Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teori Konspirasi, Pertarungan antara Gelap dan Terang

14 Juni 2019   07:00 Diperbarui: 15 Juni 2019   08:00 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi 'Illuminatus! The Trilogy' (The Robert Anton Wilson Website) 

Perbincangan mengenai "teori konspirasi" marak di media sosial. Pemicunya protes yang dilancarkan oleh sebagian pihak yang "menuduh" desain Masjid Al-Safar yang diarsiteki Ridwan Kamil berbau Iluminati, pelopor konspirasi yang lahir abad pertengahan.  

Mayoritas orang Indonesia yang agamis tersentak. Cercaan terhadap Ridwan Kamil berdatangan. Kalimat yang ditujukan padanya lebih pedas dari mie goreng Aceh. 

Ridwan liberal, Ridwan antek zionis, Ridwan antek Yahudi, Ridwan bla bla bla. Padahal menurut anak saya, Ridwan itu malaikat penjaga pintu surga. Ah saya pun ikhlas tepok jidat.

Tinggalkan tudingan miring terhadap Ridwan Kamil. Sekarang kita "membaca" secuil sejarah lampau untuk mengetahui berbagai hal berkaitan dengan teori konspirasi.

Hingga kini tak ada yang tahu sejak kapan dan siapa yang pertama kali memperkenalkan istilah teori konspirasi. Kesimpulan itu bisa kita dapat dengan melihat kalender, baik kalender nasional atau kalender internasional. 

Cek tanggal demi tanggal, bulan demi bulan. Tanggal dan bulan berapa ada peringatan "Hari Konspirasi Internasional"? Tak ada. Dalam kalender Jawa pun tidak ditemukan.

Lazimnya, ada peringatan, pasti ada juga pencetus atau pelopornya. Misalnya Hari Pramuka Sedunia yang diperingati setiap 22 Februari. Tanggal ini diambil dari tanggal kelahiran Lord Baden Powell sebagai penghargaan terhadapnya. 

Baden Powell sendiri dikenal sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan kepanduan di dunia. Atau contoh lainnya Hari Koperasi yang diperingati setiap 12 Juli. Pelopor atau pendorong utamanya adalah wakil presiden RI pertama, Bung Hatta. 

Sebagai penghargaan, beliaupun dianugerahi sebagai "Bapak Koperasi Nasional". Sampai detik ini gelar itu masih dipegang oleh Bung Hatta. Seingat saya memang  belum berpindah ke Fadli Zon atau diambil alih oleh Adian Napitupulu. Tolong koreksi jika saya salah.

Lalu siapa pencetus teori konspirasi? Dari berbagai sumber yang relevan, walau mungkin tak sepenuhnya benar, teori konspirasi konon dicetuskan oleh banyak tokoh. 

Sebut saja Richard Hofstadter, Robert Anton Wilson, Karl Popper, Mintz, Ramsey, dan seterusnya. Siapa pemegang hak ciptanya masih misteri hingga kini. 

Menurut Joe Uscinski dalam bukunya American Conspiracy Theories, teori konspirasi sendiri akhirnya  populer sejak satu abad yang lalu.

Bukannya teori konspirasi sudah ada sejak abad pertengahan? Betul. Sejarahnya begitu. Namun pengenalan orang terhadap teori ini belum begitu dahsyat. Barulah setelah revolusi industri melanda dunia tanpa batas, cerita dan kisah tentang teori konspirasi mulai meluas. Kisah tentang Iluminati yang mendasari lahirnya teori ini misalnya. 

Pengekangan terhadap kebebasan berpikir kaum intelektual ini dulunya hanya beredar sebatas Jerman saja. Berkat revolusi industri yang dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, kisah tentang Iluminati pun dengan cepat menyebar ke seantero bumi. Lengkap dengan konsep, teori, contoh kasus, dan bumbu penyedap lainnya.

Tahukah anda peledakan menara kembar WTC dulu didalangi oleh AS sebagai dalih mereka untuk menyerang Taliban yang mencengkeram Afghanistan?  Itulah teori konspirasi. 

