"Ooi Cepi!, duduklah dan nikmati minuman dari surga!" Ucapnya sambil tertawa bersama temannya.
"Tolong aku Cang, tolong bantu aku membunuh Bakka."
Mereka kembali tertawa dengan ucapanku, entah apa yang lucu?
"Bakka? Preman itu? Kau sudah gila Cepi?" Tanya Acang dengan nada menyindir.
"Serius! Dia telah membuatku terbaring lemah sebulan penuh."
"Aku tak bisa ikut campur dalam urusannmu, apalagi berurusan dengan Bakka."
"Kenapa? Kita kan teman." Ucapku memelas.
"Teman katamu? Andai kau selalu gabung bersama kami, tentu lain hal."
Melihat tidak ada harapan bantuan dari Acang, aku pamit pulang dan berterimakasih.
Dendam dan amarah dengan nafsunya kembali bercumbu dalam dadaku dan melahirkan sebuah kekuatan dan keberanian untuk melanjutkan niatku. Sedang pikiranku mengingat Majang, bagaimana keaadaannya sekarang?
Ahh.. tidak! Aku tidak akan menemuinya sebelum membunuh Bakka.