Jurnalis itu dipecat karena melaporkan pelanggaran HAM terhadap etnis minoritas Rohingya. Ternyata pemecatan Myanmar Time terhadap jurnalis itu dilakukan dibawah tekanan pemerintah.
Dalam tulisannya, Kannikar Petchkaew juga menampilkan sosok jurnalis veteran Mei Thingyan Hein yang selama 30 tahun telah malang melintang melawan rezim militer. Di masa rezim militer May ditangkap, artikelnya dilarang beredar
Kannikar menulis bahwa dalam pandangan May, di bawah pemerintahan sipil, media Myanmar masih menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangannya adalah pembaca yang dibentuk oleh media pemerintah yang sangat menguasai pasar.Â
" Kini prilaku pembaca Myanmar sudah berubah karena dibentuk oleh media pemerintah yang punya pasar luas. Ini tantangan besar bagi media Myanmar," kata May
Kendati dibawah tekanan dan punya banyak tantangan, pers Myanmar nyatanya tetap berjuang menegakkan demokrasi dan kebebasan pers. Lantas apa kabar dengan pers kita, pers Indonesia. (Said Mustafa Husin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H