Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Secangkir KafeinIsme #5: Terimakasih Telah Menemani

28 November 2015   05:06 Diperbarui: 28 November 2015   07:45 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

..27 November 2015 kemarin, tepat satu tahun warung mungil atau  lebih suka menyebutnya dengan workshop -JanjiJhonny-  (JJ) berdiri. Setahun perjalanan yang bukan tanpa hambatan. Susah, sedih, melawan keterbatasan hingga pertemanan mewarnai kisahnya. Menjadi saksi beragam cerita hidup anak muda yang singgah di warung yang terletak di Jl. Kha Dahlan no 17 Badegan Bantul Yogyakarta ini...

Yap, sebuah keputusan yang boleh dibilang cukup berani saya lakukan waktu itu. Berjualan kopi, menjadi jalan hidup yang saat ini saya lakoni. Frustasi mencari pekerjaan yang diimpikan membuat saya berlari dari semua itu . Teringat sebuah janji semasa kuliah, bahwa kelak akan mendirikan warung kopi sebagai jalan hidup bersama keempat teman seperjuangan. Terlebih sepulang dari kampung Pare, semangat untuk terus hidup dan ingin berwirausaha begitu menggelora. Bertemu dengan para anak muda hebat rupanya mencharge gairah hidup yang berada dititik jenuh.

Festival Kesenian Yogyakarta 2014, membuka jalan untuk berwirausaha. Sebuah stand kopi mengenalkan saya pada dunia kopi yang lebih luas. Bukan hanya sekedar minum kopi melainkan juga tentang cara mengolahnya ke dalam sebuah cangkir atau gelas. Singkat cerita akhirnya mantap memutuskan untuk berjualan si biji hitam ini.

Setahun yang berat muwujudkan asa

Siapa sih yang suka dengan kopi? Atau  berapa banyak sih orang yang familiar dengan kopi dari biji murni yang bukan dalam sachet? Apalagi ini di Bantul, kota kecil yang sedang berkembang. Masih sedikit sekali para penikmat k..27 November 2015, tepat satu tahun warung mungil atau  lebih suka menyebutnya dengan workshop -JanjiJhonny-  (JJ) berdiri. Setahun perjalanan yang bukan tanpa hambatan. Susah, sedih, melawan keterbatasan hingga pertemanan mewarnai kisahnya. Menjadi saksi beragam cerita hidup anak muda yang singgah di warung yang terletak di Jl. Kha Dahlan no 17 Badegan Bantul Yogyakarta ini...

Yap, sebuah keputusan yang boleh dibilang cukup berani saya lakukan waktu itu. Berjualan kopi, menjadi jalan hidup yang saat ini saya lakoni. Frustasi mencari pekerjaan yang diimpikan membuat saya berlari dari semua itu . Teringat sebuah janji semasa kuliah, bahwa kelak akan mendirikan warung kopi sebagai jalan hidup bersama keempat teman seperjuangan. Terlebih sepulang dari kampung Pare, semangat untuk terus hidup dan ingin berwirausaha begitu menggelora. Bertemu dengan para anak muda hebat rupanya mencharge gairah hidup yang berada dititik jenuh.

Festival Kesenian Yogyakarta 2014, membuka jalan untuk berwirausaha. Sebuah stand kopi mengenalkan saya pada dunia kopi yang lebih luas. Bukan hanya sekedar minum kopi melainkan juga tentang cara mengolahnya ke dalam sebuah cangkir atau gelas. Singkat cerita akhirnya mantap memutuskan untuk berjualan si biji hitam ini.

Setahun yang berat muwujudkan asa

Siapa sih yang suka dengan kopi? Atau  berapa banyak sih orang yang familiar dengan kopi dari biji murni yang bukan dalam sachet? Apalagi ini di Bantul, kota kecil yang sedang berkembang. Masih sedikit sekali para penikmat kopi murni di sini. Penjualan kopi JJ boleh dibilang lambat. Di awal berjualan setidaknya butuh waktu satu setengah bulan untuk toples kaca penyimpan kopi yang hanya menampung 200gr kembali terisi. Namun keyakinan untuk mewujudkan mimpi besar  mengajak teman-teman bisa hidup dan berkarya melalui kopi menjadi penyemangat. Selain itu tujuan lain adalah  untuk membuat orang bisa menikmati kopi dengan harga terjangkau. Ingat ini Indonesia, sebuah negeri yang terlalu kaya dengan hasil buminya. Tiang pancang saja bisa tumbuh subur di tanah ini apalagi pohon kopi. Seperti surga rasanya,hampir setiap daerah selalu punya kopi kebanggaannya. Jadi ngapain kita harus bayar terlalu malah untuk bisa menikmati secangkir kopi, padahal kita hidup di negeri penghasil kopi terbesar nomor 3 dunia. 

Kemudian saya mulai melangkah dengan sisa uang hasil bekerja selama tiga bulan kala itu yang tidak lebih dari satu juta. Sementara untuk membeli peralatan menyeduh kopi v60, mesin grinder manual serta membeli kopi waktu itu sudah mepet. Untungnya saat itu si Bapak habis mendapat proyekan sehingga mampu menjadi donatur penyumbang modal. Sekitar empat jutaan kalau tak lupa saya meminjamnya. Dengan uang tersebut sebuah gerobak, dengan empat set meja kursi bisa saya beli untuk mengisi garasi yang hingga saat ini menjadi lapak berjualan sehari-hari. 

Orang gila mungkin itu yang bisa tergambarkan ketika memulai usaha ini. Hanya sekali saja diajari menyeduh kopi akhirnya memutuskan memulai usaha ini. Anehnya banyak juga yang datang ke warung kopi -JanjiJhonny-. Masih ingat betul pelanggan pertama saya adalah tetangga di belakang rumah, dan waktu itu kopi pertama yang laku adalah Aceh Gayo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun