Mohon tunggu...
Erwanda Rahayu Puji Ningsih
Erwanda Rahayu Puji Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Agroekoteknologi FP UB 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integritasi Iman dan Ilmu

7 Desember 2021   15:29 Diperbarui: 7 Desember 2021   15:38 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Penulisan artikel ini mengkaji tentang definisi iman dan ilmu dalam beberapa aspek pandangan para penafsir. Setelah mengetahui definisi iman dan ilmu dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), kemudian menganalisis bentuk-bentuk iman dan ilmu. Bentuk iman meliputi 6 rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir Allah. Sedangkan ilmu dibedakan menjadi 3 macam, yaitu ilmu kealaman, ilmu sosial, dan ilmu humaniora. Selanjutnya lanjut menganalisis keterikatan atau integrasi antara iman dan ilmu dan bagaimana langkah langkah mewujudkan integrasi iman dan ilmu dalam kehidupan.

PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap orang memiliki fitrah berupa kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Fitrah mereka yaitu fitrah beragama dan paham akan tauhid yang dijadikan oleh Allah swt. pada awal mula manusia diciptakan. Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan keimanan seseorang merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan saling melengkapi. Iman berarti percaya, pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati. Sedangkan menurut Cornelius Benjamin, ilmu merupakan cabang pendidikan fikrah yang merupakan kajian terstruktur mengenai berbagai pengetahuan, terutama tentang tata cara atau metode, persepsi, pendapat serta berbagai informasi umum mengenai cabang-cabang pengetahuan intelektual. Ilmu juga bisa disebut sebagai pencarian abadi untuk pemahaman yang cerdas dan terintegrasi dari dunia tempat kita hidup.

Dalam pengembangan keimanan agama dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya tidak saling bertabrakan satu sama lain. Pengembangan keimanan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan pengembangan pengetahuan dan teknologi seharusnya juga tidak mengganggu pengembangan keimanan dan kehidupan beragama.

Keterikatan antara iman dan ilmu seharusnya tidak ada perselisihan, bersifat integral, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Salah satu hal yang membuat agama Islam berbeda dengan agama yang lainnya yaitu penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-Qur'an dan hadis yang merupakan sumber aturan agama Islam banyak menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Qur'an, kata "al-ilm" dalam kata jadinya, digunakan lebih dari 780 kali. (Ghuslyani, 1988). Juga diwajibkan untuk setiap umat Islam menuntut ilmu, baik ilmu tentang keagamaan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana dalam hadis yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw., "menuntut ilmu itu wajib atas setiap umat muslim" (H.R. Ibnu Majah).

LANDASAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Nurcholish Madjid dalam Islam Doktrin dan Peradaban menulis bahwa sikap orang-orang muslim begitu positif terhadap berbagai budaya bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, peradaban Islam menjadi maju dan mampu menyatukan khazanah bersama secara internasional dan kosmopolit. Sebelum peradaban Islam, ilmu pengetahuan memang sudah ada, hanya saja ia bersifat nasionalistikdan parokialistik, dengan ketertutupan masing-masing dari pengaruh luar karena merasa paling benar. Nurcholish Madjid juga berpendapat bahwa umat Islam klasik menjadi pemimpin intelektual dunia sekurang-kurangnya selama 4 abad, masa keemasannyapada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun, putranya, yang secara berurutan memerintah dari tahun 783 hingga 933. Di saat itu, barat (Eropa Kristen) masih dalam kegelapan mutlak, bahkan pada tahun 1000 masih sedemikian terbelakangnya dan mesti bersandar secara total terhadap ilmu pengetahuan dunia Islam.5 Singkatnya, Umat Islam pada masa klasik benar-benar menjadi ummatan wasathan, umat penengah, dan umat yang maju, baik dari segi kebudayaanmaupun peradabannya.

Quraish Shihab dalam Wawasan Alquranmenyatakan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya di menjadi alat untuk mengingatkan manusia kepada Allah, serta mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam raya ini.Jika alat atau mesin dijadikan sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Lalu manusia menciptakan pisau sebagai alat pemotong, alatini menjadi perpanjangan tangannya. Alat tersebut disesuaikan terhadap kebutuhan dan organ manusia. Alat itu sepenuhnya tunduk kepada pemakainya, melebihi tunduknya budak kepada tuannya. Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling, dan sebagainya, semuanya berkembang, khususnya ketika mesin tidak lagi menggunakan sumber energi manusia atau binatang, melainkan air, uap, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara, misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi menjadi perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ baru manusia. 

Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya untuk terbang? Namun dengan pesawat, ia seperti memiliki sayap. Maka alat atau mesin tidak lagi menjadi budak, tetapi menjadi kawan manusia.6 dari hari ke hari tercipta mesin-mesin yang semakin canggih. Masin-mesin tersebut -melalui daya akal manusia - digabung-gabungkan dengan yang lainnya, yang membuat semakin kompleks, serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang saja. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti dilakukan banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadi semacam "tandingan" manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia.Dewasa ini telah lahit teknologi- khususnya dalam bidang rekayasa genetika-yangmenumbulkan kekhawatiran menjadikan alat sebagai majikan, karena mampu menciptakan bakal-bakal "majikan" yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, jelasini bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu.

Berdasarkan petunjuk Alquran, umat Islamdapat menerima hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabakan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik yang mengenai unsur "debu tanah" manusia maupun unsur "ruh Ilahi" manusia. Seandainya penggunaan dari teknologi melalaikan manusia dari dzikir dan tafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka pada saat itu, bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia dalam menggunakan teknologi tersebut. Jika hasil teknologi dari semula dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaannya, sejak awal tentu kehadirannya pasti ditolak oleh Islam, karena tidak sesuai fitrah mansuia yang mempunyai ruh dan aqal. Maka tentunya perlu mengarahkan teknologi berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata lain bagaimana memadukan pikir dan dzikir, ilmu dan iman?7Rafael Raga Manan dalam Agama Iptek dan Masa Depan Kita menyatakan bahwamenguasai dan mengembangkan iptek modern yang canggih merupakan suatu tuntutan mendesak, yakni demi terwujudnya kemajuan dan kemakmuran. Namun kita harus tetap hati-hati dan bersikap waspada.

Dalam perkembangan iptek modern yang canggih dapat menjadi suatu kekuatan otonom yang mampu menyingkirkan agama dari kehidupan masyarakat, seperti yang telah terjadi di dunia barat. Suatu masyarakat yang kehilangan agamanya, cepat atau lambat, akan menjadi masyarakat yang kehilangan jati dirinya.Menurutnya, agama dan iptek memiliki hubungan yang komplementer. Agama memberi landasan moral bagi pengembangan iptek. Sementara iptek dapat memperjelas peranan agama yang hakiki. Oleh karena itu, agama dan iptek hendaknya saling terbuka. Hubungan yang demikian hendaknya dipertahankan jika kita ingin mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 karenaagama dan iptek pada hakekatnya adalah ancilla vitae, abdi kehidupan.

Kerangka Teori

Ada beberapa kemungkinan integrasi antara iman keagamaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu :

Berseberangan atau bertentangan

Pola hubungan pertama merupakan pola hubungan negatif, yang saling menolak satu sama lain. Apa yang dianggap benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dianggapbenar oleh Agama. Pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan seseorang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman terhadap agama akan menjauhkan dari keyakinan terhadapkebenaran ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dicontohkan pada zaman Galileio-Galilei. Ketika berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa matahari yang mengitari bumi, lalu Galileo dipersalahkan dan ia mendapatkan hukuman karena dianggap menyesatkan masyarakat.

2) Bertentangan tetapi dapat beriringan secara damai

Pola hubungan ke dua merupakan perkembangan dari pola hubungan pertama. ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama tidak dapat disangkal, tetapi keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan asumsi bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Pola hubungan seperti ini biasanya terjadi di masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat. 

Satu sama lain tidak bertentangan

Pola ke tiga merupakan pola hubungan netral. Kebenaran ajaran agama tidak bertentangan atas kebenaran ilmu pengetahuan namun tidak saling mempengaruhi. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Hal dapat terjadi di masyarakat sekuler, karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat. Maka, ketika agama bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh jika dikaitkan. Boleh jadi secara individu dampak itu ada, tetapi secara komunal pola hubungan ini cenderung tidak menimbulkan dampak apa-apa.

Satu sama lain saling mendukung, agama sebagai dasar pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini terjadi dalam tiga wujud ajaran agama mendukung pengembangan iptek tetapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tetapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya

Dengan menggunakan empat kemungkinan tentang pola hubungan antara iman keagamaan dan ilmu pengetahuan sebagai kerangka teori, penelitian ini hendak mencari jawaban mengenai relasi keduanya dalam perspektif Alquran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Oleh karena itu, jenis data yang digunakan adalah data-data kepustakaan, bukan data-data lapangan. Untuk mengkaji integrasi antara iman dan ilmu dibutuhkan beberapa sumber yang relevan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri, menelaah dan mengkritisi buku-buku atau tulisan lain yang mendukung pendalaman dan ketajaman analisis. Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya penulis membaca, mempelajari, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan yang akan mendukung pokok bahasan, kemudian disimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Iman dan Ilmu

Iman berasal dari kata amana yu'minu imanan, yang artinya percaya. Secara istilah, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad saw., iman adalah percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan Takdir-Nya. Iman itu sesungguhnya menciptakan nilai-nilai yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (rabbaniyyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup itu berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un "Sesungguhya kita berasal dari Tuhan dan kita akan kembali kepada-Nya". 

Perkataan iman sering diartikan sebagai percaya. Pemberian arti demikian itu tidak salah, namun belum mencakup secara keseluruhan maknanya. Untuk memperoleh gambaran maknanya secara lengkap, perlu kita ingat bahwa perkataan iman berasal dari bahasa Arab 'aman' (kesejahteraan dan kesentausaan) dan 'amanat' (bias dipercaya atau diandalkan). Oleh karena itu, kata "iman" selalu menunjukkan rasa "aman" dan membuat orang mempunyai "amanat", tentunya lebih daripada hanya "percaya", dalam arti sekedar percaya akan adanya Tuhan.

Iman adalah sikap seseorang yang sifatnya lebih mendalam dan tempatnya di hati. Seperti terdapat dalam Surah Al-Hujurat ayat 14, yang artinya :

"Orang-orang Arab itu berkata : Kami beriman. Katakan : Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk (berislam). Keimanan itu belum masuk kedalam hatimu. Dan kalau kamu mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak akan dikurangi nilai pekerjaan kamu sedikitpun. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang." (Q.S. Al Hujurat (49) : 14)

Sedangkan kata "ilmu" dengan berbagai bentuknya disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 854 kali. Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan, yaitu pegetahuan yang jelas mengenai sesuatu. Dalam pandangan Al-Qur'an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia lebih unggul daripada makhluk-makhluk yang lain untuk menjalankan fungsi kekhalifahannya. Hal ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan oleh Al-Qur'an dalam surah Al-Baqarah (2) : 31-32, yang artinya :

"Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda) semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar." Mereka (para malaikat) menjawab, "Maha Suci Engkau, tiada pengetahuan kecuali yang telah Engkau ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Allah juga berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Mujadalah (58) : 11, yang artinya :

" Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu : "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan : "Berdirilah kamu", maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Menurut Ibnu Abi Hatim dari Muqatil bahwa ayat ini diturunkan pada hari Jum'at, dimana orang-orang yang termasuk ahli Badr telah datang, sementara tempatnya sempit dan belum diperluas untuk mereka. Oleh karena itu, mereka berdiri karena tidak ada tempat untuk duduk. Melihat hal itu, Nabi Muhammad saw. menyuruh seseorang untuk berdiri agar tempatnya bisa diduduki oleh yang lain, tetapi orang itu merasa tidak suka. Ma diturunkanlah ayat tersebut.

Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk menuntut ilmu, karena manusia menurut Al-Qur'an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya. Betapa tingginya kedudukan orang-orang yang berilmu dan berpengetahuan telah disebutkan berkali-kali di dalam ayat Al-Qur'an.

Bentuk-Bentuk Iman dan Ilmu

Iman

1. Iman kepada Allah

Imam Nawawi menjelaskan bahwa beriman kepada Allah 'azza wa jalla mencakup 4 hal, yaitu :

-Beriman dengan wujud Allah ta'ala

-Beriman kepada rububiyyah Allah

-Beriman kepada uluhiyyah Allah

-Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah

2. Iman kepada Malaikat Allah

Hadis kedua pada kitab matan arba'in yang mengkisahkan kedatangan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. dengan menjelma sebagai seorang laki-laki yang tidak dikenal, bertujuan untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat.

3. Iman kepada Kitab Allah

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menurunkan kitab kepada Nabi berisi wahyu untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.

4. Iman kepada Rasul Allah

Melaksanakan syariat Islam hanya dengan mengikuti petunjuk Nabi saw. dan senantiasa berpegang teguh pada sunnahnya.

5. Iman kepada Hari Akhir

Meyakini bahwa hari akhir atau hari kiamat pasti akan dating suatu hari nanti.

6. Iman kepada Qadha dan Qadar Allah

Meayakini dan meremima Qadha dan Qadar dari Allah dengan ikhlas dan bersyukur.

Qadha yaitu ketetapan Allah swt. sejak zaman dahulu sebelum diciptakan alam semesta.

Qadar yaitu perwujudan dari Qadha atau ketetapan Allah swt. dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya.

ILMU

Ilmu pengetahuan yang di integrasikan dengan agama Islam meliputi ilmu kealaman, ilmu sosial, dan ilmu humaniora.

1. Ilmu Kealaman

Dalam Al-Qur'an terdapat lebih dari 750 ayat yang menunjuk kepada fenomena alam dan manusia diperintahkan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penciptaan alam dan merenungi isinya.

2. Ilmu Sosial

Ilmu alam dan ilmu sosial berasal dari satu induk, yaitu Filsafat. Para pemikir pembaharuan Islam di Indonesia menjelaskan pentingnya pembaruan Islam dengan kerangka dasar teori ilmu-ilmu sosial, seperti rasionalisasi, modernisasi, sekularisasi, teori perubahan sosial, dan teori ketergantungan.

3. Ilmu Humaniora

Igak Wardani menjelaskan bahwa tujuan ilmu humaniora adalah membebaskan pikiran untuk mandiri dalam menemukan, memilih dan memanfaatkan informasi, membuat manusia lebih manusiawi dalam arti lebih berbudaya.

Integrasi Agama dan Ilmu

Integrasi merupakan penyatuan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh atau dapat diartikan dengan proses memadukan nilai-nilai tertentu terhadap sebuah konsep lain yang berbeda agar menjadi kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Bahwasanya ketika membahas tentang integrasi berarti berupaya untuk memadukan antara ilmu pengetahuan dengan Islam untuk menciptakan format baru hubungan sains (ilmu pengetahuan) dan agama dalam upaya membangun kembali sains Islam yang selama ini dipandang tidak ada. Agama dan sains berbeda dalam metodologi ketika keduanya mencoba untuk menjelaskan kebenaran. Metode agama umumnya bersifat subyektif tergantung pada intuisi atau pengalaman pribadi dan otoritas nabi atau kitab suci Al-Qur'an. Sedangkan sains bersifat obyektif, lebih mengandalkan observasi dan interpretasi terhadap fenomena yang teramati dan dapat diverifikasi.

Islam adalah agama yang memerintahkan umatnya untuk menjadikan ajaran agama Islam dengan sumber utamanya sebagai rahmatan lil'alamin. Bagi komunitas Muslim, Islam adalah sebuah sistem agama, peradaban secara menyeluruh dan kebudayaan, ia merupakan sistem holistik yang menyentuh pada setiap aspek kehidupan manusia. Etika dan nilai-nilainya menyerap setiap aktivitas manusia, termasuk didalamnya ilmu pengetahuan.

Istilah islamisasi untuk pertama kali sangat popular ketika konferensi Dunia yang pertama kali tentang Pendidikan Islam yang dilangsungkan di Makkah pada April 1977. Islamisasi adalah konsep pembebasan manusia dari tradisi-tradisi yang berwujud magnis sekuler, yang membelenggu anggapan dan perilakunya.

Pengintegrasian pengetahuan tersebut dilakukan dengan cara memasukkan pengetahuan baru dengan warisan Islam dengan melakukan eliminasi, perubahan, reintrepetasi, dan penyesuaian terhadap komponen-komponennya sebagai pandangan Dunia Islam, serta menentukan nilai-nilainya.

Dengan demikian, usaha integrasi ini, bagi umat Islam tidak perlu berbuat dari kerangka pengetahuan modern, dan mampu memanfaatkan khazanah Islam klasik dengan tidak harus mempertahankannya secara mutlak karena terdapat beberapa kecenderungan yang kurang relevan dengan perkembangan modern. Usaha ini dilangsungkan guna merumuskan kajian yang termasuk alamsemesta, bersama aplikasi teknologinya yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

Integrasi Iman dan Ilmu

Dalam perspektif Al-Qur'an, ilmu pengetahuan itu mendukung keimanan kita kepada Allah swt. Dengan bukti-bukti berikut ini :

Ayat Al-Qur'an yang menjelaskan mengenai alam semesta dan fenomenanya, terlihat jelas bahwa pembicarannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Misalnya dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya' (21):30, yang artinya : "Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Allah memisahkan keduanya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?" Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan harus selalu mengingatkan manusia akan kehadiran dan kemahakuasaan Allah swt., selain itu memberikan manfaat secara luas, sesuai dengan prinsip bismi rabbik.

Al-Qur'an sejak awal memperkenalkan istilah sakhkhara yang makna ini bermuara terhadap kemampuan meraih secara mudah dengan kemampuan teknik ataupun keahlian. Sakhkhara berarti menundukkan atau merendahkan dan memiliki tujuan agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada dibawah manusia. Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa penundukan Allah terhadap alam raya bersama potensi yang dimiliki manusia bila digunakan secara maksimal, akan menghasilkan teknologi.

Dari kedua bukti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah swt., juga perlu mengingatkan bahwa manusia merupakan khalifah yang mengatur alam raya ini.

Sebagaimana dijelaskan bahwasanya dalam Al-Qur'an Surah Al-Mujadalah (58) : 11 terdapat beberapa nilai yang terkandung didalamnya, yaitu :

Perintah bersikap baik (toleransi) terhadap sesama

"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu." Artinya yaitu aka nada balasan setimpal dari Allah swt. Sebagaimana dalam hadis sahih dikatakan : "Barang siapa yang membangun sebuah masjid untuk Allah, maka Allah akan membangun sebuah rumah untuknya didalam syurga.

Misalnya dalam suatu majlis, ayat tersebut merupakan perintah tuntunan akhlak, yaitu menyangkut perbuatan dalam suatu majlis, bagaimana membangun hubungan yang harmonis dalam suatu majlis.

Pentingnya memiliki iman yang tinggi, Allah swt. akan mengangkat derajat orang yang beriman.

Wajib memiliki ilmu pengetahuan.

Langkah-Langkah Mewujudkan Integrasi Iman dan Ilmu dalam Kehidupan

Fazlur Rahman menawarkan salah satu pendekatan yaitu dengan menerima pendidikan yang sekuler modern sebagaimana yang telah berkembang secara umum di dunia barat dengan mencoba meng-Islamkannya. Pendekatan yang ditawarkannya ini mempunyai dua tujuan, yaitu upaya membentuk sikap dan watak pelajar dan mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat. Untuk menamai bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam pada perangkat-perangkat yang lebih menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka.

Sedangkan Ismail Razi Al-Faruqi juga menyatakan pandangan yang sama yaitu "sistem pendidikan Islam harus dipadukan dengan sistem pendidikan sekuler, perpaduan kedua sistem pendidikan tersebut diharapkan akan lebih banyak dilakukan daripada sekedar memakai cara-cara sistem Islam dan cara-cara otonomi sistem sekuler."

Dari pandangan kedua tokoh tersebut pada dasarnya meliputi tiga pendekatan pembaharuan pendidikan Islam, yaitu :

Meng-Islamkan pendidikan sekuler modern, yang memiliki arti menerima pendidikan sekuler modern.

Menyederhanakan silabus-silabus tradisional, yaitu mereformasi silabus-silabus pendidikan tradisional yang didominasi dengan materi tambahan yang tidak perlu.

Menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan yang baru.

KESIMPULAN

Dari berbagai ayat Al-Qur'an dan penjelasan dari para penafsir Al-Qur'an dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia adalah sarana untuk menemukan kebenaran Al-Qur'an dan kebenaran Tuhan itu sendiri. Ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-Qur'an diberikan kepada manusia sebagai bekal menjadi khalifah dimuka bumi ini.Oleh karena itu, ilmu pengetahuan manusia tidak dapat dipisahkan dari keilmuannya. Dengan ilmu pengetahuan dan iman yang dimilikinya, Allah swt. akan mengangkat derajat manusia tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Dengan demikian, segala hal yang terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diupayakan dalam rangka memperkuat keimanan kita kepada Allah swt. dan semakin mendekatkan diri kepada Allah swt.

Pertentangan yang terjadi antara ilmu pengetahuan dan teknologi bukan disebabkan oleh ajaran Al-Qur'an, tetapi karena manusia memiliki beberapa kelemahan, yaitu memiliki hawa nafsu yang mendorong manusia selalu mengalami konflik kepentingan dengan sesamanya dan sempit dalam berpikir yaitu lebih mementingkan kepentingan jangka pendek dari pada kepentingan jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Mustopo, A. 2017. Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Afkar, 5(2) : 81-102.

Taufik. 2019. Integrasi Nilai Pendidikan Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Tafsir Al-Misbah (Kajian Surat Al-Mujadilah 58 : 11). Jurnal Pendidikan Islam, 1(2) : 317-331.

Masrur, A. 2016. Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-Qur'an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhui). Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir, 1(1) : 35-52.

Syuhadah, A. 2020. Analisis Konsep Integrasi Ilmu dalam Islam. Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, 21(1) : 38-39.

Manyak, N. 2013. Posisi Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Ilmu, Iman, dan Amal Shaleh. Jurnal Mudarrisuna, 3(2) : 358-369.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun