Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teori Konspirasi, Pertarungan antara Gelap dan Terang

14 Juni 2019   07:00 Diperbarui: 15 Juni 2019   08:00 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja Richard Hofstadter, Robert Anton Wilson, Karl Popper, Mintz, Ramsey, dan seterusnya. Siapa pemegang hak ciptanya masih misteri hingga kini. 

Menurut Joe Uscinski dalam bukunya American Conspiracy Theories, teori konspirasi sendiri akhirnya  populer sejak satu abad yang lalu.

Bukannya teori konspirasi sudah ada sejak abad pertengahan? Betul. Sejarahnya begitu. Namun pengenalan orang terhadap teori ini belum begitu dahsyat. Barulah setelah revolusi industri melanda dunia tanpa batas, cerita dan kisah tentang teori konspirasi mulai meluas. Kisah tentang Iluminati yang mendasari lahirnya teori ini misalnya. 

Pengekangan terhadap kebebasan berpikir kaum intelektual ini dulunya hanya beredar sebatas Jerman saja. Berkat revolusi industri yang dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, kisah tentang Iluminati pun dengan cepat menyebar ke seantero bumi. Lengkap dengan konsep, teori, contoh kasus, dan bumbu penyedap lainnya.

Tahukah anda peledakan menara kembar WTC dulu didalangi oleh AS sebagai dalih mereka untuk menyerang Taliban yang mencengkeram Afghanistan?  Itulah teori konspirasi. 

Jika anda tahu, maka carilah sisi gelapnya. Jika tidak tahu, carilah sisi terangnya. Yup, teori konspirasi sejatinya pertarungan antara "sisi gelap" dan "sisi terang". Namun kita tak pernah tahu sisi mana yang memang gelap dan sisi mana yang memang terang. 

Yang kita tahu kemudian, teori ini laku keras di pasaran, terutama di "pasar transaksi"  tempat berkumpulnya kaum agamawan dan politisi. Percaya atau tidak, kedua kelompok inilah yang kerap mengutip teori konspirasi demi menjaga eksistensi mereka, baik atas nama teologi maupun politik kekuasaan.

Hubungan kedua kelompok yang disebutkan tadi cukup unik. Kadang mereka harmonis laksana Romeo dan Juliet. Janji sehidup semati. Lu cinta gue rindu, lu mati gue nyusul. Kadang saling sikut bak Tom and Jerry. Eh jangan kecele. 

Di lain episode Tom and Jerry pun terlihat bisa akur jika pemilik rumah tempat mereka bermukim tiba-tiba disusupi oleh paham baru, katakanlah "paham anti hewan". Jelas eksistensi mereka terancam. Mau tak mau mereka mesti berkoalisi. Berkonspirasi untuk melawan empunya rumah. 

Serial animasi Tom and Jerry yang dulu sering nongol di teve hitam putih kerap mengisyaratkan itu. Kenyataannya di dunia fana ada benarnya juga. Siapa lagi yang paling sibuk mempersoalkan teori konspirasi selain kalangan agamawan dan politisi?

Jika yang paling sibuk mempersoalkan perkara ada tidaknya konspirasi dalam suatu perkara itu adalah mereka, maka sangat sulit bagi kita untuk menentukan siapa yang karakternya cocok dengan Tom dan siapa yang berkarakter seperti Jerry. Apalagi jika berkarakter ganda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun