Barack Obama dan The Bradley Effect pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2008
Banyak yang memprediksi bahwa ada kemungkinan besar Bradley Effect ini akan kembali terjadi pada pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2008 dan kemungkinan besar para pemilih kulit putih yang belum yakin akan memilih siapa atau yang biasa disebut "swing voters", kelak akan memilih John McCain pada pemilu 2008. Ditambah lagi jajak pendapat sempat menunjukan jika John McCain sempat unggul dari Barack Obama.
Alhasil Obama justru berhasil memenangkan kursi kepresidenan Amerika Serikat sebagai Presiden Amerika Serikat keturunan Afrika-Amerika pertama mengalahkan John McCain pada Pemilu Presiden Amerika Serikat Tahun 2008 dan mematahkan prediksi akan terjadinya kembali Bradley Effect ini. Obama kembali memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat untuk periode kedua pada tahun 2012 melawan kandidat dari partai Republik Mitt Romney.
Terulangnya Kembali The Bradley Effect pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2016
Banyak sekali media yang memproyeksikan bahwa Clinton akan memenangkan pemilihan Presiden pada tahun 2016 dan bahkan hampir sebagian besar polling menunjukan jika Clinton mengungguli Donald Trump. Tidak hanya polling dan jajak pendapat saja, tetapi tidak sedikit pula orang-orang seperti selebriti dan bahkan tokoh politik sekalipun yang berkata bahwa "tidak mungkin Donald Trump menjadi Presiden Amerika."
Tetapi seperti yang kita semua ketahui, Clinton justru kalah oleh Donald Trump pada pemilihan Presiden tahun 2016, walaupun Clinton tetap mengungguli Trump pada angka popular vote dan Trump memenangkan electoral vote.
Hal ini pun seakan mengingatkan kembali pada "The Bradley Effect" yang terjadi pada pemilihan Gubernur California tahun 1982, di mana proyeksi dan polling tidak lah selalu akurat dan menjadi patokan untuk kemenangan kandidat pada pemilu.
Banyak yang berpendapat bahwa kekalahan Clinton disebabkan karena para pemilih yang belum yakin atau "swing voters" akan memilih siapa pada hari pemilu, condong pada akhirnya justru memilih Donald Trump pada saat pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 8 November 2016.