Asep optimis tanaman hanjeli akan jadi emas hijau  dimasa depan. Setelah dirinya berjuang membudiayakan tanaman hanjeli sejak 2010, kini orang mulai banyak mengenalnya, termasuk manfaatnya. Saat ini beberapa ilmuan dari perguruan tinggi terkemuka di Jawa Barat dan luar negeri telah mengundang dirinya menjadi pembicara di forum  webinar mengupas tanaman ini.
MENGENAL TANAMAN Â HANJELI
Hanjeli (Coix lacyma-Jobi L.) merupakan sejenis tumbuhan biji-bijian tropis dari suku padi-padian atau Poaceae. Tanaman ini berasal dari Asia Timur dan Malaya, namun sekarang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Beberapa varietas memiliki biji yang dapat dimakan dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat.
Hanjeli adalah nama popular di daerah Jawa Barat (Sunda), sedangkan nama popular Indonesia adalah Jali atau Jali-jali. Tanaman ini menyebar di berbagai ekosistem lahan pertanian yang beragam dari daerah iklim kering, basah, lahan kering maupun lahan basah di Sumatera, Sulawesi,Kalimantan, dan Jawa. Ada dua varietas yang ditanam orang, yaitu Coix lacryma-jobi var. lacryma-jobi yang memiliki cangkang keras berwarna putih, bentuk oval dan dipakai untuk manik-manik.
Varietas yang lainnya adalah Coix lacryma-jobi var. mayuen yang dimakan orang dan juga menjadi bagian dari tradisi pengobatan di Tiongkok. Jali merupakan rumpun setahun, rumpunnya banyak, batangnya tegak dan besar, tinggi 1-3 m, akarnya kasar dan sulit dicabut. Letak daunnya berseling, helaian daun berbentuk pita, ukuran daun 8-100x1,-5 cm, ujung daun runcing, pangkalnya memeluk batang, tepinya rata. Bunga keluar dari ketiak daun dan ujung percabangan, berbentuk bulir. Buahnya berbentuk buah batu, bulat lonjong, pada varietas mayuen berwarna putih/biru-ungu dan berkulit keras apabila sudah tua. Jenis buah yang dibudidayakan lunak dan dapat dibuat bubur, sedangkan jenis liar keras dan dapat digunakan untuk manik-manik pada kalung.
Di Jawa Barat, tanaman ini ditanam petani masih secara konvensional sebagai tanaman langka, dan dapat ditemukan di Punclut Kabupaten Bandung, Cipongkor, Gunung Halu, Kiarapayung, Rancakalong , Tanjungsari Kabupaten Sumedang, Sukabumi, Garut, Ciamis dan Indramayu.
Masyarakat setempat sudah biasa menikmatinya hasil olahan hanjeli ini sebagai bubur, tape, dodol dan sebagainya. Bagian biji dari varietas mayuen mengandung gizi setara beras, yaitu dalam 100 g bahan mengandung karbohidrat (76,4%), protein (14,1%), serta lemak nabati (7,9%), dan kalsium (54 mg).
Sebagai bahan makanan, beberapa potensi pemanfaatan biji hanjeli adalah: 1. Sebagai campuran beras, ataupun digunakan sendiri sebagai nasi hanjeli 2. Sebagai campuran makanan sereal lainnya, misalnya campuran havermut (oatmeal), seperti produk yang dibuat oleh salah satu produsen makanan sereal terkemuka Taiwan (www.greenmax.com.tw) 3. Bubur hanjeli (dengan rasa manis seperti bubur kacang hijau), dan sebagai teman kolak 4. Difermentasi seperti tape ketan Berbeda dengan beras ketan yang bersifat lengket, hanjeli memiliki tekstur yang kenyal namun tidak lengket, sehingga sangat berpotensi untuk diolah menjadi alternatif makanan yang enak. Selain sebagai sumber pangan pokok, hanjeli juga sangat potensial sebagai tanaman obat. Sebagai bahan obat herbal, hanjeli dipercaya memiliki berbagai khasiat seperti peluruh air seni, dan antitumor (kanker). Sumber zat aktif obat diperoleh baik dari biji maupun dari ekstrak akarnya. Khasiat sebagai antitumor telah diteliti secara ilmiah. Zat aktif dalam hanjeli disebut coixenolide.
(Erwan Mayulu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H