Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Liyangan, Lorong Waktu di Kaki Gunung Sindoro

23 Desember 2022   18:49 Diperbarui: 21 Januari 2023   06:26 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa situs Liyangan nyaris lenyap dalam catatan sejarah, baik dalam sejarah Singosari maupun sejarah Majapahit tidak ditemukan catatan tentang Liyangan. Namun dalam analisa arkeolog Liyangan merupakan bekas Kerajaan Mataram Kuno.

Pendapat para arkeolog ini berpijak pada keterangan dalam prasasti Tulodong. Dalam prasasti itu disebutkan Raja Tulodong berasal dari Rakai Ilayang yang kemudian diterjemahkan sebagai Liyangan

"Ada kata Ilayang dalam prasasti Tulodong," kata arkeolog Sugeng Riyanto

Situs Liyangan berada di sisi timur kaki Gunung Sindoro. Lokasinya yang jauh di pedalaman telah mengundang berbagai pertanyaan. Bagaimana proses akulturasi budaya terjadi di Liyangan. Pasalnya Liyangan tidak berada di kawasan pesisir utara Pulau Jawa yang mudah didatangi pendatang luar.

Apakah pendatang dari India ataupun Tiongkok sengaja berkunjung ke Liyangan sehingga Liyangan bisa mengenal budaya yang lebih maju kala itu?

Lalu bagaimana dengan guci pada masa dinasti Tang sampai ke Liyangan? Apakah Liyangan mengirimkan putera terbaiknya untuk belajar ke luar lalu membawa pulang berbagai pengetahuan termasuk membangun candi atau para seniman candi yang diundang ke pedalaman Liyangan?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kini bermunculan. Apalagi peradaban Liyangan dikenal sangat maju pada masanya. Baik peradaban yang berasal dari local genius maupun peradaban yang sudah mengalami akulturasi.

Berbagai pertanyaan ini pula yang akan membuat Liyangan menjadi lorong waktu untuk menelusuri dan membentangkan lembar sejarah peradaban anak bangsa yang setara dengan kebesaran Romawi Kuno. Semoga semua pertanyaan ini bisa terjawab secepatnya (esemha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun