Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat dan Perubahan dalam Pola Pikir Manusia

14 Agustus 2024   15:42 Diperbarui: 16 Agustus 2024   09:07 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto Darus.id)

Secara historis, filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan. Kendati begitu, dari zaman filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles hingga abad ke-19, filsafat tak terpisahkan dari pertanyaan - pertanyaan. Sebab hakikat filsafat lebih kepada pertanyaan dari pada jawaban

Pertanyaan klasik dalam filsafat misalnya "Apakah memungkinkan untuk mengetahui segala sesuatu dan membuktikannya". "Apa yang paling nyata?" Para filsuf juga mengajukan pertanyaan yang lebih praktis dan konkret

Misalnya "Apakah ada cara terbaik untuk hidup?" "Apakah lebih baik menjadi adil atau tidak adil" "Apakah manusia memiliki kehendak bebas" Bahkan pada era modern investigasi pertanyaan filsafat menjadi disiplin akademik seperti psikologi, sosiologi, linguitik dan ekonomi

Kendati begitu, filsafat tidak akan pernah digdaya tanpa dibersamai penalaran yang kuat. Logika menjadi alat dan hal fundamental yang tak terelakkan ketika berfilsafat. Filsafat yang baik adalah filsafat yang dibersamai logika atau argumen logis.

Logika mempelajari prinsip-prinsip penalaran yang valid dan struktur argumen yang benar. Logika berfokus pada cara berpikir rasional dan penggunaan alat-alat berpikir yang tepat dalam merumuskan dan mengevaluasi argumen.

Karena itu, logical fallacy harus dihindarkan dalam berfilsafat. Sebab logical fallacy adalah kesalahan dalam penalaran yang dapat menyebabkan argumen menjadi tidak valid atau tidak meyakinkan. Logical fallacy akan menimbulkan inkonsistensi, trivialitas, dan paradoks.

Dalam ilmu logika ada sejumlah argumentasi yang masuk dalam logical fallacy seperti argumentum ad hominem yaitu argumentasi yang menyerang wilayah privacy lawan debat dan menginggalkan pokok bahasan

Ada juga argumentum ad populum yaitu argumentasi yang berpijak pada pemikiran bahwa jika semua orang melakukannya berarti itu benar. Ada lagi argumentum ad ignorantum yaitu argument yang  mengeneralisir sesuatu secara tidak tepat, dan banyak lagi   

Filsafat bukan semata-mata mengejawantahkan sejumlah fakta. Mempelajari filsafat artinya belajar untuk menjadi kritis melalui argumentasi logis agar terhindar dari inkonsistensi, trivialitas dan paradoks   

Pemikiran filsafat adalah pemikiran yang skeptis, pemikiran yang meragukan segala hal. Dan ini pula yang menjadi dasar pijakan filsuf Perancis, Rene Descartes. Ia meragukan segala hal termasuk meragukan dirinya sendiri

Dari sikap  skeptis ini Descartes sampai pada kesimpulan " Cogito Ergosum" artinya "Aku Bepikir maka Aku Ada". Dari kalimat ini Descartes membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti adalah keberadaan seseorang sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun