Berdasarkan petunjuk Alquran, umat Islamdapat menerima hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabakan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik yang mengenai unsur "debu tanah" manusia maupun unsur "ruh Ilahi" manusia. Seandainya penggunaan dari teknologi melalaikan manusia dari dzikir dan tafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka pada saat itu, bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia dalam menggunakan teknologi tersebut. Jika hasil teknologi dari semula dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaannya, sejak awal tentu kehadirannya pasti ditolak oleh Islam, karena tidak sesuai fitrah mansuia yang mempunyai ruh dan aqal. Maka tentunya perlu mengarahkan teknologi berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata lain bagaimana memadukan pikir dan dzikir, ilmu dan iman?7Rafael Raga Manan dalam Agama Iptek dan Masa Depan Kita menyatakan bahwamenguasai dan mengembangkan iptek modern yang canggih merupakan suatu tuntutan mendesak, yakni demi terwujudnya kemajuan dan kemakmuran. Namun kita harus tetap hati-hati dan bersikap waspada.
Dalam perkembangan iptek modern yang canggih dapat menjadi suatu kekuatan otonom yang mampu menyingkirkan agama dari kehidupan masyarakat, seperti yang telah terjadi di dunia barat. Suatu masyarakat yang kehilangan agamanya, cepat atau lambat, akan menjadi masyarakat yang kehilangan jati dirinya.Menurutnya, agama dan iptek memiliki hubungan yang komplementer. Agama memberi landasan moral bagi pengembangan iptek. Sementara iptek dapat memperjelas peranan agama yang hakiki. Oleh karena itu, agama dan iptek hendaknya saling terbuka. Hubungan yang demikian hendaknya dipertahankan jika kita ingin mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 karenaagama dan iptek pada hakekatnya adalah ancilla vitae, abdi kehidupan.
Kerangka Teori
Ada beberapa kemungkinan integrasi antara iman keagamaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu :
Berseberangan atau bertentangan
Pola hubungan pertama merupakan pola hubungan negatif, yang saling menolak satu sama lain. Apa yang dianggap benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dianggapbenar oleh Agama. Pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan seseorang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman terhadap agama akan menjauhkan dari keyakinan terhadapkebenaran ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dicontohkan pada zaman Galileio-Galilei. Ketika berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa matahari yang mengitari bumi, lalu Galileo dipersalahkan dan ia mendapatkan hukuman karena dianggap menyesatkan masyarakat.
2) Bertentangan tetapi dapat beriringan secara damai
Pola hubungan ke dua merupakan perkembangan dari pola hubungan pertama. ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama tidak dapat disangkal, tetapi keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan asumsi bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Pola hubungan seperti ini biasanya terjadi di masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.Â
Satu sama lain tidak bertentangan
Pola ke tiga merupakan pola hubungan netral. Kebenaran ajaran agama tidak bertentangan atas kebenaran ilmu pengetahuan namun tidak saling mempengaruhi. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Hal dapat terjadi di masyarakat sekuler, karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat. Maka, ketika agama bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh jika dikaitkan. Boleh jadi secara individu dampak itu ada, tetapi secara komunal pola hubungan ini cenderung tidak menimbulkan dampak apa-apa.
Satu sama lain saling mendukung, agama sebagai dasar pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama.