Anak-anak yang paling menderita jumlahnya sekitar satu juta orang. Mereka tinggal di kawasan-kawasan yang terkepung dan menghadapi serangan pasukan pemerintah, seperti di Aleppo. Serangan udara yang terjadi hampir setiap hari membuat anak-anak Alepo mengalami trauma berat.
Selain tidak mendapat bantuan pangan dan obat-obatan, anak-anak di kawasan yang terkepung, juga harus menghadapi duka yang yang mendalam karena meninggalnya ayah, ibu, maupun anggota keluarga lain akibat perang. Mereka bertahan hidup dalam kesendirian di tengah kecamuknya perang dan kekerasan fisik.
Namun demikian, gelegak perang tak jua henti. Dentuman peluru yang merobohkan bangunan kota tua Alepo dan Damaskus terus berlangsung. Bahkan pertengahan November lalu, rumah sakit anak-anak di Alepo juga mendapat serangan pesawat tempur. Sedikitnya 32 jiwa termasuk anak-anak tewas dalam serangan itu.
Oh dunia, berhentilah bicara politik dan militer. Bicaralah tentang kemanusiaan. Sudah jutaan anak-anak tak berdosa yang menjadi korban keganasan perang. Masihkah kalian ingin menambah jumlahnya. Kini di Alepo, di Damaskus, di kota-kota yang terkepung di Suriah, anak-anak bertarung hidup tanpa ayah dan ibu. Kasihanilah, teteskanlah air mata untuk mereka. (esemha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H