Mohon tunggu...
Ervita Widyastuti
Ervita Widyastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Vita

Just ordinary woman but friendly and sweet :) http://ervitanw.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyepi Sejenak di Baduy Dalam

3 April 2016   18:20 Diperbarui: 4 April 2016   07:40 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oiya, di sini sabun dan odol dilarang dipergunakan. Masyarakat baduy dalam memang masih alami sekali sehingga beberapa hal-hal yang bersentuhan dengan modernisasi tidak diperbolehkan. Bahkan mereka pun tidak diperbolehkan sekolah. Menurut salah satu penduduk Baduy Dalam, pada akhirnya mereka belajar membaca dan menulis secara mandiri. 

Persinggungan dengan teknologi modern hanya dapat dilakukan sewaktu mereka meninggalkan desa untuk suatu keperluan dan ketika kembali ke desa mereka tetap mengikuti adat.
Seperti info yang saya baca group wong banten di yahoo, suku Baduy Dalam adalah suku yang masih sangat teguh memegang adat nenek moyang mereka, masyarakat Baduy menjaga keseimbangan hidup berdasarkan adat dan kepercayaan, berupa berbagai pantangan atau tabu. Perilaku perseorangan dan kelompok dibatasi oleh adat. 

Melalui adat itulah, sistem pengendalian sosial dikembangkan melalui perantaraan Puun. Puun, sebagai pemimpin dan pengendali sosial dalam kehidupan masyarakat Baduy, memiliki otoritas yang hanya dibatasi oleh adat. Dengan mengacu pada aturan-aturan adat, Lembaga Adat Baduy memberikan respons atas persoalan- persoalan hidup mereka, termasuk penolakan terhadap berbagai tawaran pembangunan. Setiap tahun mereka juga ditawari berbagai program pembangunan di Baduy, seperti sekolah, balai pengobatan, listrik masuk desa, hingga penyediaan mesin tenun. Namun, Lembaga Adat Baduy tetap menolak berbagai tawaran program pembangunan itu. 

Adat masyarakat Baduy, terutama Baduy Dalam, mempunyai hukum-hukum adat yang bersifat mengikat. Segala hal yang dilarang adat, walau tidak secara tertulis, tidak dapat ditentang. Pelanggaran terhadap aturan-aturan adat itu dipercaya akan membawa bencana. 

Untuk pertanian, masyarakat Baduy telah mempunyai sistem dan cara pertanian sendiri. dengan sistem pertanian yang menghasilkan panen satu kali dalam setahun, mereka percaya mampu memanen gabah yang baik dan tahan disimpan di lumbung hingga puluhan tahun. 

Menurut masyarakat Baduy, kalau pertanian dipaksakan menggunakan pupuk supaya bisa panen dua kali setahun, kualitas padinya malah jadi menurun. Masyarakat Baduy, khususnya Baduy Dalam, menggantungkan hidupnya pada pertanian tradisional. Mereka menanam padi dan palawija di ladang tadah hujan (huma). Sesuai adat, pengolahan pertaniannya tidak boleh menggunakan alat-alat berat, seperti cangkul dan bajak. Mereka juga tidak diperbolehkan membelokkan air untuk pengairan huma. 

Padi yang dipanen selama satu tahun sekali ini disimpan dalam leuit (lumbung padi). Padi yang disimpan dalam lumbung khas Baduy bisa bertahan hingga puluhan tahun. Padi tersebut, sesuai adat, tidak boleh dijual.
Selain menjadi petani, masyarakat Baduy juga menjual hasil tanaman lain, seperti pisang, mentimun, durian, kacang panjang, kacang tanah, kunir, jahe, kencur dan lain-lain.

Sesorean di baduy dalam kami isi dengan acara keliling kampung Cibeo, walaupun letaknya di pelosok tetap ada yang jual minuman kaleng dan berbagai jajanan. Dibawa oleh bapak penduduk Baduy Luar dan di jual disana khusus weekend kalau ada tamu yang datang. Setelah keliling, kami menghabiskan waktu dengan bercakap-cakap di teras rumah dan membeli souvenir khas baduy yang ditawarkan. Saya membeli syal, gantungan kunci, kaos dan madu. Ih banyak banget ni belanjaannya.. untung besok madunya dibawain sama anaknya Pak Sapri yang bernama Aldi, jadi nggak berat.

Dari ngobrol-ngobrol dengan penduduk baduy dalam, pantangan yang paling utama dan paling umum diketahui oleh banyak orang adalah tidak boleh naik kendaraan umum. Tetapi bukan berarti mereka tidak bisa bergaul dan mengenal dunia luar. Mereka tetap bisa datang ke Jakarta dan ke tempat lain asal dilakukan dengan berjalan kaki. Mereka mempunyai saat bebas ketika pekerjaan di kampung sedang tidak ada dan diisi dengan bertandang ke Jakarta, menemui teman-teman yang sudah datang ke kampung mereka. 

Lama perjalanan ke Jakarta dengan berjalan kaki adalah 2 hari dengan mengikuti rel kereta api sebagai penunjuk jalan. Mungkin kereta api rute Rangkasbitung - Jakarta. Bahkan kami sudah janjian dengan Safri alias Baim dan Juli, orang Baduy yang paling gaul dan paling banyak ngobrol dengan kami untuk bertemu dengan mereka kalau ke Jakarta karena Baim ada undangan kawinan di Bidakara. Hebat sekali yaa... Tapi tetap yang kita harapkan mudah-mudahan walaupun sudah kenal dengan kehidupan kota besar mereka tetap bisa menjaga adat istiadat.

Makan malam yang sudah disiapkan tuan rumah kami sambut dengan gembira, menunya adalah indomie, nasi putih, ikan asin, sambal dengan minuman teh manis panas memakai gelas dari bambu. Terasa berkali lipat lebih lezat karena dimakan dalam keadaan lapar serta badan capek luar biasa setelah perjalanan jauh naik turun bukit. Kenyang, udara dingin, tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan selain ngobrol dan keadaan rumah yang remang-remang hanya disinari cahaya dari lampu minyak, membuat kami mengantuk dan langsung pulas. Bahkan saya sudah tidak bisa bangun lagi ketika diberitahu bahwa ada acara perkenalan dengan Jaro sebagai wakil dari Puun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun