Tapi kepalang basah, Kosim hanya melihat, dan menunggu apa yang terjadi. Dan, secara pasti Kosim sudah tentu mengetahui resikonya.
Dari berdiri, lalu duduk kembali di bangku kayu panjang, keduanya jadi perhatian Kosim. Mandor tanpa ragu terus mendesak perempuan itu. Malah sudah dua kali lembaran biru 50 ribu diberikannya. Dan perempuan itu menerima pula.Â
Dipikir mandor panjer transaksi sudah selesai, tinggal eksekusi, dan sedikit tip buat perempuan itu nanti.
Mandor mulai merangkul, lengannya mulai gerayangan. Namun ditepis berulang-ulang juga. Makin ditepis makin membuat mandor rusak isi kepalanya. Tukang rokok pura-pura tidak melihat, Kosim malah was-was.
Benar saja. Tidak lama kemudian, datang si suami perempuan ini, dan memergoki ulah mandor. Dari jarak lima meter ia teriak. Teriakan ini membuat Kosim bergegas pergi. Suami perempuan ini menyergap mandor, dan langsung begitu saja memukulinya.
Mandor megap-megap. Tukang rokok menengahi. Kosim sudah tidak kelihatan lagi. Mandor jadi bulan-bulanan. Kerah batiknya dilipat keras oleh suami perempuan ini yang tinggi kekar.
"Kamu diapain dik?"
"Dicolek-colek kak."
Satu tempeleng mendarat keras di pipi kiri mandor. Mandor sempoyongan.
"Apa lagi dik?"
"Diajak ke tempat gelap."