Jika anda tahu, maka carilah sisi gelapnya. Jika tidak tahu, carilah sisi terangnya. Yup, teori konspirasi sejatinya pertarungan antara "sisi gelap" dan "sisi terang". Namun kita tak pernah tahu sisi mana yang memang gelap dan sisi mana yang memang terang. 

Yang kita tahu kemudian, teori ini laku keras di pasaran, terutama di "pasar transaksi"  tempat berkumpulnya kaum agamawan dan politisi. Percaya atau tidak, kedua kelompok inilah yang kerap mengutip teori konspirasi demi menjaga eksistensi mereka, baik atas nama teologi maupun politik kekuasaan.

Hubungan kedua kelompok yang disebutkan tadi cukup unik. Kadang mereka harmonis laksana Romeo dan Juliet. Janji sehidup semati. Lu cinta gue rindu, lu mati gue nyusul. Kadang saling sikut bak Tom and Jerry. Eh jangan kecele. 

Di lain episode Tom and Jerry pun terlihat bisa akur jika pemilik rumah tempat mereka bermukim tiba-tiba disusupi oleh paham baru, katakanlah "paham anti hewan". Jelas eksistensi mereka terancam. Mau tak mau mereka mesti berkoalisi. Berkonspirasi untuk melawan empunya rumah. 

Serial animasi Tom and Jerry yang dulu sering nongol di teve hitam putih kerap mengisyaratkan itu. Kenyataannya di dunia fana ada benarnya juga. Siapa lagi yang paling sibuk mempersoalkan teori konspirasi selain kalangan agamawan dan politisi?

Jika yang paling sibuk mempersoalkan perkara ada tidaknya konspirasi dalam suatu perkara itu adalah mereka, maka sangat sulit bagi kita untuk menentukan siapa yang karakternya cocok dengan Tom dan siapa yang berkarakter seperti Jerry. Apalagi jika berkarakter ganda. 

Tentu lebih sulit menebak kebenarannya. Alhasil, jika pemilik rumah Tom and Jerry adalah Tuhan. Berarti kebenaran yang "maha benar" kita dapat saat pertarungan antara yang gelap dan yang terang dinyatakan berakhir oleh yang Maha kuasa alias kiamat. 

Untuk saat ini kita cukup membenarkan keberadaan teori konspirasi tadi sesuai apa yang diyakini saja. Setidaknya jika pernah mengalami sebagai korban konspirasi barulah kita boleh mempercayai keberadaannnya. Mungkin dalam skala kecil, sadar atau tidak, kita semua pernah menjadi korban konspirasi, kok.   

Katakanlah saat belanja. Harga barang di Toko "A" lebih miring dari toko "B".  Kita beli di "A". Esoknya toko "B" banting harga. Kita lari ke "B". Lusanya saat mau borong, harga naik drastis dan "cilakanya" semua toko dari A-Z harganya mendadak sama.

Percayalah, kita sedang berhadapan dengan pihak-pihak yang melakukan "persekongkolan harga". Namun apa yang dilakukan pedagang besar tadi legal. Dari pada perang diskon mulu, mending perang untung berjamaah. 

Logika mereka begitu. Silahkan berteriak bahwa Anda telah menjadi korban konspirasi sipil oleh para pemilik toko tadi. Atau bikin konspirasi baru untuk menurunkan harga. Sah-sah saja asalkan dilalui tanpa melanggar prosedur. 

Sebaliknya, untuk sesuatu yang kurang jelas dan belum pernah mengalami atau menyaksikan, baiknya dipertimbangkan dulu dengan matang sebelum bergabung dengan kelompok pro atau anti-konspirasi.  

Banyak pertimbangan yang perlu diambil sebelum mempercayai sebuah peristiwa atau sebuah keadaan itu beraroma konspirasi atau tidak. Namun kali ini saya rekomendasikan hanya dua pertimbangan saja. 

Pertama, menimbang dengan otak orang lain yang kita anggap berwawasan luas.   

Kedua, menimbang dengan otak kita sendiri. 

Konsekuensinya jelas. Bisa jadi "seseorang" tempat Anda meminta pertimbangan tadi mengikuti jejak para pedagang kaki lima yang lazim "mengurangi takar timbangan" demi menambah keuntungan, atau boleh jadi "timbangan" Anda sendiri yang bermasalah! 

Hehehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun