Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senandung Rindu

9 November 2022   08:08 Diperbarui: 9 November 2022   08:15 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Burung rawa itu selalu bersenandung dihening pagi dari tepi danau

Gadis itu pun terbangun dan tersenyum

Dari jendela kaca ia lhat burung rawa itu mengepakkan sayap

Tanda menyapa selamat pagi untuknya

Kini burung rawa itu pergi entah kemana

Tiada lagi senandung merdu khasnya memecah keheningan pagi

Karena berganti deru mesin perahu yang datang mengunjungi gadis ini setiap pagi

Dari seorang lelaki yang telah menjadi kekasih gadis ini

Hari berganti bulan, dan tahun

Pasangan kekasih ini dibelai manja desir angin yang datang dari dua musim

Tiada pernah masuk angin

Apalagi sampai dikerik di bagian punggung yang kadang orang lain inginkan

Keduanya tidak ingin ada yang memisahkan

Namun harapan selalu tdak sesuai dengan kenyataan

Sang lelaki mendadak ingin pergi untuk suatu urusan

Gadis ini pun pasrah tidak mampu menahan

Mereka lalu mengikatkan diri dengan berikrar

Sang lelaki berjanji

Sang gadis setia menanti

Tanggal 1 januari akan bertemu kembali

Naas sampai tanggal yang ditentukan

Tiada seorang pun yang datang

Sementara samar-samar

Bunyi terompet dan petasan terdengar dari kejauhan

Padahal gadis ini sudah memoles diri sepanjang hari di tanggal 31 Desember itu

Ia telah menunggu termangu

Hingga tertidur semalaman di pondok tepi danau

Ditemani suara jangkrik yang bernada parau

Pagi itu ia terbangun

Oleh burung rawa yang bersenandung pilu

Tanggal 1 Januari

Janji lelaki tidak terealisasi

Gadis ini hanya menatap sendu pada burung rawa yang datang kembali karena rindu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun