Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Secangkir KafeinIsme #5: Terimakasih Telah Menemani

28 November 2015   05:06 Diperbarui: 28 November 2015   07:45 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara biji kopi, Arabika Aceh Gayo, Bali Kintamani, dan Flores Bajawa menjadi kopi tertua yang ada di sini. Bukan tanpa alasan memilih ketiga kopi tersebut. Berdasarkan pemikiran dan indera perasa saya, ketiga kopi ini boleh dibilang mewakili tiga tingkatan yaitu berat, sedang, dan ringan. Itu berdasarkan lidah si orang bodoh ini.

Selain itu uang modal sangat terbatas sekali sehingga pilihan fokus pada ketiga kopi tersebut. Setiap ada untung sedikit ditabung untuk menambah lagi koleksi menu kopi. Hingga akhirnya kini  -JanjiJhonny- memiliki delapan koleksi kopi dari berbagai daerah di nusantara, antara lain Temanggung Ngadirejo, Pekalongan, Java Moca, Sumatera Lintong serta kopi dari tanah Toraja Kalosi.

Variasi selain kopi, adalah si manis mocktail. Mocktail memang menjadi menu pemikat di sini. Untuk mengenalkan kopi tentu bukan hal yang mudah. Apalagi bagi kaum perempuan, masih sedikit yang menyukai pahit dan asamnya kopi. Dengan adanya menu ini setidaknya bisa menjadi jembatan. Bagi yang tidak suka dengan kopi mungkin bisa memilih mocktail.

November, bulan ketika arah angin muson barat membawa banyak air. Dan selalu, hujan menjadi perbincangan banyak orang. Setiap kali hujan garasi tempat kami berjualan tidak bisa memberi kenyamanan para tamu. Bagimana tidak? Bentuk ruangan yang terbuka memungkinkan air masuk dari sisi utara dan barat. Sedangkan tirai penghalang air belum mampu untuk dibeli, ya jadi mohon maaf kalau hujan ruangan kami bocor, huehehe. Tetesan air hujan dari seng peneduh pasti nyiprat ke dalam area warung. Apalagi jika hujan begitu deras dan bercampur dengan angin. Bisa dibayangkan betapa basahnya garasi untuk menggelar meja dan kursi. Terkadang sering juga air turun dari sela-sela lubang seng. Hanya   tersenyum dan sedih yang bercampur jadi satu kalau teringat masa itu. Dan tahun ini pun nampaknya akan mengulangi setahun yang lalu. 

Tak enak hati bila ada pelanggan yang merasa tidak nyaman saat hujan tiba. Tapi mau bagaimana lagi kenyataan memang begitu adanya.  Selain atap bocor dan air nyiprat saat hujan, ujian kesabaran juga turut hadir. Semisal hujan turun ba’da magrib maka hampir dipastikan warung akan sepi.  Orang-orang lebih memilih beristirahat di rumah ketimbang menghabiskan waktu untuk ngobrol di warung kopi.

Ya maklumlah mayoritas penduduk Bantul adalah para pekerja, sehingga saat malam mereka lebih memilih berisitirahat dirumah ketimbang mengobrol dengan kawan di warung kopi. Saat sepi obat penenang kekhawatiran ketidakbisaan menutup biaya bulanan adalah biji kopi itu sendiri. Melihat koleksi biji kopi yang berada di toples cukup mampu membuat lega.  Dan rasa optimisme yang meredup kembali menyala.

..."Koe kenopo e kok mbukak warung ning njero? Koyokmen aku ndelok mesti sepi. Mbok buka warung ki ning Paseban ben rame (Kamu kenapa kok membuka warung di dalem desa? Sepetinya aku lihat  kok pasti sepi. Kenapa nggak di lapangan Paseban biar rame )," celoteh tetangga…

Memang dari -JanjiJhonny- ini banyak mimpi yang saya gantungkan. Salah satunya adalah membuat desa Badegan ini menjadi terkenal. Bukan sebagai desa yang terkenal dengan konotasi negatif melainkan dengan nilai desa yang produktif. Saya bermimpi suatu saat ketika pelancong bingung mau ke daerah Bantul nama -JanjiJhonny- atau desa Badegan inilah yang menjadi petunjukknya. Seperti kisah Dahlan Iskan dengan Grha Pena miliknya atau sebuah tempat yang dulunya kebun buah namun kini menjadi homebase produsen elektronik raksasa di Amerika sana , Silicon Valley. 

Iya, perlahan-lahan mimpi saya mulai terlihat wujudnya. Orang-orang yang datang ke warung hampir 90% bukan dari warga desa saya. Kawula muda dari desa tetangga justru sering singgah kemari. Seperti kemarin anak muda dari desa Kintelan Kidul Goa Selarong dalam sebulan pasti kemari. Selain itu anak muda dari daerah Palbapang Bantul, Gesikan Bantul, Jedigan Bantul, Guwosari, Pajangan Bantul bahkan dari Pleret serta masih banyak lagi pelanggan yang jauh rumahnya rela kok datang ke sini. Dan ini yang menjadi penambah keyakinan bahwa ternyata bisa ya. Kesabaran, keuletan serta gigih ngeyel sama keadaan menjadi modal melawan semua keterbatasan. Tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, selagi memiliki keyakinan dan mau berusaha semua itu pasti bisa.

Ruang Belajar, Ruang Semangat, dan Ruang Rindu

Surya menjadi pemuda pertama yang mengisi karya di -JanjiJhonny-. Berawal dari lukisan kapur di papan hitam, yang setiap satu hingga dua bulan berganti. Sebuah proses pembelajaran baru yang ia alami. Papan hitam menjadi hal asing yang belum pernah sama sekali ia jamah. Dulu ketika membuat lukisan pertama tentang perkenalan -JanjiJhonny- ia membutuhkan waktu cukup lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun