"Terserah abang deh."
Mandor ditemani Kosim mendekati warung. Namun Kosim segera mundur kembali beberapa langkah. Sementara sedikit bersiasat mandor  membeli sebungkus kretek yang dihisap sama oleh perempuan itu. Merk kretek 378 cukup kiranya jadi modal perhatian mandor.Â
Sebab dari segi harga bisa untuk membeli beras dua liter. Benar saja. Perempuan itu tercuri perhatiannya tatkala mandor membuka dan menghisap kretek di dekatnya. Kosim tidak ditawari sama sekali, ia menghela nafas dalam saja. Dan, pura-pura masa bodoh.
Mandor membuka percakapan. Santun, dan sedikit nanar matanya. Perempuan ini baginya sudah seperti setetes air di padang tandus.
Singkat cerita, percakapan akhirnya mengalir ke jurusan mana saja. Dua tiga batang kretek telah pula tandas diberikan mandor. Obrolan menjurus ke arah yang dimaui mandor.
"Kita ke pojok sana yuk, mbak,"ajaknya merajuk sembari mencolek bahu perempuan itu.
"Idih serem amat bang. Di situ gelap."
"Di mana dong?"
"Di sini aja. Terang."
"Mana bisa. Mbak. Gak enak sama si abang rokok."
Kosim mendengar itu tertawa pelan. Mandor kerempeng ini pikirnya sudah tidak peduli lagi dengan situasi di sekitar. Ia juga sudah mengingatkan sebelumnya bukan perempuan itu yang akan disasarnya.Â