Mohon tunggu...
Erwin Jajang Mawarna
Erwin Jajang Mawarna Mohon Tunggu... Lainnya - Instruktur Sekolah Mengemudi

Drive safe stay alive

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Remaja Tanpa SIM Itu "Happy" Berkendara

22 Juni 2022   06:30 Diperbarui: 22 Juni 2022   15:09 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Remaja Tanpa SIM  Itu "Happy" Berkendara

Sore berlalu dan malampun tiba, rona merah dilangit pudar berganti cahaya rembulan menemani awan.

Saya meluncur menuju RS kartika Husada didaerah Jati Asih yang masih masuk wilayah Bekasi.Menerima order dari penumpang agar saya segera menjemput Ibunya.

Rupanya Sang Ibu  adalah pasien yang baru saja selesai menjalani pengobatan rutin di rumah sakit tersebut.

"Selamat malam Pak" suara sang ibu menyapa dan terdengar lembut ditelinga saya."Selamat malam bu,silahkan masuk"jawab saya sambil membuka pintu penumpang bagian tengah.

Setelah membantu menaikkan barang bawaan saya langsung menuju kursi pengemudi dan bersiap mengantarkan sang Ibu pulang.

Kondisi lalulintas saat itu sangat ramai cenderung  padat.Bagi yang tau kawasan itu pasti sudah tidak heran lagi dengan kemacetan yang luar biasa disana.

"Majuter majuma",baru maju satu dua meter,majunya lagi lama.Sebuah situasi yang membuat
penumpang dan pengemudi menjadi akrab dengan saling ngobrol dan berbincang.

Saya masih berhenti dan lama menunggu panjangnya antrian kendaraan yang tidak maju-maju.Obrolan kami dihentikan oleh suara dari arah belakang bersamaan dengan mobil terdorong kedepan.

Sontak hal itu membuat saya dan sang Ibu kaget,ternyata mobil yang berada persis dibelakang menghantam mobil saya.

Sang Ibu mempersilahkan saya cek kebelakang setelah saya meminta izin untuk turun memeriksa kendaraan.

Saya menghampiri inova berwarna hitam itu dari sebelah kiri bagian penumpang depan.Ternyata dibalik kemudi saya sempat melihat duduk seorang remaja belia yang sedang bertukar posisi dengan anak muda disebelahnya.

Ya tuhan!,mereka masih anak-anak usia remaja."Maaf Om,kita tanggung jawab"ujar mereka sambil panik dan ketakutan.Beralasan terburu-buru karena akan nonton ke bioskop.

Setelah saya cek, ternyata mereka tidak memiliki SIM sedangkan mobil yang digunakan atas nama perusahaan.Saya hanya meminta no Hp agar mereka bisa dihubungi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannnya.

Saya segera kembali ke mobil karena antrian kendaraan sudah maju kedepan.Kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah penumpang sambil memikirkan bodi belakang mobil yang penyok

Setibanya dirumah penumpang sang Ibu mendoakan semoga saya selamat dan dimudahkan untuk meyelesaikan masalah yang saya hadapi."Amin,terima kasih bu,saya pamit"


Anak-anak dibawah umur tentu tidak diperbolehkan berkendara dijalan raya  apalagi belum  memiliki Surat Izin Mengemudi.Anak-anak bisa saja menjadi korban atau penyebab terjadinya kecelakaan .

Mengemudi tanpa SIM merupakan bentuk pelanggaran yang tercantum dalam UU no.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan hukuman denda sebesar satu juta rupiah atau kurungan paling lama empat bulan.

Apakah Undang Undang saja sudah cukup untuk menciptakan budaya keselamatan di jalan? Belum,masih dibutuhkan peran orang tua dan keluarga untuk selalu mengajarkan budaya selamat dijalan.

Anak-anak belum memiliki Kartu Tanda Penduduk apalagi SIM,mereka masih labil,belum memiliki keahlian dan wawasan berkendara yang cukup serta rendahnya pemahaman berlalulintas.

Menciptakan budaya selamat dijalan bukan hanya tugas polisi lalulintas dan petugas dinas perhubungan.Tapi juga menjadi tugas dan peran aktif kita semua selaku pengguna jalan.

Tantenya anak-anak remaja itu bersedia dan mau bertanggung jawab atas perbuatan anak atau keponakannya.Sebuah itikad baik yang mesti saya apresiasi.

Dengan menggunakan asuransi kendaraan yang dimiliki tante itu,saya mengikuti prosesnya selama hampir satu bulan.

Sambil tetap bekerja antar jemput penumpang  saya juga mengikuti prosedur dan mesti berkunjung kebengkel asuransi yang ditentukan.

Namun ada yang janggal dan membuat saya kaget,kenapa surat perintah kerja bengkel bisa keluar?padahal pelaku tidak memiliki SIM.

Dan yang lebih membuat kaget lagi perbaikan mobil membutuhkan waktu selama 4 hari .Pikiran saya terbang melayang membayangkan 4 hari tidak bekerja dan tanpa pemasukan,sebuah kondisi yang bukan saya harapkan.

Dengan berat hati saya menolak Itikad baik Tante itu  meskipun sudah saya jelaskan kondisinya. "Mohon maaf ya Pak!Saya sudah beritikad baik"tante itu menegaskan.

Dari pada hilang sapi lebih baik hilang kambing,mungkin kata yang pas menggambarkan kondisi saat itu.

"Buat Adik-adik hati-hati dijalan, jangan terlalu sering ke bioskop ya", disambut tanya mereka "memang kenapa Om?".

"Om_nya makin ludes!"celoteh sigra saya sambil tertawa terpingkal-pingkal.

Jati Asih
Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun