Tempat tinggal  Asep Hidayat Mustopa  di Kp. Waluran , Desa Waluran Mandiri,di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dijadikan  Rumah  Pamer Hanjeli. Di tempat ini berjejer berbagai gambar dan pajangan sekitar tanaman hanjeli.Bahkan Rumah Pamer Hanjeli ini juga berfungsi sebagai pusat informasi tentang seluruh kegiatan wisata di desa itu.
Dirumah pamer ini di pamerkan berbagai hal terkait dengan tanaman hanjeli yaitu tanaman sejenis padi-padian yang tumbuh subur di daerah Sukabumi dan sekitarnya. Selain gambar -- gambar berupa foto juga di jejerkan hanjeli dalam bentuk produk turunannya.
Sebagai rumah pamer, interiornya di buat sedemikian rupa hingga benda -- benda yang dipamerkan  menjadi menonjol. Hampir seluruh rumah itu diselimuti bahan kayu baik dinding, flafon  juga lantainya berwarna coklat kayu hingga mengesankan kesederhanaan namun indah dipandang, nyaman dan sejuk.
Siapa pun yang berkunjung ke tempat ini merasa nyaman dan ingin mengetahui semua informasi dan benda-benda yang dipamerkan.
Asep Hidayat Mustopa, kelahiran 1978, adalah seorang Tenaga Kerja Mandiri (TKM) dari Kabupaten sukabumi yang dikenal luas sebagai pemuda pelopor pembudiayaan tanaman hanjeli di daerahnya.
 Ketertarikanya pada budidaya tanaman  Hanjeli sejak 2010 bermula dari keresahannya melihat makin sedikit orang menanam hanjeli di daerahnya. Petani lebih suka menanam padi dan tanaman linnya yang masa panennya lebih cepat. Hanjeli biasanya baru bisa dipanen tiap 6 bulan sekali. Sedangkan tanaman padi kini bisa dipanen tiap 3 bulan sekali. Inilah salah satu sebab petani tidak lagi menjadikan tanaman hanjeli sebagai tanaman pilihan utama para petani di desa.
Pada 2010,Asep Hidayat mulai mencoba membudidayakan tanaman hanjeli ini. Selain ingin menyelematkan tanaman  ini agar tidak hilang, dia berfikir jika dikelola dengan baik jenis tanaman ini bernilai ekonomis dan akan menjadi salah satu sember penghasilan bagi para petani. Apalagi jenis tanaman ini hanya ditanam di tegalan, bukan di sawah. Sementara di desanya, tanah tegalan cukup luas.
Langkah awal dilakukannya dengan mengoleksi beberapa jenis sekaligus menanamnya di areal perkampungan. Yaitu hanjeli jenis ketan dan batok. Ditanam di tegalan/lereng bukit. Jenis ini banyak  tumbuh di wilayah Sukabumi. Target awal peruntukannya untuk konsumsi alternarif selain beras.
Dengan merogoh kantong sendiri untuk ongkos tanam , 6 bulan kemudian bisa melakukan panen perdana.
"Hasilnya lumayan. Dibuat jadi bubur manis", tutur Asep Hidayat  saat dijumpai penulis di Rumah Pamer Hanjeli, pekan lalu. Namun panen ini meski tergolong lumalayan hasilnya, namun tidak serta merta bisa menarik petani setempat untuk ikut menanamnya secara massif. Persoalannya pada pemasaran pasca panen.
Bagi petani selain hasil panen yang bagus juga adanya pasar yang menyerap hasil panennya.