Walau begitu ia tetap bertahan untuk menjaga kelangsungan perkawinannya ini. Tidak ada alasan untuk terlalu memikirkan suami yang kerja, dan berprasangka buruk. Nyonya selalu mendoakan demi anak-anak juga.
Makanya semua dijalani sebagaimana kata hati. Kadang hati kecilnya sempat berbisik, pak Min bujangan, dan tidak terlalu tua, dan sebaya pula dengan dirinya. Di saat sepi seperti sekarang ini mungkin saja pak Min bisa disiasati.
Tapi tidak. Ia tidak  akan mengkhianati suaminya. Perasaannya akan dihantui rasa bersalah kelak bila hal demikian dilakukan.  Lagi pula pak Min hanya suka dengan burung-burung. Tingkahnya kepada mbak Yum untuk mendustaiku semata.
"Aku tahu, pak Min diam-diam telah lama jadi burung piaraan suamiku."
***
Tengah malam datang merambat pelan. Suara burung tidak lagi berkicau. Gerimis mulai menyirami pemukiman. Suara percikan air terdengar dari genteng, dan talang memecah kesunyian. Pak Min sudah mendengkur. Nyonya sedang memainkan gawainya.Â
Tidak lama mbak Yum menyelinap masuk. Nyonya menyambut pelukannya tanpa ragu. Mereka bertukar informasi, dan saling menghangatkan diri.
Di luar hujan semakin deras. Diiringi bunyi, dan nyala petir yang saling bersahutan. Sementara di kamar terdengar suara rintih tertahan dari keduanya. Secara diam-diam gerakan saling sembunyi dilakukan di antara mereka  di rumah itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H