Mohon tunggu...
Suhadi Rembang
Suhadi Rembang Mohon Tunggu... Guru Sosiologi SMA N 1 Pamotan -

aku suka kamu suka

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Madin, Mantab Jiwa

22 Agustus 2017   11:37 Diperbarui: 22 Agustus 2017   14:05 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, siapa yang bernasip baik? Untuk mengurai hal ini tidak mudah. Karena tidak banyak orang yang memiliki hobby menjadi pengamat nasib. Untuk itu kita serahkan kepada para santri, filusuf, para normal, guru ngaji, hingga sang Kyai saja. Hehehe... intinya, silahkan nilainya di skor sendiri. Hahaha...

Dua menteri pendidikan (semu) dalam kabinet Jakowi

 

MD dan NU terbukti sukses berjalan sendiri-sendiri. Tidak hanya dalam hal struktur, dalam hal yang paling fundamental, yaitu dalam hal tradisi, sudah sukses teruji, yaitu beda hari lebaran. Dan MD memiliki militansi yang cukup mumpuni dalam menjaga alur darah bedanya, hingga berseberangan penentuan hari raya dengan struktur negera, juga siap. MD di dalam struktur dan di luar struktur, tampaknya sudah siap.

Sedangkan NU berbeda. NU cenderung dekat dengan struktur kuasa negara. Alasan tokoh NU cenderung ingin menyatu dengan negara. Negara adalah final. NU sangat dekat dengan TNI. NU sangat dekat dengan POLRI. NU juga sangat dekat dengan para politisi non-MD.

Dari gambaran di atas, dimungkinkan, ketika tidak ada titik temu, dimana MD ada dibalik pemberlakuan Full Day School yang meyakini mampu ini dan itu. Pun juga dengan NU yang ada di balik Madin yang terkesan hawatir akan mati suri dari kebijakan Full Day School. Maka kemungkinan yang terjadi adalah adanya terbangunnya dua struktur komando dalam mengelola lembaga pendidikan di tingkat sekolah dan madin.

Jika demikian, maka akar masalah dari semua ini bukanlah sekolah dan madin, namun posisi menteri pendidikan yang diperebutkan oleh MD dan NU. Hahaha....

Ok, kalau demikian, bagaimana nasib kebijakan Full Day School? Sebeleum membahas nasib kebijakan Full Day School, kita bahas dulu nasib menteri pendidikan? Hahaha... maksudnya adalah nasib menteri pendidikan setelah suksesi pilpres esok hari.

Berdasarkan rasa dan firasat, Pak Jakowi akan menjadi presiden lagi. Untuk menjaga rasa dan firasat itu, kemungkinan pak Jakowi tidak akan mengganti menteri pendidikan saat ini. Jadi MD aman dalam struktur. Dan untuk meraup suara yang besar, penguasa akan memainkan isu-isu yang sensitif dan kontroversial seperti Full Day School kali ini. Dengan memainkan isu tersebut, muaranya jelas, yaitu meraup suara di pilpres nanti. Dari pada mendamaikan dua raksasa yang telah teruji mampu hidup sendiri-sendiri, lebih baik penguasa sekarang memanfaatkan situasi ini dengan menaikkan pajak dan membangun infrastruktur. Pilihan akan hak itu sangatlah jelas, realistis, dan penuh harap.

Dan penguasa dimungkinkan akan memainkan semangat perbedaan dua organisasi raksasa ini dengan meningkatkan sumber daya pengajar yang ada. MD dengan lembaga keuangannya yang cukup maju, serta NU dengan tabungan haji yang cukup berlimpah, akan mudah dimainkan dengan isu beasiswa para pengajar dan para anak didiknya. Inilah strategi jitu pemerintah Jakowi, yaitu halus, lembut, namun mengena. Nyaris tidak ada noda. Memang tidak ada noda, karena sebenarnya pak Jakowi telah memainkan langgam kebudayaan yang dikemas dengan kabinet mapan.

Namun yang perlu  diperhatikan pak Jakowi adalah luapan ekspresi yang tidak terbendung dari organisasi besar ini, NU dan MD. Khususnya ekspresi dalam muatan kurikulum kebencian di lembaga pendidikan masing-masing ormas raksasa ini. Pak Jakowi harus pasang badan, harus menyiapkan banyak ahli. Jangan salah pilih dalam memilah ahli. Pilih dan pilahlah ahli yang sensitif, yang penuh dengan rasa, ahli yang penuh dengan firasat, yang peka dengan firasat, berkarakter melayani, berani miskin, rela berkoban, dan suka berbagi. Hahaha ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun