Mohon tunggu...
Ervita Widyastuti
Ervita Widyastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Vita

Just ordinary woman but friendly and sweet :) http://ervitanw.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyepi Sejenak di Baduy Dalam

3 April 2016   18:20 Diperbarui: 4 April 2016   07:40 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya hanya Dinda yang menjadi wakil dari penghuni rumah pak Safri malam itu. Memang sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi, karena seluruh alat komunikasi dilarang dipergunakan di sini. Kami semua tidur dengan beralaskan sleeping bag di ruang tamu, sedangkan keluarga Pak Sapri semua tidur di dalam kamar yang hanya satu-satunya. Dapur terletak di bagian belakang. Rumah penduduk baduy dalam semuanya sama, tidak memiliki jendela dan hanya mempunyai satu pintu. Bentuk rumahnya adalah rumah panggung dengan atap terbuat dari daun kelapa.

Sekitar jam 2 malam saya terbangun karena punggung saya terasa sakit karena tidak terbiasa tidur beralaskan sleeping bag. Semua teman-teman sepertinya tertidur pulas, di tengah keheningan malam saya mendengar suara binatang-binatang malam dan akhirnya lama-kelamaan saya kembali tertidur.

Hari Ke 2
Pagi-pagi sekali saya sudah bangun dan menunggu teman yang lain untuk bersama-sama menuju ke sungai untuk cuci muka dan buang air kecil. Setelah selesai bersih-bersih, termasuk pipis di sungai, kami sarapan dan ngopi sambil packing dan ngobrol dengan tuan rumah, Pak Sapri dan keluarga. 

Sempat jalan-jalan lagi keliling kampung dan melihat kegiatan wanita baduy menumbuk padi, melihat angklung yang dipakai untuk kegiatan kesenian di kampung dan melihat rumah Puun dari batas yang diperbolehkan. Tadi malam ketika acara temu wicara dengan Jaro menurut cerita yang datang tadi malam, banyak pertanyaan yang diajukan tapi sepertinya lebih banyak djawab dengan sudah ketentuan adat dan masih belum ada jawaban yang lebih mendetail dari pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Setelah acara beres-beres selesai, sekitar jam 9 pagi kami berpamitan dan memulai perjalanan pulang kembali ke Ciboleger.

Dalam perjalanan pulang kami mampir di desa Cikertawarna dan dengan menerobos hutan melanjutkan perjalanan pulang. Tetap naik turun bukit walaupun tanjakannya tidak se-ekstrem keberangkatan.

Perjalanan pulang ini melewati kampung Gajeboh, rute yang umum dilalui oleh para pengunjung yang ingin ke Baduy. Buat yang udah kecapean jalan kaki, di sini ada penjual es cincau. Seperti oase karena setelah lama berjalan naik turun bukit di tengah cuaca panas tiba-tiba bertemu dengan penjual es cincau. Penjual ini mangkal di tengah tanjakan di tempat yang agak datar, jadi habis minum es cincau kami melalui tanjakan lagi. Lumayan deh, es cincau jadi penyemangat.

Setelah minum doping es cincau perjalanan masih sekitar 1 jam lagi dan akhirnya, hore sampai juga di batas desa Baduy Luar dengan Ciboleger dan kali ini saya termasuk kloter pertama yang sampai di Ciboleger hanya untuk satu tujuan, mandi duluan tanpa harus antri kamar mandi. Hehe.. Pokoknya lega banget akhirnya bisa sampai kembali dengan selamat. The great adventure I'd ever have.

Selesai mandi, satu persatu peserta lain berdatangan, selama menunggu saya istirahat, membeli bekal untuk diperjalanan dan setelah peserta lengkap, foto bersama di depan patung Selamat Datang di Ciboleger dan akhirnya kembali ke Jakarta.

[caption caption="Anak-anak suku Baduy yang menemani di perjalanan "]

[/caption]

[caption caption="Salah satu wanita Baduy Luar sedang menenun kain "]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun