Mohon tunggu...
Erwin Faza
Erwin Faza Mohon Tunggu... Administrasi - Berkeluarga dengan 5 anak. Bekerja dan tinggal di Perth

Berkeluarga dengan 5 anak. Bekerja dan tinggal di Perth

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Virus-Bab 1 (Virus Mematikan Menyerang!)

30 April 2020   21:16 Diperbarui: 30 April 2020   21:19 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Lima puluh orang tewas dan ratusan orang lainnya di rawat di rumah sakit, tulis Headline New york Post, sebuah surat kabar di New York City. Sudah tiga hari, jenis dan species virus masih belum juga bisa bisa teridentifikasi. Sementara korban terus berjatuhan. Orang yang terinfeksi terus bertambah.

General Hospital New York tampak sangat sibuk yang luar biasa.

Petugas para medis and dokter lengkap dengan alat pelindung diri mereka, sangat sibuk hilir mudik masuk satu ruangan dan keluar ruangan lainnya tanpa memperdulikan pakaian mereka yang sudah lusuh dan mata mata mereka yang sudah layu. Mereka tetap memeriksa keadaan pasien seteliti dan secekatan mungkin. Dari wajah mereka terlihat mereka sedang menghadapi fenomena yang sangat mengerikan. Belum pernah mereka mengalami fenomena yang seperti ini. Wajah mereka merah padam.

Para dokter itu hanya bisa saling berpandangan satu sama lain. Bingung. Tak tahu apa yang harus mereka kerjakan. mereka benar-benar kelihatan putus asa. Belum pernah mereka mencatat waktu kematian begitu banyak dalam waktu yang sangat singkat.

Mereka hanya dapat menginjeksi para pasien agar dapat mengurangi rasa sakitnya, seraya berkata pada mereka, "Tak apa-apa, kalian akan baik-baik saja... tenang..." dan selebihnya mereka hanya bisa menunggu.

Sementara itu rintihan kesakitan begitu jelas terdengar, begitu juga tangis pihak keluarga yang ditinggalkan. Dari pergeras suara pangilan kepada para dokter diulang berkali-kali, membuat suasana  gaduh semakin tak terkendali. Dan diluar mobil ambulance datang silih berganti membuat kekacauan seakan tak akan berhenti. Kebisingannya begitu memekakkan telinga.

Di lorong-lorong banyak korban bergeletakan di lantai. Semua kamar dan tepat tidur, bahkan kursi sudah penuh sedangkan korban tetap berdatangan. Sesekali para korban berusaha meraih tangan dokter atau perawat yang melalui mereka agar segera di periksa, tapi begitu banyaknya pasien membuat mereka seolah terlupakan.

Bantuan medis dan tenaga sudah berdatangan dari berbagai negara bagian lain, tapi tak banyak yang bisa di lakukan. Korban tetap berjatuhan. Sedangkan perlengkapan kedokteran seperti ventilator masih saja kekurangan.

Para Rabi berpakain hitam-hitam dan juga para pendeta hadir untuk memimpin doa bagi para korban atau menemani mereka menjelang kematin.

Sementara itu di sudut ruangan tampak seorang dokter sedang dikerumuni para wartawan. Sepertinya ia  adalah kepala rumah sakit ini.

Tampak sekali sang dokter tak ingin memberikan pernyataan apa-apa, tapi kerumunan wartawan dari media cetak dan elektronik yang mengitarinya membuat ia tak bisa beranjak. Ia akhirnya bicara, setelah tiga hari membungkam diri.

"Tidak banyak yang dapat saya katakan," kata dokter itu terpaksa memberi penjelasan, "tapi yang jelas, yang kita hadapi adalah virus yang sangat ganas, dan belum bisa kami identifikasikan!" lanjutnya.

"Gejalanya apa, dok?" tanya seorang wartawan memotong.

"Virus ini menyerang secara tiba-tiba tanpa gejala awal. Virus ini memakan daging korban 1mm kubik setiap menit. Sehingga dalam waktu kurang dari 12 jam, korban akan tewas." sang dokter menjelaskan dengan suara datar.

"Virus itu juga dapat memakan lambung, usus, paru-paru serta hati korban. Virus ini sangat berbahaya, karena tidak hanya merusak kekebalan tubuh tapi juga mampu menggerogoti daging dan menghancurkan manusia "lanjutnya.

"Jadi, berarti mereka yang terkena itu pasti akan tewas, dok ? "tanya seorang wartawan

" Saya tidak bisa berkomentar lebih jauh, tapi kami akan melakukan yang terbaik ! " Jawab dokter tersebut diplomatis.

" Karena belum di ketahui identitasnya, berarti belum ada obatnya dan vaccine nya , benar khan dok ? " tanya wartawan lainnya

" Sebagaimana yang saya katakan tadi, kami akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi ini. Sekian saja, maaf saya harus berkonsentrasi menolong mereka " Jawab dokter itu seraya meninggalkan kerumunan para wartawan.

" Dokter bagaimana cara penularan virus ini ?" tanya wartawan lainnya

" I'm sorry. I have many things to do. Sorry "

" But, doctor...." para kerumunan wartawan masih mengejar dokter tersebut untuk menggai informasi lebih banyak lagi.

" No...no !!. I must help the patients.Sorry...." ujarnya sambil terus berjalan meninggalkan para wartawan.

Para wartawan sebenarnya ingin terus mengejar dokter tersebut. Tetapi, pihak keamanan dengan sigap berhasil menahan laju para wartawan tersebut. Sementara itu, sang dokter terus berjalan degnan raut wajah yang penuh dengan kerutan. Karena sampai saat ini ia masih belum berhasil mengidentifikasikan virus tersebut. What the hell virus is it?? gerutunya dalam hati. Ia terus berjalan melewati kerumunan orang yang sedang menunggu keluarnya mereka yang terkena virus ini. Di pandangnya satu per satu pasien yang terkulai lemah tak berdaya.

" Bagaimana dok ? Apakah anak saya akan sembuh ? " tanya seorang ibu kepada dokter tersebut sambil memegangi tangan anaknya yang bermata biru dan masih berumur tiga tahun. " Tolong dok....jangan biarkan ia meninggal...ia masih kecil...ia..." suaranya terhenti sambil terus terisak isak menahan tangis.

"She will be fine, don't worry ! " jawab dokter singkat sambil tersenyum.

Tolong Linda ya dok...duh..sakit sekali dok..." kata gadis mungil itu seraya menatap wajah sang dokter. Sorot mata gadis mungil itu begitu syahdu serta penuh dengan harapan. Harapan untuk sembuh, tentunya, sehingga ia bisa bermain kembali dengan teman temannya.

" Linda ingin sekali bermaindengan teman teman, dok " Lanjutnya datar. Nadanya semakin melemah.

" Pasti Linda. Kamu pasti dapat kembali bermain dengan teman teamn kamu ! " Jawab dokter tersebut. Ia sadar, ia tidak dapat berkata jujur, tapi ia juga tidak ingin membuat mereka putus asa.

Sang dokter kembali berjalan. Fyuuhh..ia menghela nafas panjang. Apa yang telah terjadi? Apa yang telah terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun