Walaupun Trump masih memiliki banyak pendukung dan pemilih dan masih mengantongi suara electoral sebesar 232, di mana Biden mengantongi suara electoral sebesar 306 dan jarang ada Presiden Incumbent yang kalah pada pemilu Presiden guna memenangkan periode kedua yang mengantongi suara electoral hingga angka 200 pada 50 tahun terakhir. Juga pemilu yang berakhir ricuh akibat Trump yang menolak mengakui kekalahan sehingga membuat para pendukungnya makin bertindak beringas hingga mengepung gedung Capitol Amerika Serikat pada 6 Januari 2021 guna menggagalkan sertifikasi hasil Pemilu Presiden 2020.
Namun walaupun beberapa kali prediksi "The Bradley Effect" ini terpatahkan, tetapi "The Bradley Effect" ini sepertinya akan terus membayang-bayangi setiap Pemilu di Amerika Serikat, baik itu Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan anggota Legislative dan bahkan Pemilihan Presiden sekalipun. Terutama setelah kalahnya Hillary Clinton pada Pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 2016 dan Andrew Gillum pada pemilihan Gubernur di Florida tahun 2018 yang seakan menguatkan anggapan akan terulang kembalinya "The Bradley Effect" ini pada setiap pemilu di Amerika Serikat.
Sumber:
https://www.npr.org/2008/10/14/95702879/as-obama-leads-polls-bradley-effect-examined
https://politicaldictionary.com/words/bradley-effect/
https://www.nytimes.com/2008/10/20/opinion/20levin.html
https://pos.org/a-ms-bradley-effect-in-2016-presidential-polling/
https://www.vanityfair.com/news/2016/11/donald-trump-bradley-effect
http://590kid.com/bradley-effect-2016-presidential-election/
https://edition.cnn.com/2008/POLITICS/10/13/obama.bradley.effect/
https://www.nytimes.com/2008/09/28/magazine/28wwln-safire-t.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H