Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi Bercawan Rindu

10 September 2022   07:54 Diperbarui: 10 September 2022   07:57 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi bercawan rindu, petang berbuih pilu dipelukan rasa berbaris asa

Menanti tambatan hati

Takkunjung datang menepis sunyi

Seiring nyanyian mengejek burung jalak yang bebas melintas di atas pepohonan sana

Kapankah?

Di mana lelaki itu sembunyi?

Datanglah!

Di bangku taman ia tumpahkan lamunan panjang merobek-robek penantian diri

Butiran debu kemudian berterbangan takkuasa menahan desir teriak hati yang menghujam keras

Terserak mengabarkan

Di sana di bangku taman ia ingin diombang ambing keajaiban

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun