Mohon tunggu...
Ervita Widyastuti
Ervita Widyastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Vita

Just ordinary woman but friendly and sweet :) http://ervitanw.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyepi Sejenak di Baduy Dalam

3 April 2016   18:20 Diperbarui: 4 April 2016   07:40 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berdoa bersama untuk keselamatan mulailah kami berjalan bersama-sama, menelusuri kampung Ciboleger lanjut ke kampung Baduy Luar yang rumah-rumahnya sudah lebih modern. Di sini beberapa wanita sibuk menenun kain untuk dijual serta pada beberapa rumah menjual souvenir khas baduy. Untuk suku Baduy Luar memang sudah lebih modern, penduduknya bisa memakai alas kaki dan sebagian besar rumah sudah menggunakan listrik.

Hiks.. perjalanan memang berat, baru sekitar 15 menit perjalanan dan baru melewati satu tanjakan saja rasanya udah capek banget. Bagi yang tidak ingin membawa beban di perjalanan sehingga bisa berjalan dengan lebih leluasa, dapat menggunakan porter orang Baduy Dalam yang siap membawakan barang dengan tarif 50 ribu pp. 

Saya memang tidak memakai porter karena bawaan tas saya memang hanya sedikit jadi tidak terlalu berat. Salah satu orang Baduy temannya Dhyan, namanya Kang Naldi, baik sekali, membuat tongkat dari batang pohon yang ditemukan di jalan agar digunakan sebagai tumpuan jika menanjak. Sangat membantu sehingga bisa lebih cepat berjalan.

Perjalanan juga terasa lebih berat karena selain matahari bersinar terik, kemarau panjang saat itu membuat pohon-pohon menjadi kering dan di beberapa bagian tanah retak –retak karena panas. Setelah sekitar 1 jam berjalan, akhirnya sampailah kita di Dandang Ageng yang merupakan nama lokasi dimana terdapat danau kecil yang airnya berwarna kehijauan. 

Di tempat itu kelompok kami beristirahat agak lama.
Perjalanan kembali dilanjutkan kali ini melewati beberapa leuit yang merupakan lumbung tempat meletakkan padi hasil panen penduduk Baduy Luar. Di sini kami kembali duduk beristirahat dan tampak di kejauhan bukit-bukit selanjutnya yang harus didaki. Aduh, mau nangis rasanya. Masih jauh banget tapi the show must go on. 

Kami makan siang di teras rumah penduduk di daerah perbatasan di mana kami masih bisa foto-foto di kampung Keduketer, karena setelah itu semua peralatan elektronik harus dimatikan.

Orang-orang Baduy Dalam yang membawakan barang-barang kami hanya melihat kami sambil sesekali tersenyum-senyum dan mengajak kami bercakap-cakap dengan polos. Mereka tidak putus memberi semangat kepada kami untuk segera meneruskan perjalanan dan tidak terlalu lama beristirahat. Karena semakin lama beristirahat untuk memulai berjalan lagi akan semakin malas. 

Untuk perjalanannya sendiri yang bagi kami ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam, dapat ditempuh oleh mereka hanya dalam 1 jam saja, selain karena mereka sudah terbiasa, mereka mempunyai jalan memotong sehingga lebih cepat. Bayangkan, sejak kecil mereka sudah dilatih berjalan jauh bahkan sejak bisa berjalan, sekitar usia 1 tahun, apabila diajak bepergian bersama dan menangis karena capek, orang tua mereka melatih dengan membiarkan mereka berjalan sendiri dan tidak serta merta langsung menggendongnya. 

Sejak kecil pula mereka diberi parang sebagai pegangan sehari-hari, dibiarkan berkeliaran di alam untuk bisa bertahan hidup. Alhasil banyak anak-anak kecil sekitar usia 6 tahun yang berjalan-jalan sendiri sambil membawa parang.

Akhirnya setelah berjam-jam naik turun bukit, diseling istirahat berkali-kali, ditambah jatuh dan kaki kram akhirnya sampai juga di lembah yang penuh dengan pepohonan rindang. Dari daerah yang rindang oleh pohon tersebut ternyata masih harus berjalan kaki sekitar 15 menit lagi baru akhirnya benar-benar sampai di kampung Cibeo. Malam ini kami akan bermalam di rumah penduduk dan tuan rumah kami adalah pak Sapri dan ibu yang ramah.

Semua kegiatan MCK dilakukan di sungai dibagian yang khusus diperuntukkan bagi wanita, bagian sungai untuk pria ada lokasinya sendiri. Saya kira ada semacam bilik sehingga bisa berMCK dengan leluasa tetapi ternyata tidak ada, jadi kalau malu ya mesti pakai kain sebagai penutup. Malam itu saya hanya lap badan saja pakai handuk, nggak kepikiran lagi deh untuk mandi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun