Mohon tunggu...
Esa Ardhia Pramesthi
Esa Ardhia Pramesthi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Hanya seseorang yang memiliki kegemaran menulis, membaca, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pohon Terakhir

3 Oktober 2023   10:35 Diperbarui: 5 Oktober 2023   20:10 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalian semua harus pergi dari sini," ujar pohon tua itu.

"Kenapa? Apa kamu tidak senang kami semua menempati tubuhmu?" Tanya seekor kadal dengan nada lirih yang sedih.

"Hei, aku justru senang sekali bisa berpukul seperti ini!" Hardik si pohon tua. Aku percaya dengan kalimat itu, karena sejak kemarin, aura kebahagiaan tidak berhenti bersinar dari tubuhnya.

"Kalian harus pergi, karena aku juga akan mati, ditebang oleh manusia yang keji." 

Kami semua seperti tersambar petir ketika kata-kata itu mencapai telinga kami. Harapan yang baru saja mekar untuk menyambut kehidupan yang baru lenyap begitu saja, menguap ke kejauhan. Suara tangisan kami merobek hening, menggema sebagai bukti nyata bahwa kesedihan benar-benar merajai hati dan jiwa kami. 

Pada awalnya, kami semua bersikeras tidak mau pergi dari sini. Tetapi segerombolan manusia datang kemari, membawa mesin yang ujungnya berjeruji. Ketakutan? Jelas, semua hewan yang tadinya keras kepala tidak mau beranjak jadi berhamburan pergi ketika melihat manusia tak terpuji.

Tapi aku adalah gagak yang paling berani. Aku tidak gentar, aku masih bertengger di dahan pohon ini. Dengan amarah dan kesedihan yang bercampur menjadi satu, aku mengeluarkan suara dengan sekuat tenaga. Ini adalah upaya terakhirku untuk mengusir manusia, untuk menakut-nakuti mereka dengan seruan kematian yang mengerikan.

"Dengar, itu adalah suara gagak yang menakjubkan!" celetuk salah satu manusia di bawah sana.

Aku terperanjat. Apa katanya? Indah? Tidak. Tidak. Aku sedang tidak membuat para manusia itu terkesan. Aku sedang marah!

"Sebaiknya kau pergi, gagak. Aku tidak ingin kamu mati ditembak oleh para manusia itu." Saran pohon tua, suaranya sudah lemah karena mengetahui kematian akan menjemputnya.

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu mati!" Suaraku memekik tinggi, "kau pohon terakhir!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun