Jika sudah berada pada tingkat keempat, sebuah desa sudah menjadi desa digital atau desa mandiri. Contoh desa yang sudah menjadi desa digital/mandiri adalah Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Sampai akhir November 2021 tercatat hampir 13 ribu desa (556 kabupaten dan 33 provinsi) di Indonesia yang telah memanfaatkan aplikasi OpenSID. Untuk menjamin keberlangsungan OpenSID dan pengembangan aplikasi tersebut serta membantu desa-desa menerapkan teknologi menuju desa digital, pada tahun 2019 dibentuk sebuah perkumpulan desa digital terbuka yang diberi nama Open Desa, yang pengurus-pengurusnya adalah masyarakat di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2020 telah dikembangkan OpenDK, aplikasi yang digunakan untuk tingkat kecamatan dan kabupaten yang sudah sudah terhubung dengan aplikasi OpenSID. Aplikasi OpenDK berfungsi untuk mengumpulkan seluruh data dari beberapa desa dalam satu kecamatan atau kabupaten dan menampilkan data dari aplikasi OpenSID yang dikelola oleh desa di wilayah kecamatan atau kabupaten tersebut.
Desa-desa seperti apa yang dapat memanfaatkan aplikasi OpenSID? Semua desa dapat menggunakan aplikasi tersebut. Biayanya pun tidak besar. Eddie Ridwan memberikan kalkulasi sekitar 24 juta rupiah untuk implementasi awal.Â
Namun, agar program tersebut berfungsi dengan baik (berhasil), diperlukan hal-hal seperti: adanya komitmen dari kepala desa, melibatkan warga desa, mengukuhkan anggaran dan posisi SDM, keinginan yang tinggi untuk menjadi desa yang transparan, adanya perbaikan yang terus-menerus. Kegagalan biasanya terjadi karena penduduk belum siap atau karena adanya keinginan menghindari transparansi data.
Seperti yang dituliskan pada bagian awal, aplikasi OpenSID telah diangkat menjadi salah satu program kerja IDN Global, tepatnya di dalam Working Group Diaspora Bangun Desa, satu dari lima working group yang dibentuk IDN Global saat ini.Â
Diharapkan setiap chapter akan mengangkat desa binaan OpenSID. Dengan demikian peran diaspora terhadap pembangunan desa akan lebih meningkat dan lebih mendalam.Â
Sebagai tambahan catatan, dalam webinar tersebut, Kartini Sarsilaningsing, President IDN Global, mengatakan bahwa untuk mengaktualisasi potensi diaspora Indonesia dengan lebih baik dan agar mereka dapat berkontribusi bersama dalam skala global, IDN Global mengubah paradigma.Â
Berkiprah di IDN Global tidak hanya melalui (dengan menjadi) executive board, tetapi bisa juga melalui working group, wadah bagi para diaspora Indonesia yang memiliki keinginan yang kuat, semangat yang besar, serta kepedulian yang tinggi terhadap bidang tertentu.Â
Sehubungan dengan itu, IDN-G periode 2021-2023 telah menyusun lima Working Group: Keimigrasian dan Kewarganegaraan, Pendidikan, Kewirausahaan, Kuliner, dan Diaspora Bangun Desa, serta mengajak diaspora Indonesia di mana pun berada untuk bergabung.