Mohon tunggu...
Ervina Naomi
Ervina Naomi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Sosiologi

Saya merupakan mahasiswi aktif Universitas Negeri Jakarta dengan Program Studi S-1 Pendidikan Sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Tokoh Sosiologi Klasik: Karl Marx dan Emile Durkheim

9 September 2022   23:46 Diperbarui: 9 September 2022   23:55 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu sosiologi yang dipelajari tak pernah luput dari ketiga tokoh sosiologi klasik yaitu Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim. Ketiga tokoh ini merupakan pondasi dasar atas pemikiran sosiologi. Karl Marx terkenal dengan perspektif konfliknya antara kaum bourjois dan kaum proletar. Max Weber yang dikenal dengan perspektif tindakan sosialnya. Tak lupa juga, Emile Durkheim yang terkenal dengan konsep fakta sosialnya. Pada kali ini kita akan mengulik kembali pemikiran-pemikiran  tokoh terkenal sosiologi yaitu Karl Marx dan Emile  Durkheim

KARL HEINRICH MARX

Sosiolog pertama yang akan dibahas kali ini ialah Karl Marx. Beliau lahir pada tanggal 5 Mei 1818 di Trier, Jerman. Pada umur 18 tahun Karl Marx belajar hukum di Bonn dan pindah ke Friedrich-Wilhelms-Universitt, Berlin. Pada saat di Berlin, Marx tertarik dengan ilmu filsafat dan mempelajari ilmu filsafat tersebut dengan George Wilhelm Friedrich Hegel. Hegel membangun dasar pemikiran filsafat idealisme, yaitu sebuah cara pandang pemikiran bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran, akal atau roh, dan bukan didasari atas materi. Namun, pemikiran hegel tersebut dikritisi oleh Marx. Marx menentang filsafat idealisme karena menurutnya yang bisa mengubah masyarakat itu bukan hanya ide-ide melainkan perlu juga berupa material. Dalam hal ini terjadi yang disebut sebagai dialektika.

Hal tersebut menjadi latar belakang pemikiran materialisme Marx. Penggabungan dialektika idealis milik Hegel dengan materialisme verbalis milik Ludwig Feuerbach sehingga terciptalah Materialisme Historis dan Dialektis.

Prinsip dasar materialisme historis ialah "bukan kesadaran manusia untuk menentukan keadaan sosial, melainkan sebaliknya keadaan sosial lah yang menentukan kesadaran manusia." Keadaan sosial menyangkut produksi masyarakat, pekerjaan masyarakat. Manusia ditentukan oleh produksi mereka : apa yang mereka produksi dan bagaimana cara mereka berproduksi.

Materialisme Dialektis ialah interpretasi atas segala fenomena alam yang terjadi berdasarkan landasan materi. Asumsi-asumsi dasar yang ada dalam material historis yaitu :

  1. Benda merupakan suatu kenyataan pokok, bahwa kenyataan itu benar-benar objektif, tidak semata berada dalam kesadaran manusia. 

  2. Pengetahuan realitas secara otomatis menjadi tidak dapat dipisahkan dengan kesadaran manusia. 

  3. Materialisme mengakui bahwa kenyataan berada di luar persepsi kita tentangnya, sehingga kenyataan objektif adalah penentu terakhir terhadap ide. 

  4. Meyakini kebudayaan akan mengalami kemajuan dan Marx  menyebutnya kemajuan kualitatif tersebut berupa masyarakat tanpa kelas (komunis).

Kemudian Marx mulai membagi lingkup kehidupan manusia dalam 2 bagian, yaitu basis struktur (Infrastruktur) yang mencakup ekonomi (segala hal yang berkaitan dengan proses produksi) dan konstruksi atas (Suprastruktur) yang mencakup segala hal yang berada diluar ekonomi, yaitu sosial, politik,budaya, filsafat, pendidikan, agama, dan kesenian. Hal ini disebut dengan Determinisme Ekonomi, yaitu sebuah pandangan Marx yang merasa ekonomi lebih penting dibandingkan segala aspek di luarnya karena aspek ekonomi lah yang menentukan hal-hal yang tercakup dalam suprastruktur.

Masih membahas pemikiran Karl Marx. Marx memahami manusia sebagai sebuah subjek sekaligus objek sehingga Marx membagi masyarakat menjadi dua kelas, yaitu Bourjois dan Proletar. Marx dalam bukunya Manifesto Partai Komunis menyebutkan bahwa "Masyarakat tanpa kelas, tidak ada kepemilikan pribadi tetapi yang ada adalah kepemilikan kolektif." (The Communist Society) baginya itu adalah the ideal type of society

Terbentuknya kelas-kelas seperti Bourjois dan Proletar melahirkan sebuah kapitalisme karena adanya ketimpangan alat produksi yang ada. Pada awalnya Marx menaruh harapan dengan lahirnya kapitalisme karena baginya kapitalisme lebih baik daripada perbudakan. Namun, seiring berjalannya waktu Marx, menemukan kejanggalan dalam proses kapitalisme seperti munculnya mempekerjakan buruh diluar jam kerja tanpa diberikan upah. Marx pada akhirnya menemukan kapitalisme lebih berbahaya daripada perbudakan.

Sehingga pada akhirnya buruh merasakan keterasingan atau disebut sebagai alienasi. Menurut Marx, alienasi bukan hanya berarti bahwa manusia tidak mengalami dirinya sebagai pelaku ketika ia menguasai dunianya, tetapi juga ia asing dalam dirinya sebagai manusia dan manusia lain.

Segala permasalahan yang ada tersebut Marx menyebutkan bahwa Sosialisme merupakan jalan keluar atas antagonisme antara manusia dan alam, dan antara sesama manusia. Sosialisme menjadi solusi atas konflik antara eksistensi dan esensi, antara objektivitas dan penegasan diri, antara kebebasan dan keterikatan, antara individu dan spesies.

DAVID EMILE DURKHEIM

Tokoh sosiolog selanjutnya yang akan dibahas ialah Emile Durkheim. Beliau merupakan tokoh yang memiliki peran penting dalam melembagakan sosiologi. Durkheim lahir pada tanggal 15 April 1858 di Epinal, Prancis. Durkheim merupakan tokoh sosiologi yang mengusulkan bahwa harus adanya pembatasan dalam ilmu sosiologi pada kajian analisis mengenai fakta sosial. Bagi Durkheim, sosiologi hakikatnya adalah ilmu dari fakta sosial. Hal ini Durkheim sangat membantah keras pemikiran Auguste Comte dan Herbert Spencer mengenai dunia ide adalah pokok pembahasan utama dari ilmu sosiologi.

Bagi seorang Durkheim, tugas sosiolog ialah mencari relasi antara fakta sosial dan menyingkapkan hukum yang berlaku di dalamnya. Apabila hukum dalam struktur sosial dan institusi sosial telah ditemukan, seorang sosiolog baru dapat menentukan masyarakat tersebut berada dalam keadaan 'sehat' atau justru 'patologis', kemudian sosiolog dapat memberikan solusi yang sesuai.

Fakta sosial memiliki pokok pembahasan yaitu struktur sosial dan institusi sosial. Memiliki sifat eksternal, koersif, menyebar dan terpisah di luar individu. Misalnya, norma dan nilai yang berlaku pada suatu lingkungan masyarakat yang memaksa individu untuk berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang ada.Durkheim membagi fakta sosial menjadi dua, yaitu fakta sosial material dan fakta sosial non material. 

Selanjutnya, Durkheim juga menganalisis pengaruh kompleksitas dan spesialisasi pembagian kerja dalam struktur sosial dan perubahan yang disebabkan adanya bentuk-bentuk pokok solidaritas sosial.Pembagian kerja yang terjadi nyatanya mampu mengubah tatanan struktur sosial dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik. Menurutnya, masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menjadi masyarakat modern. Hal ini dapat dilihat dari bentuk solidaritas sosialnya. Umumnya, masyarakat sederhana membentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik.

Mengulik pemikiran seorang sosiolog Emile Durkheim tak lengkap apabila tidak memasukkan pemikirannya terkait bunuh diri (suicide). Kasus bunuh diri merupakan fakta sosial yang berkaitan dengan nilai, norma, aturan, dan agama yang ada di lingkungan masyarakat. Bunuh diri dapat terjadi karena dua hal yaitu renggangnya solidaritas sosial dan atau terlalu eratnya solidaritas sosial.

Secara sosiologi, bunuh diri dapat dikaji lebih dalam berdasarkan tingkat integrasi dan regulasi sosial. Orang yang melakukan tindakan bunuh diri merupakan fakta sosial atau refleksi masyarakat dan merupakan reaksi antara orang lain dari norma atau nilai yang berlaku di masyarakat. 

Durkheim mengkategorikan bunuh diri menjadi empat tipe, yaitu :

  1. Bunuh diri egoistik, tingkat integrasinya rendah

  1. Bunuh diri anomie, tingkat regulasinya rendah

  2. Bunuh diri altruistik, tingkat integrasinya tinggi

  3. Bunuh diri fatalistik, tingkat regulasinya tinggi

Integrasi ini merujuk pada kuat atau tidaknya ikatan atau solidaritas sosial individu dengan masyarakat sekitarnya, sedangkan regulasi berkaitan dengan fakta sosial yang dirasakan oleh individu tersebut.

Itulah pemikiran-pemikiran dua tokoh sosiolog yang terkenal dan menjadi pondasi dasar atas ilmu sosiologi. Pemikiran yang masih sangat relevan hingga saat ini dan teori-teorinya yang masih terpakai hingga saat ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun