia untuk digitalisasi sistem informasi desa. Pemerintah Indonesia juga telah mengimplementasikan beberapa aplikasi, demikian juga para LSM. 

Namun, ada bedanya. Pemerintah pusat umumnya membuat aplikasi-aplikasi yang tidak terintegrasi, sementara para LSM membuat aplikasi sesuai dengan misi setiap organisasi. OpenSID adalah sebuah aplikasi yang mengintegrasikan informasi desa dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan desa.  

Ada banyak manfaat yang dapat dicapai, di antaranya: kantor desa menjadi lebih efisien dan efektif, pemerintah desa menjadi lebih transparan, layanan menjadi lebih baik dan cepat, tercapai tertib administrasi, dan perencanaan pembangunan desa akan berbasis pada data (real).

Memperkenalkan OpenSID kepada mahasiswa UNSRAT, Manado, tahun 2019. Foto Eddie Ridwan. 
Memperkenalkan OpenSID kepada mahasiswa UNSRAT, Manado, tahun 2019. Foto Eddie Ridwan. 

Melihat proyek awal berjalan dengan baik dan lancar, Eddie Ridwan pun mengajak para diaspora Indonesia lainnya, terutama yang berada di Victoria (Australia), untuk berpartisipasi; sementara desa-desa di Indonesia mulai tertarik menggunakan aplikasi OpenSID.

Atas ajakan tersebut, salah satu proyek diaspora bangun desa yang muncul adalah proyek The Making of a Smart Village yang dilaksanakan di desa Nelelamadike (Flores Timur, NTT) pada tahun 2018 oleh IDN Chapter Victoria (Australia). Iwan Wibisono menerangkan bahwa, sebagai pembuka, digunakan aplikasi OpenSID untuk digitalisasi administrasi desa. Sebagai hasil, untuk mengeluarkan surat ijin, yang biasanya 1 hari, hanya diperlukan waktu kurang dari 1 menit, karena sistem informasi sudah terintegrasi.

Proyek The Making of a Smart Village di desa Nelelamadike bukan hanya mengimplementasikan aplikasi OpenSID, tetapi juga dibuat program-program lain, seperti peningkatan mutu tenun (agar para ibu lebih profesional dalam produksi dan pemasaran tenun, sehingga ekonomi desa pun bisa meningkat) dan pembangunan sekolah taman kanak-kanak.

Foto bersama ibu-ibu penenun di desa Nelelamadike. Foto Iwan Wibisono.
Foto bersama ibu-ibu penenun di desa Nelelamadike. Foto Iwan Wibisono.

Sebagai tambahan catatan, ada 4 jenis fitur OpenSID, yaitu: 

1) tingkat dasar (pada tataran ini desa memiliki sistem data kependudukan sederhana, sistem program pembuatan surat keterangan, dan website desa, 2) tingkat berkembang (pada tataran ini desa sudah memiliki sistem data statistik sederhana, sistem laporan penduduk, sistem data bantuan desa dan distribusi bantuan, 3) tingkat maju (pada tataran ini desa sudah memiliki sistem keuangan digital, sistem data pembangunan desa, sistem laporan desa, dan sistem inventaris, dan 4) tingkat mandiri (pada tataran ini desa sudah memiliki sistem layanan mandiri, sistem pemetaan desa, dan sistem data pertanahan). 

Jika sudah berada pada tingkat keempat, sebuah desa sudah menjadi desa digital atau desa mandiri. Contoh desa yang sudah menjadi desa digital/mandiri adalah Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

Memperkenalkan OpenSID kepada Diskominfo Kab. Lima Puluh Kota, Sumbar, tahun 2020. Foto Eddie Ridwan.
Memperkenalkan OpenSID kepada Diskominfo Kab. Lima Puluh Kota, Sumbar, tahun 2020. Foto Eddie Ridwan.

Sampai akhir November 2021 tercatat hampir 13 ribu desa (556 kabupaten dan 33 provinsi) di Indonesia yang telah memanfaatkan aplikasi OpenSID. Untuk menjamin keberlangsungan OpenSID dan pengembangan aplikasi tersebut serta membantu desa-desa menerapkan teknologi menuju desa digital, pada tahun 2019 dibentuk sebuah perkumpulan desa digital terbuka yang diberi nama Open Desa, yang pengurus-pengurusnya adalah masyarakat di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2020 telah dikembangkan OpenDK, aplikasi yang digunakan untuk tingkat kecamatan dan kabupaten yang sudah sudah terhubung dengan aplikasi OpenSID. Aplikasi OpenDK berfungsi untuk mengumpulkan seluruh data dari beberapa desa dalam satu kecamatan atau kabupaten dan menampilkan data dari aplikasi OpenSID yang dikelola oleh desa di wilayah kecamatan atau kabupaten tersebut.

Desa-desa seperti apa yang dapat memanfaatkan aplikasi OpenSID? Semua desa dapat menggunakan aplikasi tersebut. Biayanya pun tidak besar. Eddie Ridwan memberikan kalkulasi sekitar 24 juta rupiah untuk implementasi awal. 

Namun, agar program tersebut berfungsi dengan baik (berhasil), diperlukan hal-hal seperti: adanya komitmen dari kepala desa, melibatkan warga desa, mengukuhkan anggaran dan posisi SDM, keinginan yang tinggi untuk menjadi desa yang transparan, adanya perbaikan yang terus-menerus. Kegagalan biasanya terjadi karena penduduk belum siap atau karena adanya keinginan menghindari transparansi data.


Seperti yang dituliskan pada bagian awal, aplikasi OpenSID telah diangkat menjadi salah satu program kerja IDN Global, tepatnya di dalam Working Group Diaspora Bangun Desa, satu dari lima working group yang dibentuk IDN Global saat ini. 

Diharapkan setiap chapter akan mengangkat desa binaan OpenSID. Dengan demikian peran diaspora terhadap pembangunan desa akan lebih meningkat dan lebih mendalam. 

Sebagai tambahan catatan, dalam webinar tersebut, Kartini Sarsilaningsing, President IDN Global, mengatakan bahwa untuk mengaktualisasi potensi diaspora Indonesia dengan lebih baik dan agar mereka dapat berkontribusi bersama dalam skala global, IDN Global mengubah paradigma. 

Berkiprah di IDN Global tidak hanya melalui (dengan menjadi) executive board, tetapi bisa juga melalui working group, wadah bagi para diaspora Indonesia yang memiliki keinginan yang kuat, semangat yang besar, serta kepedulian yang tinggi terhadap bidang tertentu. 

Sehubungan dengan itu, IDN-G periode 2021-2023 telah menyusun lima Working Group: Keimigrasian dan Kewarganegaraan, Pendidikan, Kewirausahaan, Kuliner, dan Diaspora Bangun Desa, serta mengajak diaspora Indonesia di mana pun berada untuk bergabung.

Mexico City, 29 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun