"Tapi ini jarang terjadi. Apa kamu tiap jalan berbincang dulu dengan para pendiri negara?" Tanya Cepi setengah gurau.
"Jangankan pendiri negara, bos. Tunggul Ametung juga saya hubungi sebelum jalan." Timpalnya tak mau kalah.
"Jadi itu semua betul?"
Jimen terhenti. Diam. Jika dijawab betul ia disangka gila. Tidak dijawab, tapi pertanyaannya serius. Jimen serba salah. Ia coba alihkan pertanyaan bosnya itu. Bahwa prestasinya ini karena ada dukungan kuat dari  lingkungan sosialnya.
"Maksudmu dukungan keluarga? Atau ada yang lain?" Tanya Cepi lagi ingin menyelami.
"Keluarga. Juga yang lain."
"Yang lain itu siapa?"
Jimen tersenyum kemudian penuh arti. Â Cepi bisa memahami sumringah di wajahnya. Ia urung mencari tahu lebih jauh. Itu persoalan pribadi yang tidak patut untuk diketahui.
Kata Cepi,"sepanjang tidak merugikan perusahaan ini. Itu hak pribadimu. Jalani sebahagia kamu. Saya tidak mau tahu."
***
 Asmara jika sudah berkelindan memang sulit untuk dilepaskan. Tak ayal semua orang pasti pernah mengalaminya.