“Wah Mantep tenan kopine, aku nek diwenehi meneh gelem kok,” setidaknya kalimat itu yang saya dapatkan darinya cukup menyenangkan.
Legalah hati bisa memuaskan pelanggan. Keterbatasan ilmu bukan menjadi alasan untuk tidak berani berjualan kopi. Sebelum kulakan kopi selalu saya tanyakan bagaimana rasa kopi ini dan itu. Kemudian dari jawaban tersebut saya cocokan dengan mencoba sendiri rasa kopi yang dijelaskan. Sehingga dilain kesempatan ketika ditanya oleh konsumen saya bisa menjawab dan menjelaskan. Jika Anda penasaran bagaimana seduhan kopi ala orang yang amat awam dengan dunia kopi, bisa lah Anda mampir ke -JanjiJhonny-.
Seorang teman bernama Danang melengkapi lahirnya -JanjiJhonny-. Obrolan di warung koboi depan Polres Bantul melahirkan kesepakatan di antara kami. Hadirnya Danang sanopi murni di sini. Penjualan kopi JJ boleh dibilang lambat. Di awal berjualan setidaknya butuh waktu satu setengah bulan untuk toples kaca penyimpan kopi yang hanya menampung 200gr kembali terisi.
Namun keyakinan untuk mewujudkan mimpi besar mengajak teman-teman bisa hidup dan berkarya melalui kopi menjadi penyemangat. Selain itu tujuan lain adalah untuk membuat orang bisa menikmati kopi dengan harga terjangkau. Ingat ini Indonesia, sebuah negeri yang terlalu kaya dengan hasil buminya. Tiang pancang saja bisa tumbuh subur di tanah ini apalagi pohon kopi. Seperti surga rasanya,hampir setiap daerah selalu punya kopi kebanggaannya. Jadi ngapain kita harus bayar terlalu malah untuk bisa menikmati secangkir kopi, padahal kita hidup di negeri penghasil kopi terbesar nomor 3 dunia.
Kemudian saya mulai melangkah dengan sisa uang hasil bekerja selama tiga bulan kala itu yang tidak lebih dari satu juta. Sementara untuk membeli peralatan menyeduh kopi v60, mesin grinder manual serta membeli kopi waktu itu sudah mepet. Untungnya saat itu si Bapak habis mendapat proyekan sehingga mampu menjadi donatur penyumbang modal. Sekitar empat jutaan kalau tak lupa saya meminjamnya. Dengan uang tersebut sebuah gerobak, dengan empat set meja kursi bisa saya beli untuk mengisi garasi yang hingga saat ini menjadi lapak berjualan sehari-hari.
Orang gila mungkin itu yang bisa tergambarkan ketika memulai usaha ini. Hanya sekali saja diajari menyeduh kopi akhirnya memutuskan memulai usaha ini. Anehnya banyak juga yang datang ke warung kopi -JanjiJhonny-. Masih ingat betul pelanggan pertama saya adalah tetangga di belakang rumah, dan waktu itu kopi pertama yang laku adalah Aceh Gayo.
“Wah Mantep tenan kopine, aku nek diwenehi meneh gelem kok,” setidaknya kalimat itu yang saya dapatkan darinya cukup menyenangkan.
Legalah hati bisa memuaskan pelanggan. Keterbatasan ilmu bukan menjadi alasan untuk tidak berani berjualan kopi. Sebelum kulakan kopi selalu saya tanyakan bagaimana rasa kopi ini dan itu. Kemudian dari jawaban tersebut saya cocokan dengan mencoba sendiri rasa kopi yang dijelaskan. Sehingga dilain kesempatan ketika ditanya oleh konsumen saya bisa menjawab dan menjelaskan. Jika Anda penasaran bagaimana seduhan kopi ala orang yang amat awam dengan dunia kopi, bisa lah Anda mampir ke -JanjiJhonny-.
Seorang teman bernama Danang melengkapi lahirnya -JanjiJhonny-. Obrolan di warung koboi depan Polres Bantul melahirkan kesepakatan di antara kami. Hadirnya Danang sangat membantu sekali proses berjalannya -JanjiJhonny- yang mungkin tidak bisa eksis tanpa perannya. Lebih dari sekedar uang, kehadiran Danang memberi banyak warna. Saya banyak belajar darinya.
Sebuah ide gila yang belum tentu kelihatan hasilnya, namun ia sudah bersedia mempercayakannnya kepada saya. Saya pun semakin yakin dengan tambahan modal kepercayaan darinya. Sayang, perjalanan dua kaki Jhonny harus bertumpu kembali kepada saya. Banyak hal yang akhirnya membuat kami memutuskan berjuang di jalan masing-masing. Terima kasih sekali atas apa yang pernah ia berikan selama berduet bersama.
Konsep angkringan menjadi ciri khas -JanjiJhonny-. Apalagi dilihat dari menu yang disajikan. Kalau di angkringan Anda mendapati nasi kucing, di -JanjiJhonny- Anda tidak akan menemukan Sego Londo yang menjadi andalan. Nasi merah dengan lauk ayam suwir, oseng-oseng tempe, dan srundeng di atasnya bakal memanjakan lidahAnda. Menu makan yang hanya Anda temui di sini, tidak di tempat lain. Harganya pun terbilang sangat murah. Cukup dengan uang tidak sampai Rp 4.000 sudah bisa menikmati nasi merah dengan banyak khasiatnya ditambah dengan tiga lauknya.