Tiga hari kalau tak salah ingat. Itu pun hanya lukisannya belum tentang menuliskan kalimat pendukung gambar. Papan hitam yang ada di sini tidak seperti halnya dengan papan tulis semasa SD yang salah bisa dihapus dengan mudah. Kalau sudah menggoreskan kapur dan salah akan sangat susah sekali untuk menghapusnya. Mulai dari air, alkohol, hingga karet penghapus pun dicoba dan hasilnya tidak begitu maksimal.
Kalau saya boleh merangkum apa yang ia rasakan adalah rasa susah yang luar biasa menaklukan papan hitam ini. Media lukis yang masih asing ditambah lagi harus mengalahkan rasa malas, kebingungan, kesulitan yang setiap bulan bertambah dan rasa frustasi menjadi tantangan tersendiri baginya. Sempat mengutarakan keinginannya untuk menggunakan proyektor untuk melukis setiap tokoh namun tidak saya iyakan, hanya bisa mencoba menyemangatinya untuk terus menghajar kesulitan tersebut.
“Nek koe nganggo proyektor koyo liyane koe ra bakal oleh opo-opo Sur dan koe yo ming podo wae karo iyane. Tapi nek koe iso nglukis secara langsung tanpa bantuan proyektor aku yakin koe bakal dadi pelukis sik hebat (Kalau kamu memakai proyektor seperti pelukis lainnya kamu tidak akan memperoleh apa-apa Sur, dan kamu sama seperti lainnya. Tapi kalau kamu bisa melukis secara langsung tanpa bantuan proyektor kamu bakal menjadi pelukis yang hebat),”ucap saya waktu itu.
Kemampuan melukisnya kini semakin terasah, dari yang dulunya butuh gambar besar untuk meniru kini cukup dengan browsing di hape ia sudah bisa menggambar dengan luar biasa. Dari yang tiga hari melukis dengan sejuta kendala kini dalam hitungan jam ia sudah mampu menyelesaikan garapannya. Tan Malaka, Moh.Hatta, Agus Salim hingga Pangeran Diponegoro menjadi saksi perkembangan kemampuan melukisnya. Angkat topi dengan usaha belajarnya selama ini. Saya yakin, beberapa waktu mendatang mungkin -JanjiJhonny- akan merasa sungkan memintanya melukis tokoh pahlawan negeri ini setiap bulannya. Dan yang paling saya suka adalah ketika ia datang ke -JanjiJhonny- ia selalu membawa buku gambar dan belajar melukis secara otodidak.
Lain Surya lain pula dengan saya. Selama satu tahun ini, banyak hal yang dipelajari. Menyeduh kopi dengan benar setidaknya masih ada dalam agenda harian. Belajar menyeduh saja membutuhkan waktu yang tidak hanya satu dua jam. Dengan keterbatasan uang, saya harus belajar sendiri menemukan cara meramu kopi. Les Barista memang ada dalam pikiran, namun keadaannya belum memungkinkan. Untungnya masih ada tutorial gratis di internet, sehingga saya hanya belajar dari semua itu. Terus berlatih itu yang selama ini saya lakukan.
Bahkan terkadang Surya dan Benky dua orang sahabat yang setiap malam selalu menyempatkan waktunya datang ke warung menjadi subjek eksperimen saya. Kalau ia memesan kopi original, kadang saya mencoba teknik hasil pemikiran sendiri. Mengenai rasa? Tanyalah pada mereka berdua. Kesimpulan yang saya dapat selama ini adalah kopi mirip dengan manusia. Setiap diperlakukan berbeda hasil seduhannya pun juga berbeda. Jujur, untuk berlatih saya pun harus membayar pula untuk warung. Sehingga kadang untuk bereksperimen harus nabung dulu sebelum melakukannya.
Selain itu, warung ini juga menjadi tempat mengasah kemampuan menulis saya. Sebuah proyek bernama Secangkir KafeinIsme menjadi media untuk terus mempertajam intuisi ilmu menulis. Karangan feature yang berusaha mengangkat tema tentang semangat hidup melawan keterbatasan, cerita tentang hal unik yang terjadi di warung, dan motivasi bagi mereka yang ingin berwirausaha.
Harapannya akan ada banyak orang yang terinspirasi dari kisah yang ditulis dengan tidak lebih dari 10 jari. Hal ini memacu otak saya terus mencari hal unik dan bermakna untuk ditulis, mendorong saya terus memperbaiki coretan yang masih jauh dari kata nyaman dibaca.
Kanan kiri papan tokoh sejak tiga bulan kemarin telah dihiasi oleh beberapa karya foto teman-teman Jhonny. Gilang Gembul, Kargo Cinema, Rahmat Melur, Dewo OtakOtak, Pramono merekalah yang telah bersedia membagi karyanya untuk dipajang di warung. Mulai dari tema human interest, event, olahraga, manisnya senja matahari mewarnai dinding, gerobak, dan tiang bambu berwarna merah penyangga warung ini. Ruangan -JanjiJhonny- sengaja dibuat seperti sebuah galeri seni.
Semua orang yang memiliki karya seni atau instalasi boleh memamerkan di ruangan yang serba terbuka ini. Seperti halnya papan tokoh, sebisa mungkin foto-foto yang ada di sini juga akan berganti setiap bulannya. Tujuannya adalah untuk terus merangsang para pelaku seni produktif menghasilkan karya. Bukankah api penyemangat para pelaku seni adalah jika ia terus berkarya? Ya walaupun masih terbilang galeri kecil-kecilan namun mimpi saya suatu saat seluruh ruangan ini menjadi ajang bergengsi yang akan diisi oleh karya-karya hebat.
Sebuah kebetulan yang menjadi awal untuk bereuni dengan kawan-kawan SMA. Kedatangan Yuki tempo hari itu seperti membuka kran reuni dari teman semasa SMA. Semenjak itu banyak teman SMA yang datang kemari. Sekedar melepas rindu dan bercanda gurau mengingat masa putih abu-abu. Lucunya setelah 8 tahun tidak bertemu sifat kami pun masih sama. Sinta misalnya, yang dulu terkenal dengan nama lewoong juga masih sama.