Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

The Bradley Effect

27 April 2022   17:50 Diperbarui: 27 April 2022   17:54 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walikota Los Angeles Tom Bradley ketika pemilihan Gubernur Negara Bagian California pada November 1982 | Sumber Gambar: Ap Archive


Barack Obama dan The Bradley Effect pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2008

gambar-5-62691698ef62f63c65116bf2.jpg
gambar-5-62691698ef62f63c65116bf2.jpg
Barack Obama pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2008 | Sumber Gambar: teenvogue.comPada pemilihan presiden tahun 2008 di mana kandidat dari partai Demokrat Barack Obama yang merupakan keturunan Afrika-Amerika maju memperebutkan kursi kepresidenan Amerika Serikat melawan kandidat dari partai Republik John McCain, juga tak luput dari bayang-bayang The Bradley Effect ini.

Banyak yang memprediksi bahwa ada kemungkinan besar Bradley Effect ini akan kembali terjadi pada pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2008 dan kemungkinan besar para pemilih kulit putih yang belum yakin akan memilih siapa atau yang biasa disebut "swing voters", kelak akan memilih John McCain pada pemilu 2008. Ditambah lagi jajak pendapat sempat menunjukan jika John McCain sempat unggul dari Barack Obama.

Kandidat Capres dari Partai Demokrat, Barack Obama bersama kandidat Capres dari Partai Republik, John McCain | Sumber Gambar: Getty Images
Kandidat Capres dari Partai Demokrat, Barack Obama bersama kandidat Capres dari Partai Republik, John McCain | Sumber Gambar: Getty Images

Alhasil Obama justru berhasil memenangkan kursi kepresidenan Amerika Serikat sebagai Presiden Amerika Serikat keturunan Afrika-Amerika pertama mengalahkan John McCain pada Pemilu Presiden Amerika Serikat Tahun 2008 dan mematahkan prediksi akan terjadinya kembali Bradley Effect ini. Obama kembali memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat untuk periode kedua pada tahun 2012 melawan kandidat dari partai Republik Mitt Romney.


Terulangnya Kembali The Bradley Effect pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2016

gambar-7-626918aebb448650b012a2e5.jpg
gambar-7-626918aebb448650b012a2e5.jpg
Hillary Clinton pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016 | Sumber Gambar: politico.comNamun siapa menyangka bahwa Bradley Effect ini justru kembali terjadi lagi pada pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 2016. Ironisnya pada pemilu kali ini yang maju bukan lah kandidat non-kulit putih melawan kandidat kulit putih, melainkan kedua kandidat adalah kulit putih di mana kandidat dari partai Demokrat Hillary Clinton yang merupakan mantan menteri luar negeri dan juga Senator dari negara bagian New York dan juga istri mantan Presiden Bill Clinton maju melawan kandidat dari partai Republik yang tidak lain adalah pengusaha kondang dan milyader Donald Trump.

Banyak sekali media yang memproyeksikan bahwa Clinton akan memenangkan pemilihan Presiden pada tahun 2016 dan bahkan hampir sebagian besar polling menunjukan jika Clinton mengungguli Donald Trump. Tidak hanya polling dan jajak pendapat saja, tetapi tidak sedikit pula orang-orang seperti selebriti dan bahkan tokoh politik sekalipun yang berkata bahwa "tidak mungkin Donald Trump menjadi Presiden Amerika."

Tetapi seperti yang kita semua ketahui, Clinton justru kalah oleh Donald Trump pada pemilihan Presiden tahun 2016, walaupun Clinton tetap mengungguli Trump pada angka popular vote dan Trump memenangkan electoral vote.

Hal ini pun seakan mengingatkan kembali pada "The Bradley Effect" yang terjadi pada pemilihan Gubernur California tahun 1982, di mana proyeksi dan polling tidak lah selalu akurat dan menjadi patokan untuk kemenangan kandidat pada pemilu. 

Banyak yang berpendapat bahwa kekalahan Clinton disebabkan karena para pemilih yang belum yakin atau "swing voters" akan memilih siapa pada hari pemilu, condong pada akhirnya justru memilih Donald Trump pada saat pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 8 November 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun