Mereka juga tidak ada yang melakukan pekerjaan sebagaimana orang biasa lakukan. Anak mereka juga tidak ada yang duduk di bangku sekolah sebagaimana anak-anak biasa.Â
Pendek kata mereka sudah tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari, entah sampai kapan. Bahkan untuk memberi upah pada kedua pembantunya disesuaikan menurut di mana mereka menghuni.Â
Satu sama lain diberikan upah berbeda oleh majikannya. Namun keduanya merasa terpenuhi juga.
Mereka juga tidak memiliki kendaraan sebagai alat transportasi atau sekadar untuk rekreasi. Mereka hanya menggunakan alat transportasi umum bila hendak bepergian.
Tidak ada yang aneh dari kehidupan mereka dan semua berjalan seperti biasa. Tetangga di pemukiman itu juga mengetahui bahwa mereka satu keluarga besar yang menempati rumah ini bersama mendiang orang tuanya sejak sebelum tetangga berdatangan di pemukiman ini.
Namun demikian jalannya kehidupan keluarga ini mulai terusik sejak seorang pembantu rumah tangga yang menjadi teman pembantu perempuan di rumah megah ini yang melihat tumpukan sampah di pojok halaman dipenuhi lalat, dan bau busuk yang menyebar.
Katanya dari luar pagar pada teman pembantu di rumah megah itu seraya mencari tahu. "Itu tumpukan apa. Baunya busuk sekali, dan penuh dengan lalat?"
"O itu sampah biasa, dan bau busuk itu dari bangkai tikus,"jawabnya enteng.
Sementara seorang pemotong rumput mendengarkan pembicaraan itu dengan tatapan mata yang tajam pada perempuan pembantu yang ada di luar pagar.
"Kenapa tidak segera dibuang dan diangkut petugas sampah?"
"Masih ada yang belum dikumpulkan sampahnya. Nanti sekalian akan dibuang,"balasnya lagi tenang.