Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebun Jati Bapak

26 Desember 2022   07:16 Diperbarui: 26 Desember 2022   07:26 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Atas saran pak Ud, kami kemudian menuju kediaman bapak di bawah gerimis hujan yang mulai turun ketika senja juga tidak menampakkan merahnya.

Jalan juga mulai basah, dan percikan roda motor yang aku kendarai bisa dirasakan oleh dua ekor bebek yang tengah melintas. Kami kemudian tiba dan menjumpai bapak sedang melinting tembako di teras rumah.

Bapak tampak terkejut tatkala melihat kedatangan kami. Lintingan tembakau tiba-tiba ia hempaskan, dan berkata tegas.

"Kenapa kembali lagi. Tadi sudah saya katakan temui anak saya saja!"

Aku dan pak ud takkalah terkejut seraya mendekat bapak dan menenangkannya. Sekian menit kemudian setelah mendengar saya menyebutkan nama, juga pak Ud, baru bapak mau duduk kembali, dan memulai melinting tembakau yang akan dihisapnya.

Kami biarkan sejenak sembari menunggu lintingan tembakau yang sudah jadi. Usai itu ia hisap dalam-dalam seperti tidak lagi mempedulikan kehadiran kami di hadapannya.

Aku bertanya pada bapak sejak kapan ia sendiri di rumah setelah beberapa waktu lalu aku mengunjunginya. Sekaligus menanyakan istri bapak yang sudah dinikahi 10 tahun berjalan, dan sebagai ibu tiriku ini.

 "Ibu ada di mana sekarang?"

Namun bapak tidak mengingatnya lagi juga sudah berapa lama istrinya pergi. Yang ia ketahui dan ingat, istrinya pergi untuk menemui anaknya di kota lain.

Pak Ud hanya tertunduk diam mendengarkan penuturan bapak . Tampaknya ia merasa bersalah juga tidak memperhatikan bapak beberapa waktu ini.

Aku hanya menduga pak Ud merasa kesal dengan bapak hingga tak lagi singgah. Semua itu akibat kesalahpahaman soal pernah ia mengingatkan bapak mengenai kerugian hasil penjualan ikan, dan ayam. Di mana ketika itu bapak tidak mau mendengarkannya, malah justru mengabaikan dan membentaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun