Entah kenapa situs Liyangan nyaris lenyap dalam catatan sejarah, baik dalam sejarah Singosari maupun sejarah Majapahit tidak ditemukan catatan tentang Liyangan. Namun dalam analisa arkeolog Liyangan merupakan bekas Kerajaan Mataram Kuno.
Pendapat para arkeolog ini berpijak pada keterangan dalam prasasti Tulodong. Dalam prasasti itu disebutkan Raja Tulodong berasal dari Rakai Ilayang yang kemudian diterjemahkan sebagai Liyangan
"Ada kata Ilayang dalam prasasti Tulodong," kata arkeolog Sugeng Riyanto
Situs Liyangan berada di sisi timur kaki Gunung Sindoro. Lokasinya yang jauh di pedalaman telah mengundang berbagai pertanyaan. Bagaimana proses akulturasi budaya terjadi di Liyangan. Pasalnya Liyangan tidak berada di kawasan pesisir utara Pulau Jawa yang mudah didatangi pendatang luar.
Apakah pendatang dari India ataupun Tiongkok sengaja berkunjung ke Liyangan sehingga Liyangan bisa mengenal budaya yang lebih maju kala itu?
Lalu bagaimana dengan guci pada masa dinasti Tang sampai ke Liyangan? Apakah Liyangan mengirimkan putera terbaiknya untuk belajar ke luar lalu membawa pulang berbagai pengetahuan termasuk membangun candi atau para seniman candi yang diundang ke pedalaman Liyangan?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kini bermunculan. Apalagi peradaban Liyangan dikenal sangat maju pada masanya. Baik peradaban yang berasal dari local genius maupun peradaban yang sudah mengalami akulturasi.
Berbagai pertanyaan ini pula yang akan membuat Liyangan menjadi lorong waktu untuk menelusuri dan membentangkan lembar sejarah peradaban anak bangsa yang setara dengan kebesaran Romawi Kuno. Semoga semua pertanyaan ini bisa terjawab secepatnya (esemha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H