Pagi bercawan rindu, petang berbuih pilu dipelukan rasa berbaris asa
Menanti tambatan hati
Takkunjung datang menepis sunyi
Seiring nyanyian mengejek burung jalak yang bebas melintas di atas pepohonan sana
Kapankah?
Di mana lelaki itu sembunyi?
Datanglah!
Di bangku taman ia tumpahkan lamunan panjang merobek-robek penantian diri
Butiran debu kemudian berterbangan takkuasa menahan desir teriak hati yang menghujam keras
Terserak mengabarkan
Di sana di bangku taman ia ingin diombang ambing keajaiban
Tanpa perlu suatu ikatan yang kadang memborgol kebebasan erotis nan histeris tapi juga romantis
Tapi tidak!
Ia kini gadis setengah baya
Bukan berarti ia menawarkan diri, dan bertindak nyata sebagaimana kata hati
Yang terasa vulgar menceraiberaikan kesucian yang selama ini dijaga
Meski diam-diam
Jauh takterjamah
Tersembunyi juga keinginan
Aku mau, aku ingin, aku..
Mungkin
Akh!