Akhirnya, dalam sidang Majelis Konstituante Riobamba yang diselenggarakan pada tanggal 14 Agustus 1830 dibuatlah Piagam Dasar untuk menetapkan bahwa wilayah Azuay, Guayaquil dan Quito telah bersatu dan membentuk sebuah negara yang independen bernama Republik Ekuador (beberapa wilayah menolak dan mereka memilih masuk ke wilayah Kolombia).
Dikatakan bahwa ketika Simon Bolivar berhasil membentuk Gran Colombia, Quito-Guayaquil menjadi Departamento del Sur, yang dibagi lagi menjadi tiga bagian: Azuay di bagian selatan, Guayaquil di bagian pesisir, dan di bagian tengah-utara (yang merujuk pada Quito) diberi nama Wilayah Ekuador. Mengapa? Karena wilayah itu dilintasi garis ekuador (khatulistiwa). Demikian Simon Bolivar pernah memberikan jawaban.
Menurut kamus Diccionario de Autoridades tahun 1731, kata equador atau equator merujuk pada lingkaran maksimum pada bola langit yang memiliki jarak yang sama dari masing-masing kutub. Ketika matahari tepat berada pada garis itu, siang dan malam menjadi sama. Arti lain dari ekuator adalah kesamaan, kesetaraan, atau keseimbangan.
Merujuk pada catatan Raul Guerrero, pemberian nama "Ekuador" untuk wilayah Quito bermula di Paris, ketika terjadi perdebatan sengit mengenai bentuk bumi. Itu sebabnya dikirim dua ekspedisi seperti yang diceritakan di atas.
Setelah La Condamine kembali dari ekspedisi ke Quito, dia membuat tulisan di sebuah jurnal. Di dalam tulisan itu dia mengganti nama Quito dengan sebutan "Wilayah Ekuador".
Siapa Pedro Vicente Maldonado? Dia seorang ilmuwan yang lahir di Riobamba, Ekuador. Dia teman dan menjadi pemandu La Condamine dalam ekspedisi geodesi itu. Selama mengikuti ekspedisi tersebut, Pedro Vicente Maldonado banyak belajar dari La Condamine, dan berhasil membuat peta ilmiah pertama tanah kelahirannya.
Kelihatannya rasa bangga itu begitu dalam dan turut menjadi bagian dari semangat kemerdekaan yang berkobar, serta ingin memberikan warna yang kuat kepada republik baru yang lahir pada tahun 1830 itu.
Mexico City, 7 September 2019