Mohon tunggu...
Erwin Ma
Erwin Ma Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Leadershub Sulsel

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 47: Ayat 7)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi dan Kegelisahan Pendidikan

7 April 2021   18:55 Diperbarui: 7 April 2021   19:01 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sistem semacam ini sebenarnya sebuah peralihan dari metode tatap muka  (jarak dekat) ke metode layar ke layar (jarak jauh). Kedua metode tersebut mendasar pada ketersediaan semua informasi yang relevan secara real time melalui jaringan dengan menghubungkan orang (dalam hal ini mahasiswa dan dosen), benda (media pembelajaran) dan sistem yang dioptimalkan, terorganisir secara mandiri dan penciptaan nilai lintas jaringan yang dapat sesuai dengan berbagai kriteria, seperti biaya, ketersediaan dan sumber daya. Tentu dengan hadirnya sistem ini akan sangat membantu mahasiswa dan dosen dalam keadaan apa pun dan di mana pun tetap bisa melaksanakan perkuliahan. 

Kemudian, seberapa efektif model pembelajaran online ini dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar mahasiswa? Kalau kita menengok apa yang terjadi di lapangan, mungkin ketertarikan mahasiswa dalam mengikuti kuliah online sangat minim. Bahkan, kebanyakan membawa mahasiswa pada titik jenuh dalam proses belajar. Tak jarang ditemui mahasiswa yang selepas mengisi daftar hadir, kemudian tidak lagi memperhatikan dosennya.

Beberapa mahasiswa merasa kehilangan momen-momen indah dan bobrok bersama teman kuliah. Seperti tak ada yang dipelajari selama semester ini. Ini keresahan yang disampaikan secara spontan oleh mahasiswa terkait sistem belajar online. Ketertarikan mahasiswa pada sistem belajar online tentunya membuat seseorang lebih tidak produktif dan memilih tidak mengikuti perkuliahan. Padahal, kehadiran merupakan salah satu tolok ukur penilaian perkuliahan dan sangat membantu proses internalisasi pendidikan dalam kegiatan belajar mahasiswa. 

Dari perbincangan santai dengan banyak mahasiswa, kebanyakan telah memilih pulang kampung dan berlibur. Beberapa mungkin bertahan karena aktif di organisasi atau sekedar menghindari pekerjaan rumah apabila tinggal di kampung. Kuliah online mungkin sedikit memberatkan karena memerlukan data dan harus mencari tempat baik agar terkoneksi dan tidak semua punya pendukung tersebut. Baiknya pemerintah menyediakan kuota belajar yang diperuntukkan hanya untuk membuka video conference dan beberapa situs-situs belajar.

Ketersediaan fasilitas yang memadai dan skill para pengajar menjadi salah satu standar penting dalam proses perkuliahan online. Sementara di lain sisi, kuliah online ini dapat dikatakan sebagai pilihan terakhir, jika proses perkuliahan yang terjadi dalam kebingugan, entah karena sarana maupun skill minimalis dari para dosen. Hal ini diangkat dari banyaknya keluhan dari mahasiswa. Bisa dikatakan bahwa perkuliahan online hanyalah judul belaka. Banyak dosen kebingungan, dalam waktu singkat harus mempelajari macam-macam sarana pembelajaran online.

Karena tuntutan segera melanjutkan proses pembelajaran, metode yang tidak ideal terpaksa di terapkan. Dan yang terjadi adalah beberapa pengajar hanya memberikan tugas online setiap kali jam pelajarannya, dan tugasnya pun tidak sedikit tanpa mengadakan tatap muka, yang seharusnya banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk melakukan conference. 

Tanggungjawab utama yang diemban dari para dosen ialah bahwa mereka tidak hanya sadar akan prinsip-prinsip umum pembentukan pengalaman saat ini dengan menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman, tetapi mereka juga menerima dalam bentuk konkret hal-hal di sekitarnya yang sangat kondusif bagi perolehan pengalaman yang menuntun pada pertumbuhan dan pencapaian ilmu yang diperoleh mahasiswa. 

Namun situasi dan kondisi sekaramg membuat pengalaman perkuliahan menjadi tidak berkesan dan membosankan, bahkan bisa sampai pada titik kejenuhan dan berdampak pada tidak berkualitasnya pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa kelelahan mengikuti proses pembelajaran. Dalam sekejap tugas menumpuk. Mahasiswa dituntut bertransformasi jadi pebelajar mandiri dalam waktu semalam. 

Hal tersebut disebabkan dari mahasiswa sendiri yang tidak adaptif dan juga beberapa dosen yang tidak mempunyai keterampilan khusus dalam bidang teknologi informasi atau tidak adanya keseriusan dari pihak universitas atau fakultas dalam merespon dan memaksimalkan perkembangan teknologi dikalangan civitas akademika. Hal ini nyata ketika dunia pendidikan diperhadapkan dengan situasi pandemi. Betapa banyak lembaga pendidikan yang belum siap untuk melaksanakan sistem pembelajarannya secara online. 

Rasanya pendidikan gaya lama masih sangat dominan. Reformasi dalam dunia pendidikan yang bersumber dari pengembangan model kurikulum virtual akan berpengaruh pada terciptanya sistem pendidikan gaya baru. 

Kita harus sepakat bahwa pendidikan itu harus bersifat demokratis, yakni; pendidikan untuk semua. Hal ini sejalan dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1), yang telah disampaikan diawal bahwa 'semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan', maka semua mahasiswa dan dosen seharusnya memperoleh fasilitas dan perlakuan yang sama, mendapatkan pelatihan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini, dan kemampuan komunikasi global sehingga proses pembelajaran lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun